Analisis status pemanfaatan sumberdaya ikan

Maluku Utara yang telah bergabung menjadi Provinsi Maluku Utara sejak tahun 1985 hingga 2000. iiiKoreksi data tahunan dilakukan terhadap produksi ikan, upaya penangkapan dan alat penangkap dari Kabupaten Kepulauan Aru; ivKoreksi terhadap data produksi ikan, upaya penangkapan dan alat tangkap dari Kabupaten-kabupaten yang terletak bersinggungan langsung dengan perairan WPP-714 Laut Banda maupun perairan WPP Laut Arafura dan perairan WPP Laut Seram dan sekitarnya; v Pukat cincin, jaring insang, bagan dan pukat pantai merupakan jenis alat tangkap utama dan dominan dalam menangkap ikan pelagis kecil di perairan WPP-714 Laut Banda. Pendekatan yang dilakukan dengan mengacu pada hasil penelitian sebelumnya dapat dianggap sebagai data yang mewakili WPP-714 Laut Banda. Data produksi diekstrak dan dikelompokkan menurut jenis-jenis ikan pelagis kecil sesuai alat tangkap yang dominan dan trip penangkapan, kemudian disusun per tahun untuk dianalisis. Selanjutnya, trip penangkapan dan jumlah alat penangkap dihitung berdasarkan data produksi.

3.5.1 Analisis status pemanfaatan sumberdaya ikan

Pendekatan bioekonomi dilakukan untuk menentukan status pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis. Analisis ini menggunakan data runtun waktu produksi ikan dan upaya penangkapan selama 22 tahun. Langkah-langkah analisis status sumberdaya ikan dilakukan melalui pendekatan bioekonomi Fauzi 2004, sebagai berikut: 1 Menyusun data produksi dan upaya penangkapan menurut waktu time- series per alat tangkap yang dominan dalam menangkap ikan pelagis. Oleh karena yang bergerak ke laut adalah kapal, maka unit pukat cincin, jaring insang, bagan dan pukat pantai dijadikan sebagai basis dalam perhitungan upaya penangkapan; 2 Melakukan standarisasi alat tangkap karena alat tangkap yang digunakan memiliki kemampuan tangkap yang beragam; 3 Melakukan estimasi parameter biologis dengan teknik ordinary least squares , OLS dan dilanjutkan dengan teknik Clark-Yoshimoto-Pooley CYP, untuk menghitung nilai daya dukung lingkungan K, kemampauan tangkap q, dan tingkat pertumbuhan intrinsik r; 4 Melakukan estimasi parameter ekonomis dengan menggunakan harga per kg atau per ton ikan dan biaya penangkapan per trip atau per hari melaut, di mana harga dan biaya diukur dalam nilai ekonomi nominal saat penelitian; 5 Menghitung nilai optimal berdasarkan formula yang ditetapkan. 1 Indeks kemampuan tangkap Standarisasi alat tangkap dilakukan karena perikanan tropis bersifat multispesies dan multigear. Misalnya, satu jenis ikan mungkin dapat ditangkap oleh beberapa alat tangkap, sehingga salah satu alat tangkap dapat dijadikan sebagai standar terhadap alat tangkap lainnya. Alat tangkap yang ditetapkan sebagai standar adalah yang mempunyai produksi tertinggi dan dominan, dan alat tangkap tersebut diasumsikan mempunyai faktor kemampuan tangkap fishing power index, FPI sama dengan satu. Dalam hal ini, pukat cincin digunakan sebagai alat tangkap standar dengan nilai FPI adalah satu, karena memenuhi kriteria produksi tertinggi dan dominan. Sedangkan, nilai FPI alat tangkap ikan pelagis kecil bagan, jaring insang, pukat pantai ditentukan berdasarkan nilai FPI standar. s s st F C CPUE  dan Fi C CPUE i i  ; Sedangkan 1   st st st CPUE CPUE FPI artinya merupakan alat tangkap standar. Faktor kemampuan alat tangkap ke-i adalah, st i i CPUE CPUE FPI  ………………………………………..…………….3.1 di mana, CPUE st = hasil tangkapan per upaya alat tangkap standar pukat cincin CPUE i = hasil tangkapan per upaya penangkapan alat tangkap ke i C s = hasil tangkapan dari pukat cincin C i = hasil tangkapan dari alat tangkap ke i F st = upaya dari jenis pukat cincin F i = upaya dari jenis alat tangkap ke i FPI st = faktor kemampuan tangkap dari pukat cincin FPI i = faktor kemampuan tangkap dari jenis alat tangkap ke i. i = jenis alat tangkap jaring insang, bagan, pukat pantai Rata-rata nilai FPI tiap alat tangkap per tahun dikalikan dengan effort masing-masing alat untuk memperoleh effort standar. Selanjutnya, dihitung total produksi aktual dan total effort standar sebagai dasar analisis bioekonomi pada kondisi pengelolaan sumberdaya ikan MEY, MSY, open access. 2 Perhitungan parameter biologis r, q, K Nilai koefisien r, q, dan K dibutuhkan untuk menentukan persamaan fungsi tangkapan lestari. Pendugaan konstanta tersebut dilakukan dengan teknik CYP Clarke et al. 1992, dengan persamaan: 2 ln 2 2 ln 2 2 ln 1 1            t t t t E E r q U r r qK r r U …….….3.2 di mana: U merupakan variabel produksi per unit upaya. Jika dimisalkan: a r r   2 2 ; b r r    2 2 ; c r q   2 ; t t t E C U  ; dan E t adalah upaya penangkapan, maka persamaan berubah bentuk menjadi ln ln ln 1 1       t t t t E E c U b qK a U …………………………3.3 Dengan data runtun waktu produksi pelagis kecil dan upaya penangkapan maka persamaan 3.3 dapat diregresikan dengan variabel tak bebas lnU t+1 serta variabel bebas lnU t dan E t +E t+1 . Nilai koefisien regresi digunakan untuk menghitung koefisien r, q, dan K secara terpisah sesuai persamaan di atas. Koefisien r, q, dan K tersebut kemudian digunakan untuk menghitung parameter bioekonomi yaitu biomasa, upaya penangkapan, hasil tangkapan, dan rente ekonomi sumberdaya ikan dalam pengelolaan sumberdaya ikan. 3 Analisis bioekonomi Diasumsikan bahwa belum terjadi intervensi manusia melalui usaha penangkapan ikan pada suatu perairan, maka pertumbuhan stok ikan pada periode t dapat ditulis sebagai 1 t t t x F x x    atau dalam bentuk fungsi pertumbuhan kontinu sebagai, x F dt dx  ……………………………………...……………………..3.4 disebut sebagai surplus biomasa yang diperoleh dari pertambahan biomasa dikurangi mortalitas alami. Elemen xt adalah populasi stok ikan dalam waktu t tertentu, Fx adalah laju pertumbuhan populasi. Kemudian, diasumsikan bahwa fungsi pertumbuhan populasi mengikuti fungsi logistik, dengan mengabaikan faktor waktu, maka fungsi di atas dapat ditulis sebagai 1 K x rx dt dx   …………………….………………….……..…………3.5 nilai r adalah pertumbuhan populasi alamiah, dan K adalah daya dukung lingkungan Fauzi 2004. Intervensi manusia melalui usaha penangkapan ikan diformulasikan dalam bentuk umum fungsi produksi penangkapan, h = qxE ………………………………………………………….……3.6 h = produksi, q = koefisien kemampuan penangkapan, x = stok ikan, dan E = upaya penangkapan. Sebagai akibat penangkapan ikan maka fungsi pertumbuhan berubah bentuk menjadi, 1 K x rx dt dx   - h ………………………………….…..….……………3.7 Persamaan ini menjelaskan bahwa perubahan populasi pada periode waktu tertentu merupakan selisih antara fungsi pertumbuhan biologis dan hasil tangkapan pada periode tertentu. Karena h = qxE, maka persamaan di atas berubah bentuk sebagai, 1 K x rx dt dx   - qxE ………………………………….……....………3.8 Dengan asumsi bahwa terjadi kondisi keseimbangan pertumbuhan, dxdt=0, maka laju pertumbuhan biomasa sama dengan laju penangkapan sehingga populasi konstan. Kondisi ini dikenal sebagai keseimbangan bioekonomi. Pada kondisi keseimbangan tersebut, diperoleh persamaan berikut, 1 K x rx qxE   ………………………………………….…….…..…..3.9 sehingga nilai x dapat ditentukan dari persamaan di atas sebagai berikut, 1 r qE K x   ……………………………………..……………..……3.10 Kemudian dengan memasukkan persamaan 3.10 ke persamaan 3.6 maka diperoleh persamaan, 1 r qE qKE h   ………………..……………….……………….…..3.11 yang merupakan kurva produksi lestari atau yield-effort-curve, di mana nilai-nilai q , K, dan r adalah konstanta. Karenanya, bentuk kurva produksi lestari adalah mirip dengan kurva pertumbuhan populasi. Produksi rata-rata per upaya penangkapan CPUE ditentukan dengan membagi kedua sisi persamaan produksi lestari tersebut dengan variabel upaya penangkapan E, dan diperoleh persamaan linier berikut: E r K q qK E h 2   ………………………………………………….…3.12 Jika dimisalkan  =qK dan  =q 2 Kr , maka persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk linier sederhana sebagai, E U     ………………………………………………………..…3.13 dan U merupakan CPUE. Kemudian, parameter  dan  dapat diestimasi dengan teknik ordinary least square OLS. Nilai MSY ditentukan dengan formula:   2   MSY E …………………..………………………………………3.14   4 2   MSY h ………………………………………………………….3.15 Kajian ekonomi dari model biologi membutuhkan faktor harga dan biaya Fauzi 2004. Dalam kondisi keseimbangan jangka panjang, maka model upaya penangkapan E dan hasil tangkapan h pada persamaan 3.9 dapat ditulis sebagai         K x rx h 1 ………………………………………………………..3.16 Hubungan ini menyatakan hasil tangkapan atau produksi ikan yang dieksploitasi sebagai fungsi dari stok ikan. Dengan demikian, penerimaan total total revenue dengan harga ikan tetap sebagai fungsi dari biomasa dan harga ikan. Fungsi penerimaan total tersebut dapat ditulis sebagai          K x prx x pF x TR 1 ..………………………………...……...3.17 dengan TR = total revenue; p = harga per satuan produksi Rp. Selanjutnya, jika fungsi biaya per satuan upaya tetap akan dinyatakan sebagai fungsi dari biomasa, dengan total cost, TC = cE dan karena qx h E  , maka diperoleh biaya total sebesar, qx x cF qx h c TC   ……………………………………………..…….3.18 sehingga biaya sebagai fungsi dari biomasa dapat ditulis sebagai         K x r q c x TC 1 ………………………………………..……….. 3.19 Pendekatan bioekonomik statis secara analitik dilakukan berdasarkan Fauzi 2004 dengan menggunakan parameter biologi r, q, dan K untuk menentukan keseimbangan dalam akses terbuka dan terkendali. Dalam hal ini diasumsikan bahwa sistem berada dalam kondisi keseimbangan atau lestari di mana h = Fx, yaitu produksi h merupakan fungsi dari stok ikan. Rente ekonomi lestari sustainable rent dapat diekspresikan sebagai fungsi biomasa, yaitu qx x cF x pF x p   ……………………………………...……….. 3.20 atau disederhanakan menjadi, x F qx c p        ………………………..…………………….……….3.21 Dengan memanfaatkan model pertumbuhan logistik maka rente ekonomi lestari secara eksplisit dapat dirumuskan sebagai,                K x rx qx c p x p 1 …………………………………………..3.22 Maksimisasi keuntungan statis diperoleh dengan membuat turunan pertama atau derivasi dari persamaan 3.22 terhadap x, dan dihasilkan   2 1             qK cr K x pr x x p ……………………………..…………3.23 Pemecahan persamaan di atas menghasilkan tingkat biomasa optimal x yaitu sebesar,         pqK c K x 1 2 ………………………………………………..…3.24 Subsitusi nilai biomasa optimal x kedalam fungsi produksi, diperoleh nilai tangkap optimal dan nilai upaya optimal. Hasil subsitusi tersebut menghasilkan nilai tangkap optimal h sebagai,                pqK c pqK c rK h 1 1 4 ………………………………..………3.25 dan tingkat upaya penangkapan optimal         pqK c q r E 1 2 …………………………………………..………3.26 dengan nilai E merupakan tingkat upaya penangkapan pada kondisi maximum economic yield , MEY. Nilai parameter biologi pertumbuhan populasi r, daya dukung lingkungan K dan kemampuan penangkapan q dihitung dengan menggunakan teknik regresi sederhana. Nilai-nilai parameter tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam parameter ekonomi harga p dan biaya c, untuk menghitung nilai optimal biomasa, hasil tangkapan, upaya penangkapan dan rente ekonomi. Tingkat upaya optimal dalam kondisi akses terbuka open access dapat dihitung berdasarkan rente ekonomi yang hilang di mana, x F qx c p x p         ……………………………………….……….3.27 dengan demikian nilai biomasa optimal pada akses terbuka    x dapat ditentukan sebesar pq c x   ………………………………………….………....3.28 Sehingga tingkat produksi    h dan upaya optimal    E pada kondisi akses terbuka dapat dihitung dengan subsitusi sebagai berikut,                K x rx x F h 1 atau         pqK c pq rc 1 …………………………..……….….……….…3.29 dan upaya optimal,          pqK c q r E 1 ………………………….……………….……….3.30

3.5.2 Pendekatan data envelopment analysis