Berdasarkan prosedur penentuan lokasi maka Kabupaten Maluku Tengah dan Kota Ambon dipilih sebagai lokasi sampel untuk pengambilan data primer
karena kabupatenkota tersebut dianggap sesuai dengan kriteria. Kabupatenkota ini merupakan pusat-pusat kegiatan perikanan tangkap ikan pelagis kecil yang
dominan dan sangat berkembang sejak dekade 1980-an jika dibandingkan kabupaten lainnya di Provinsi Maluku. Kabupaten Maluku Tengah terdiri dari 11
kecamatan, 159 desa dan 4 kelurahan, sedangkan Kota Ambon terdapat 5 kecamatan yang terdiri dari 30 desa dan 3 kelurahan.
Penelitian ini difokuskan pada usaha perikanan tangkap yang dominan menangkap ikan pelagis kecil, yaitu pukat cincin purse seine, jaring insang
gillnet, bagan lift net dan pukat pantai beach seine. Untuk Kabupaten Maluku Tengah ditetapkan 8 kecamatan sebagai berikut: 1 Kecamatan Leihitu yaitu
Desa Hitu, Desa Hitumessing, Desa Wakal, dan Desa Hila; 2 Kecamatan Salahutu mencakup Desa Waai, Tial, dan Desa Suli; 3 Kecamatan Pulau Haruku
yaitu Desa Pelau, Oma, dan Wassu; 4 Kecamatan Saparua mencakup Desa Haria dan Sirisori; 5 Kecamatan Nusalaut yaitu Desa Ameth, Abubu, Sila, Titawai; 6
Kecamatan Tehoru yaitu Desa Tehoru; 7 Kecamatan Kota Masohi mencakup Kelurahan Ampera; dan 8 Kecamatan Amahai yaitu Desa Souhuku, Desa
Amahai. Untuk Kota Ambon mencakup 3 Kecamatan yaitu 1 Kecamatan Nusanive yaitu Desa Latuhalat, dan Seri, 2 Kecamatan Leitimur Selatan yaitu
Desa Hutumuri dan Dusun Toisapu, dan 3 Kecamatan Baguala yaitu Kelurahan Lateri.
Penelitian ini dilakukan sejak bulan Februari hingga September 2008, meliputi kegiatan persiapan dan orientasi lapangan, survei dan pengumpulan data
primer, pengukuran, inventarisasi dan pengumpulan data sekunder, tabulasi dan analisis data.
3.4 Metode Pengambilan Data
Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara acak dengan stratifikasi jenis alat tangkap yang difokuskan pada pusat-pusat kegiatan perikanan tangkap
yang tersebar di lokasi penelitian. Obyek penelitian adalah unit penangkapan ikan yang dominan menangkap ikan pelagis kecil dan masih aktif beroperasi pada saat
berlangsung penelitian. Jenis pelagis kecil yang tertangkap adalah ikan layang
Decapterus spp, selar Selar spp, ikan terbang Cypselurus spp, julung-julung Tylosurus spp, dan Hemirhamphus spp, teri Stolephorus spp, tembang
Sardinella fimbriata, lemuru Sardinella lemuru dan kembung Rastrelliger spp. Secara keseluruhan, jumlah sampel alat tangkap disesuaikan dengan tujuan
penelitian dan metode analisis yang digunakan. Sampel unit penangkapan pukat cincin berjumlah 75 unit, jaring insang 45 unit, bagan 45 unit dan pukat pantai 3
unit. Data primer diukur dan dicatat langsung di lokasi penelitian. Sebelum
pengumpulan data, masing-masing petugas wawancara diberi pemahaman singkat untuk menguasai teknik wawancara dan pertanyaan di dalam kuesioner untuk
menyamakan persepsi mengenai setiap pertanyaan. Data primer dijaring dengan kuesioner melalui wawancara terstruktur secara langsung terhadap responden
utama yaitu juragan pemilik atau juragan bukan pemilik alat tangkap. Data ini mencakup jumlah dan jenis alat tangkap, ukuran-ukuran utama kapal dan alat
tangkap, lokasi fishing base ke fishing ground, lama operasi penangkapan, musim penangkapan, biaya investasi, biaya operasi penangkapan, jumlah nelayan per unit
armada, jenis dan jumlah ikan yang ditangkap produksi per jenis ikan, harga ikan dan rantai pemasaran ikan, sistem pembagian hasil perikanan, pendapatan
nelayan, data teknis alat tangkap dan kapal penangkap, serta kendala-kendala yang dihadapi dalam operasi penangkapan.
Untuk menunjang analisis pengembangan perikanan pelagis kecil, juga dikumpulkan informasi dari informan kunci di lokasi sampel seperti, pemilik alat
tangkap bukan nahkoda 4 orang, tokoh kelompok nelayan 3 orang, pejabat instansi perikanan 2 orang, akademisi 1 orang, pengusaha 2 orang, nelayan pukat
cincin 5 orang, jaring insang 5 orang dan bagan 5 orang. Pertanyaan yang disampaikan lebih bersifat deep information, yang berkaitan dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi
eksploitasi sumberdaya
ikan dan
kemungkinan pengembangan perikanan pelagis kecil.
Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah terkait Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Maluku Tengah dan Kota Ambon, Departemen Kelautan dan Perikanan, Lembaga Swadaya Masyarakat perikanan, dan institusi non-pemerintah lainnya
berupa informasi resmi dan berbagai publikasi ilmiah serta literatur penunjang. Data tersebut mencakup keadaan umum perikanan tangkap di daerah penelitian,
potensi sumberdaya ikan dan tingkat pemanfaatannya, prasarana perikanan tangkap, jenis dan jumlah alat tangkap, operasi dan trip penangkapan, daerah
penangkapan, jenis dan jumlah hasil tangkapan, jenis dan jumlah kapal, serta distribusi armada tangkap sesuai wilayah penelitian. Selain itu, komponen harga
dan biaya alat tangkap serta kapal perikanan biaya investasi juga dikumpulkan dari berbagai sumber yang relevan. Parameter yang diukur, dan periode data
primer dan sekunder adalah disesuaikan dengan tujuan penelitian dan metode analisis yang digunakan dalam memenuhi standar penulisan ilmiah.
3.5 Metode Analisis Data