2.6 Dasar dan Metode Pengukuran Kapasitas
Pada prinsipnya isu inefisiensi timbul dari anggapan bahwa nelayan dan usaha perikanan tangkap berperilaku memaksimalkan keuntungan. Inefisiensi
dapat diartikan sebagai suatu tahapan di mana tujuan dari pelaku ekonomi belum dimaksimalkan secara penuh. Kemungkinan seorang pelaku tidak mencapai tujuan
maksimal merupakan hal yang bersifat umum, sehingga inefisiensi bisa dianggap sebagai bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dengan
demikian, mungkin saja terjadi penyimpangan dalam pengelolaan usaha perikanan tangkap yang dapat menimbulkan konsekuensi tertentu. Hal itu disebabkan agak
sulit untuk menyesuaikan keputusan alokasi penggunaan sumberdaya agar tetap efisien dalam penangkapan karena sifat sumberdaya ikan dan dinamika usaha
penangkapan yang kompetetif. Kajian efisiensi teknis TE relatif perusahaan atau kemampuan perusahaan
berproduksi maksimum dengan seperangkat input dan teknologi telah mengalami banyak perkembangan Kirkley et al. 1995. Namun, kajian TE pada industri yang
berbasis sumberdaya hayati seperti perikanan masih sedikit dilakukan. Terdapat empat
pendekatan utama untuk mengukur dan mengestimasi TE yaitu: pendekatan programming non-parametrik, pendekatan programming parametrik,
pendekatan statistik deterministik, dan pendekatan fungsi stochastic production frontier
Kirkley et al. 1995. Di antara keempat pendekatan tersebut, fungsi stochastic production frontier
SPF dan programming non-parametrik yang lebih dikenal sebagai data envelopment analysis DEA merupakan pendekatan yang
populer digunakan dalam pengkajian kapasitas perikanan. Selanjutnya, menurut Kirkley et al. 2004, kombinasi pendekatan SPF dan DEA dalam analisis
kapasitas adalah lebih efektif bagi arahan implementasi kebijakan pembangunan perikanan.
2.6.1 Data Envelopment Analysis DEA
Pendekatan data envelopment analysis, DEA, merupakan teknik pengukuran performan untuk mengevaluasi efisiensi relatif dari unit pengambil keputusan
decision making unit dalam suatu kegiatan pada periode waktu tertentu ataupun berupa
alat tangkap.
Pendekatan berorientasi
output dan
input mulai
dikembangkan oleh Charnes, Cooper, and Rhodes CCR dan dilanjutkan oleh
Färe et al. 1989, seperti yang diacu dalam Fauzi dan Anna 2005. Kemudian aplikasi pendekatan DEA dalam perikanan disarankan oleh Kirkley and Squires
1998. Dalam konteks perikanan sebagai suatu kegiatan ekonomi, pendekatan DEA dapat dimanfaatkan untuk mengetahui apakah kegiatan perikanan pada satu
wilayah perairan telah efisien dari sisi economic overfishing jika terdapat gejala penurunan produksi di mana input yang dikorbankan melebihi sumberdaya.
Teknik DEA didasarkan pada pendekatan program matematis dan dapat digunakan untuk menentukan solusi optimal yang berkaitan dengan kendala-
kendala yang ada Charnes et al. 1994; dan Fare et al. 1989 yang diacu oleh Kirkley et al. 2004. Pengukuran efisiensi dengan teknik DEA bersifat bebas nilai
karena didasarkan pada data yang tersedia tanpa harus mempertimbangkan penilaian dari pengambil keputusan Korhumen et al. 1998 yang diacu dalam
Fauzi dan Anna 2005. Teknik DEA ini berorientasi output dan input, dan dapat digunakan untuk menentukan efisiensi teknologi secara relatif terhadap teknologi
frontier yang optimal, dalam kondisi “best practice” yang diamati dalam suatu
kegiatan armada penangkapan. Teknologi frontier pada output-orientation dapat merupakan kombinasi input misalnya tonase kapal, tenaga mesin optimal dan
output hasil tangkapan.
Keunggulan teknik DEA antara lain: 1 dapat mengestimasi kapasitas perikanan di bawah kendala-kendala penerapan kebijakan seperti jumlah
tangkapan yang diperbolehkan TAC, ukuran kapal, pajak, dan kendala sosial- ekonomi Kirkley and Squires 1998; 2 dapat mengakomodir multiple outputs
dan multiple inputs, dengan sifat nondiskret, serta penentuan tingkat potensial maksimum dari variabel input dan laju optimalnya; dan 3 memungkinkan
adanya penentuan kombinasi input variabel, output variabel, input tetap dan karakteristik
perusahaan perikanan
dalam memaksimalkan
output dan
meminimalkan input. Karenanya, hasil analisis DEA dapat digunakan untuk menganalisa kapasitas perikanan atau menilai efisiensi kebijakan perikanan.
Dengan demikian kebijakan berbasis kapasitas perikanan yang dikenal sebagai capacity utilization and capacity measurement
CUCM, adalah bermanfaat untuk mendeteksi penyebab keburukan kinerja perikanan dalam kaitannya dengan
inefisiensi teknis, ekonomis, dan biofisik.
Menurut Kirkley and Squires 1998 kapasitas dapat diukur berdasarkan ketersediaan
sumberdaya maupun
tidak berdasarkan
ketersediaan. Pada
pengukuran berdasarkan ketersediaan stok, kapasitas perikanan merupakan potensi maksimum output dihasilkan melalui tingkat sumberdaya yang tersedia.
Sebaliknya pengukuran tanpa ketersediaan stok dapat dipandang sebagai output potensil yang dihasilkan tanpa kendala sumberdaya. Kapasitas perikanan dalam
penelitian ini didasarkan pada konsep pengukuran tanpa kendala sumberdaya, sehingga tingkat ketersediaan stok tidak dikategorikan sebagai input.
Pada dasarnya stok kapital adalah berupa kapital itu sendiri dan sumberdaya manusia Fauzi dan Anna 2005. Kapital dapat berupa kapal, alat tangkap dan lain
sebagainya, sedangkan sumberdaya manusia merupakan fungsi dari jumlah nelayan atau anak buah kapal ABK, ketrampilan ABK. Selanjutnya perpaduan
kapital dan sumberdaya manusia merupakan perwujudan dari upaya penangkapan yang diukur dengan trip penangkapan.
2.6.2 Stochastic Production Frontier