bukan merupakan solusi tepat, karena pemberian subsidi tersebut akan menambah kapasitas
penangkapan ikan
tetapi stok
ikan relatif
tidak bertambah.
Konsekuensinya akan menimbulkan masalah overcapacity, yang berkaitan dengan overfishing
.
2.2 Ikan Pelagis Kecil
Sumberdaya ikan pelagis kecil merupakan sumberdaya neritik karena penyebarannya terutama di perairan dekat pantai dan membentuk biomasa yang
sangat besar. Hidupnya mendekati lapisan permukaan perairan hingga kedalaman 200 meter, sehingga pergerakannya mudah dideteksi ketika berada di dalam
kolom air. Jenis pelagis kecil merupakan suatu sumberdaya yang “poorly behaved
”, karena makanan utamanya adalah plankton, sehingga kelimpahannya bergantung pada faktor-faktor lingkungan. Dengan demikian kelimpahan
sumberdaya ini sangat tergantung lingkungan perairannya Merta et al. 1998. Beberapa sifat ikan pelagis kecil pipp.dkp.go.id, 24 Oktober 2007 yaitu:
1 biasanya dapat ditemukan pada perairan pesisir selat dan teluk sampai dengan laut terbuka; 2 mampu melakukan migrasi atau ruaya dalam skala kecil
sampai besar bergerombol; 3 tubuh didominasi warna biru pada bagian punggung dorsal dan warna abu-abu pada bagian perut, berkaitan dengan
kemampuan beradaptasi secara dominan pada daerah permukaan perairan dan menghindari pemangsaan; 4 bentuk tubuhnya agak bulat lonjong dan cenderung
simetris bilateral dengan kemampuan renang yang cepat sehingga mudah melakukan migrasi; 5 telur yang dihasilkan pada saat pemijahan adalah sangat
banyak dan dilepaskan langsung ke kolom air sehingga langsung terbawa oleh arus; 6 berukuran 5-50 cm.
Menurut Merta et al. 1998 penyebaran jenis-jenis ikan pelagis kecil di Indonesia ditemui di Samudera Hindia yang didominasi oleh ikan layang, di
perairan Sumatra Barat didominasi oleh ikan teri, dan di Selatan Jawa adalah ikan lemuru. Selanjutnya dikemukakan bahwa di perairan laut Banda, terdapat 16 jenis
ikan pelagis kecil. Jenis-jenis yang dominan tertangkap di wilayah perairan Provinsi Maluku adalah ikan layang Decapterus spp, kembung Rastrelliger
spp, selar Selaroides spp, tembang Sardinella spp, ikan teri Stolephorus spp, Ikan terbang Cypsilurus spp, dan ikan julung-julung Hemirhampus spp.
Musim penangkapan pelagis kecil bervariasi di Indonesia. Misalnya, di Sumatra Barat diduga pada bulan Januari dan April sampai Mei, dengan
puncaknya pada bulan Nopember sampai Desember. Di perairan Teluk Tomini bagian utara, musim penangkapan pada antara bulan-bulan Maret dan Juli, dan
Nopember dan Desember, sedangkan Teluk Tomini bagian selatan musim penangkapan adalah pada bulan Juli sampai Desember. Untuk perairan Laut
Banda dan sekitarnya, musim penangkapan adalah selama bulan Maret sampai Oktober atau musim Timur Merta et al. 1998.
Alat tangkap utama yang dominan untuk menangkap jenis-jenis pelagis kecil adalah pukat cincin, jaring insang, bagan dan pukat pantai. Namun, alat tangkap
yang paling efektif adalah jaring yang memakai kantong seperti pukat cincin purse seine. Di perairan pesisir Laut Banda, alat tangkap yang efektif untuk
menangkap pelagis kecil adalah pukat cincin, yang lebih dikenal oleh nelayan lokal sebagai “jaring bobo”.
2.3 Perikanan Tangkap