Bioekonomi ikan pelagis kecil

5.1.2.3 Bioekonomi ikan pelagis kecil

Kajian biokonomi membutuhkan nilai parameter biologi r, q, K dan penggabungan parameter ekonomi yaitu faktor harga dan biaya penangkapan ikan. Analisis bioekonomi didasarkan pada asumsi bahwa biaya penangkapan dan harga ikan bersifat konstan. Biaya penangkapan yang dikeluarkan hanya dihitung berdasarkan biaya variabel per trip operasi yang dikonversi menjadi biaya variabel per ton hasil tangkapan. Komponen biaya variabel tersebut hanya mencakup biaya operasi seperti bahan bakar minyak, perbekalan dan es. Terdapat kesulitan untuk memperoleh biaya tetap yang dialokasikan dalam aktivitas penangkapan. Hal ini disebabkan variasi umur teknis kapal dan alat tangkap serta peralatan penunjang dalam altivitas penangkapan. Selain itu, mesin kapal yang digunakan tidak standar sehingga nilai peralatan agak bervariasi. Variasi juga ditemui di antara alat tangkap pukat cincin, jaring insang, bagan dan pukat pantai. Di sisi lain, seluruh kapal penangkap tidak melakukan sistem penggajian, tetapi menerapkan sistem bagi hasil yang bervariasi sesuai kesepakatan di antara ABK dan pemilik kapal. Walaupun harga ikan berfluktuasi mengikuti suplai ikan di pasar, namun harga ikan yang digunakan untuk analisis bioekonomi diperoleh dari harga jenis- jenis ikan pelagis kecil yang dominan tertangkap seperti layang, kembung, dan selar. Harga tersebut digabungkan dengan harga ikan dari perusahaan perikanan tangkap yang bersifat standar dan relatif konstan dipakai untuk menentukan harga rata-rata per satuan volume produksi. Rata-rata harga, biaya produksi, dan nilai rata-rata parameter biologis dan teknis tercantum pada Tabel 14. Tabel 14 Nilai parameter bio-tekno-ekonomi ikan pelagis kecil di perairan WPP-714 Laut Banda No Keterangan Simbol Nilai 1. 2. 3. 4. 5. Tingkat pertumbuhan Koefisien daya tangkap Daya dukung perairan tontahun Biaya variabel Rpton Harga rata-rata ikan pelagis kecil Rpton r q K P C 0.2395988 0.0000151 961433.44 1.221.136 3.650.000 Sebagaimana telah dikemukakan bahwa fungsi pertumbuhan logistik 3.5 dan eksploitasi sumberdaya ikan mengikuti fungsi produksi penangkapan 3.6 diaplikasikan dalam penelitian ini. Sehingga analisis bioekonomi dilakukan pada kondisi keseimbangan di mana eksploitasi adalah sama dengan laju pertumbuhan populasi Anderson 1977. Oleh karena itu, fungsi produksi perikanan yang diterapkan merupakan fungsi produksi lestari. Nilai parameter bio-tekno-ekonomi digunakan untuk menganalisis produksi, upaya optimum, biomasa dan rente ekonomi pada berbagai rezim pengelolaan perikanan pelagis kecil berdasarkan fungsi produksi lestari. Hasil perhitungan bioekonomi yang bersifat statis, menunjukkan bahwa produksi maksimum lestari MSY ikan pelagis kecil di perairan WPP-714 Laut Banda sebesar 57.589,57 ton per tahun, tingkat upaya optimum sebesar 7945,48 trip, rente ekonomi sebesar Rp 200.499.420.000.- dan biomasa sebesar 480.716,72 ton per tahun. Produksi pada tingkat MEY sebesar 57.535,23 ton, tingkat upaya sebesar 7.747,71 trip dan rente ekonomi sebesar Rp 200.542.580.000. Produksi pada pengelolaan open access sebesar 5.184,11 ton dan tingkat upaya sebesar 15.495,41 trip dengan rente ekonomi sama dengan nol. Biomasa pelagis kecil di perairan WPP-714 Laut Banda pada kondisi MEY diestimasi sebesar 491.794,57 ton pertahun. Pada pengelolaan open access, upaya penangkapan sebesar 15.495,41 trip dan produksi yang dicapai sebesar 5.184,11 ton, dengan rente ekonomi bernilai nol, sedangkan biomasa ikan diestimasi sebesar 22.156,15 ton per tahun. Tabel 15 Upaya, produksi, rente dan biomasa sesuai rezim pengelolaan perikanan di perairan WPP-714 Laut Banda Rezim pengelolaan No. Keterangan Simbol MEY MSY Open access 1. Upaya trip E 7747,71 7945,48 15495,41 2. Produksi ton h 57535,23 57589,57 5184,11 3. Rente Rp Juta π 200542,58 200499,42 0.00 4. Biomasa ton X 491794,57 480716,72 22156,15 Hasil analisis Tabel 15 memperlihatkan upaya penangkapan, produksi, rente ekonomi dan biomasa ikan pelagis kecil pada rezim pengelolaan MEY adalah berbeda dibandingkan dengan rezim MSY, walaupun nilainya relatif kecil. Pada rezim MEY, upaya penangkapan dan produksi adalah rendah, tetapi menghasilkan rente ekonomi dan biomasa yang lebih besar dibandingkan rezim MSY. Pada rezim MEY, upaya penangkapan yang alokasikan adalah lebih kecil tetapi menghasilkan produksi, rente ekonomi dan biomasa yang lebih besar jika dibandingkan dengan rezim open access. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan ikan pelagis kecil pada rezim pengelolaan MEY bersifat ekonomis dan bersifat lestari. Pada rezim MSY, dengan upaya penangkapan yang lebih rendah menghasilkan produksi ikan maksimal dengan rente ekonomi dan biomasa ikan yang lebih besar jika dibandingkan terhadap nilai pada sistem open access. Pada sistem MSY, sumberdaya ikan dimanfaatkan secara penuh, sehingga secara fisik produksi ikan meningkat. Pada sistem open access, walaupun upaya penangkapan lebih besar, tetapi hanya mampu menghasilkan produksi yang lebih rendah, tanpa rente ekonomi, dan biomasa ikan sangat rendah. Perikanan pada rezim ini bersifat tidak ekonomis dan berdampak terhadap degradasi sumberdaya ikan.

5.1.3 Pembahasan