kecil dan pelagis besar berpeluang dikembangkan, sedangkan udang penaed membutuhkan upaya pembatasan penangkapan.
Potensi sumberdaya ikan di WPP Laut Arafura berdasarkan hail kajian yang dilaporkan oleh DKP Maluku Tahun 2006 adalah 227.490 tontahun. Potensi dan
tingkat pemanfaatan berdasarkan kelompok sumberdaya adalah 1 ikan pelagis besar 50.860 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan 67,93; 2 ikan pelagis
kecil 468.660 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan 2,63; 3 ikan demersal 202.340 ton per tahun, tingkat pemanfaatan 77,49; 4 ikan karang konsumsi
3.100 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan telah melebihi 100; 5 udang penaed 43.100 ton per tahun, tingkat pemanfaatan 85,00; 6 lobster 100 ton per
tahun, tingkat pemanfaatan melebihi 100, dan 7 cumi-cumi 3.340 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan 3,97 DKP Maluku 2006. Berdasarkan
tingkat pemanfaatannya, seluruh kelompok sumberdaya masih memiliki peluang pengembangan di WPP Laut Aru, kecuali lobster dibutuhkan upaya pembatasan
penangkapan. Sumberdaya ikan pelagis kecil yang terdapat di Maluku adalah ikan layang
Decapterus spp., selar Selaroides spp., kembung Rastrelliger spp., tembang Sardinela spp., teri Stolephorus spp., ikan terbang Poecilopterus spp..
Sumberdaya pelagis tersebut menyebar di perairan Seram, Buru, Kepulauan Lease, Kei Kecil, Laut Banda dan Laut Arafura Gafa dan Subani 1991.
4.3.2 Armada perikanan
Eksploitasi sumberdaya ikan di perairan Maluku sudah dilakukan sejak lama oleh armada perikanan. Armada perikanan merupakan sekelompok kapal-kapal
yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di suatu daerah penangkapan Ditjen Perikanan Tangkap 2002. Menurut Monintja 2000, armada penangkapan terdiri
atas beberapa unit penangkapan ikan yang mencakup kapal, alat tangkap, dan nelayan. Menurut Ditjen Perikanan Tangkap 2002, unit penangkapan merupakan
kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan yang terdiri dari perahukapal penangkap dan alat tangkap yang digunakan. Undang-Undang Nomor 31 Tahun
2004 mendefinisikan kapal perikanan sebagai perahu, kapal, atau alat apung lain yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi
penangkapan ikan, mendukung operasi pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan,
pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian atau eksploirasi perikanan. Pengertian kapal perikanan yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 31
Tahun 2004 adalah seiring dengan pengelompokkan jenis kapal ikan oleh Nomura and
Yamazaki 1977 menjadi empat jenis, yaitu: 1 Kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan: termasuk
kelompok kapal yang khusus digunakan untuk mengumpul sumberdaya hayati perairan, seperti kapal pukat udang, perahu pukat cincin, perahu
jaring insang, kapal rawai, kapal pole and liner, dan sampan yang digunakan untuk memancing dan lain-lain;
2 Kapal yang digunakan sebagai tempat mengumpulkan hasil tangkapan dan mengolahnya;
3 Kapal pengangkut ikan yang digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan dari kapal pengumpul ataupun kapal penangkap dari daerah
penangkapan ke pelabuhan; dan 4 Kapal penelitian, pendidikan dan latihan merupakan kapal ikan yang
dipakai dalam penelitian, pendidikan, dan latihan. Pada umumnya kategori dan ukuran kapal atau perahu di Indonesia
berdasarkan Statistik Kelautan dan Perikanan Tahun 2005 terdiri dari 3 kategori utama DKP RI 2006 yaitu: 1 Perahu Tanpa Motor, PTM, 2 Motor Tempel,
dan 3 Kapal Motor, yang terbagi menurut ukuran GT yaitu: ukuran 5GT, 5- 10GT, 10-20GT, 20-30GT, 30-50GT, 50-100GT, 100-200GT, dan ukuran
200GT. Pengelompokkan kategori kapal tersebut tentunya didasarkan pada tenaga penggerak yang digunakan. Fungsi kapal perikanan seperti tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 meliputi: 1 Kapal penangkap ikan; 2 Kapal pengangkut ikan; 3 Kapal pengolah ikan; 4 Kapal latih
perikanan; 5 kapal penelitianeksplorasi perikanan; dan 6 kapal pendukung operasi penangkapan ikan dan atau pembudidayaan ikan.
Jumlah armada penangkapan ikan di Maluku pada tahun 2002 tercatat 37.295 buah, dan tahun 2006 jumlah tersebut meningkat menjadi 43.923 buah.
Selama periode
2002-2006 tersebut,
jumlah armada
relatif mengalami
peningkatan rata-rata 3,5 pertahun. Pada tahun 2006 mengalami peningkatan relatif kecil 0,47 dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, armada penangkapan
di Maluku masih didominasi oleh perahu-perahu berukuran kecil yaitu Perahu Tanpa Motor PTM, yang mencakup jukung dan perahu papan kecil, sedang dan
besar. Jumlah armada penangkapan ikan PTM rata-rata mencapai sekitar 90 dari total armada penangkapan, dan selebihnya merupakan Perahu Motor Tempel
PMT sekitar 7,96 dan Kapal Motor 2,34 DKP Maluku 2007a. Perkembangan kapal penangkap ikan di Maluku tertera pada Tabel berikut ini.
Tabel 3 Struktur ukuran kapal penangkap ikan di perairan Maluku Tahun 2002-2006 Tahun
No Klasifikasi
2002 2003
2004 2005
2006 1
PTM 34 188
36 617 35 844
39 471 39 397
2 PMT
2 285 1 738
1 792 3 251
3 496 3
Kapal Motor: Kurang dari 5 GT
5-10 GT 10-30 GT
30-50 GT 50-100 GT
100-200 GT 200 GT
822 215
54 113
51 198
165 26
714 245
134 75
40 170
45 5
672 225
119 102
3 44
149 30
995 418
266 139
12 35
125 -
1.030 426
271 145
8 17
133 30
J u m l a h 37 295
39 069 38 308
43 717 43 923
Sumber: DKP Maluku 2007a Keterangan: PTM = Perahu Tanpa Motor
PMT = Perahu Motor Tempel
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000 40000
J u
m la
h K
a p
a l
2002 2003
2004 2005
2006
Tahun
PTM PMT
KM
Gambar 5 Perkembangan kapalperahu penangkap ikan di Maluku Tahun 2002-2006.
4.3.3 Alat penangkapan ikan