Pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang telah digariskan menghendaki adanya dukungan kebijakan pemerintah terhadap beberapa
komponen yang mencakup: kebijakan tentang infrastruktur, sumberdaya manusia nelayan, perikanan tangkap, dan kebijakan komponen pendukung lainnya.
Kebijakan infrastruktur adalah berupa pembangunan dan pengembangan pelabuhan perikanan untuk melayani kebutuhan armada penangkapan. Kebijakan
sumberdaya manusia mencakup peningkatan jumlah dan mutu nelayan. Kebijakan perikanan tangkap meliputi pengembangan jumlah armada, alat penangkap ikan,
dan alat bantu penangkapan pada wilayah yang memungkinkan, serta optimalisasi usaha perikanan skala kecil.
Mengacu pada potensi dan jenis sumberdaya ikan, maka perikanan tangkap di sekitar Maluku masih memiliki prospek pengembangan kedepan. Peluang
pengembangan industri perikanan tangkap masih terbuka untuk penambahan investasi. Nikijuluw 2005 menyatakan sekitar 1 750 kapal ikan berukuran di
atas 30 GT masih bisa ditambahkan pada perairan sekitar Propinsi Maluku. Penambahan ini membutuhkan investasi sekitar Rp 9 Trilyun dan akan menyerap
tenaga kerja sekitar 42 ribu orang, hanya untuk kegiatan perikanan tangkap. Kemudian, jika investasi tersebut dikembangkan dengan basis di Maluku, maka
tenaga kerja yang bisa ditampung pada pengembangan industri perikanan tangkap dari hulu sampai ke hilir sebanyak 84 ribu orang.
4.3.1 Potensi sumberdaya ikan
Luas laut Indonesia sekitar 5,8 juta km
2
yang terdiri dari Perairan Kepulauan atau Laut Nusantara, Perairan Teritorial, dan Perairan ZEE Indonesia, sedangkan
panjang garis pantai Indonesia adalah sekitar 81.000 km. Berdasarkan hasil pengkajian Badan Riset Kelautan dan Perikanan BRKP-DKP dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia LIPI pada tahun 2001, potensi sumberdaya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,41 juta tontahun, yang terdiri dari perairan
wilayah laut teritorial sekitar 4,625 juta tontahun dan perairan ZEEI sekitar 1,785 juta tontahun DKP RI 2006. Dengan menerapkan manajemen perikanan
berazaskan kehati-hatian precautionary approach, maka Jumlah Tangkapan yang diperbolehkan TAC ditetapkan sebesar 80 dari potensi tersebut atau
sebesar 5,1 juta tontahun.
Untuk kelompok ikan pelagis, potensi sumberdaya ikan pelagis kecil diestimasi sebesar 3.605.660 tontahun, sedangkan pelagis besar 1.145.360
tontahun. Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis berdasarkan WPP telah mengalami perubahan yang signifikan, dengan tingkat pemanfaatannya berada
pada kondisi under-exploited, fully-exploited, dan overexploited. Sebagai contoh, sumberdaya ikan di beberapa perairan pantai 12 mil tertentu sudah intensif dan
telah menunjukkan gejala over fishing, seperti Laut Jawa dan Selat Malaka Mangga Barani 2003a. Potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan
pelagis berdasarkan WPP tercantum pada Tabel berikut. Tabel 2 Potensi dan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis berdasarkan WPP di
Indonesia
Sumber: DKP RI, 2006 Keterangan: UE = under-exploited; OE = over-exploited
Kondisi objektif wilayah Maluku mengindikasikan bahwa sektor perikanan dan kelautan sangat berperan strategis dalam pembangunan nasional khususnya
pembangunan Maluku, karena wilayah laut Provinsi Maluku yang luasnya sekitar
No. WPP
Kelompok sumberdaya ikan Potensi
10
3
tonthn Produksi
10
3
tonthn Tingkat
Pemanfaatan
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. Selat Malaka
Pelagis Kecil Pelagis Besar
Laut Cina Selatan Pelagis Kecil
Pelagis Besar Laut Jawa
Pelagis Kecil Pelagis Besar
Selat Makasar dan Laut Flores Pelagis Kecil
Pelagis Besar Laut Banda
Pelagis Kecil Pelagis Besar
Laut Seram dan Teluk Tomini Pelagis Kecil
Pelagis Besar Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik
Pelagis Kecil Pelagis Besar
Laut Arafura Pelagis Kecil
Pelagis Besar Samudera Hindia
Pelagis Kecil Pelagis Besar
147 30 27 67
621 50 66 08
340 00 55 00
605 44 193 60
132.00 104.12
379.44 106.51
384.75 175.26
468.66 50.86
526.57 366.26
132.70 36.27
205.53 35.16
507.53 137.82
333.35 85.10
146.47 29.10
119.43 37.46
62.45 153.43
12.31 34.56
26.56 188.28
OE OE
UE UE
OE OE
UE UE
OE UE
UE UE
UE OE
UE UE
UE UE
658.294 km
2
menyimpan potensi berbagai jenis sumberdaya ikan yang umumnya dapat dikelompokan menjadi jenis-jenis ikan pelagis, ikan demersal, udang, cumi,
ikan karang maupun ikan hias. Sekitar 26,3 potensi perikanan tangkap Indonesia yang bisa dimanfaatkan berada pada wilayah perairan Maluku dan sekitarnya
PPM 2006. Dengan anggapan bahwa potensi sumberdaya perikanan Provinsi Maluku terdapat pada 3 Wilayah Pengelolaan Perikanan WPP yaitu WPP Laut
Banda, WPP Laut Arafura serta WPP Laut Seram dan sekitarnya maka secara keseluruhan potensi sumberdaya perikanan Provinsi Maluku diestimasi sekitar
1,64 juta ton per tahun. Potensi tersebut pada tahun 2005 secara total baru dimanfaatkan sekitar 484.401 ton per tahun atau sebesar 29,5.
Potensi sumberdaya ikan di WPP Laut Banda diestimasi sekitar 227.490 tontahun. Berdasarkan hasil kajian potensi yang dilaporkan oleh DKP Maluku
Tahun 2006, potensi tersebut terdiri dari 1 ikan pelagis besar 104.120 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan 27,95; 2 ikan pelagis kecil sekitar 132.000
ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan di atas 100; 3 ikan demersal 9.320 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan di atas 100; 4 udang penaeid yang
hampir tidak teridentifikasi; 5 ikan karang konsumsi 32.000 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan 19,38; 6 lobster 400 ton per tahun dengan tingkat
pemanfaatan 2,5, dan 7 cumi-cumi 50 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan 100. Hasil kajian di atas mengindikasikan bahwa telah terjadi
overfishing di WPP Laut Banda untuk kelompok ikan pelagis kecil, ikan demersal
dan cumi-cumi. Pada WPP Laut Seram dan Teluk Tomini potensi sumberdaya ikan
diestimasi sekitar 590.620 ton per tahun. Berdasarkan Laporan DKP Maluku Tahun 2006, potensi di WPP tersebut menurut kelompok sumberdaya adalah: 1
ikan pelagis besar 106.510 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan 35,17; 2 ikan pelagis kecil 379.460 ton per tahun, tingkat pemanfaatan 31,48; 3 ikan
demersal 83.840 ton per tahun, tingkat pemanfaatan 83,84; 4 ikan karang konsumsi 12.500 ton per tahun, tingkat pemanfaatan 37,04; 5 udang penaed
900 ton per tahun, tingkat pemanfaatan 100; 6 lobster 300 ton per tahun, tingkat pemanfaatan 6,67, dan 7 cumi-cumi 7.130 ton per tahun dengan
tingkat pemanfaatan 3,97. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ikan pelagis
kecil dan pelagis besar berpeluang dikembangkan, sedangkan udang penaed membutuhkan upaya pembatasan penangkapan.
Potensi sumberdaya ikan di WPP Laut Arafura berdasarkan hail kajian yang dilaporkan oleh DKP Maluku Tahun 2006 adalah 227.490 tontahun. Potensi dan
tingkat pemanfaatan berdasarkan kelompok sumberdaya adalah 1 ikan pelagis besar 50.860 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan 67,93; 2 ikan pelagis
kecil 468.660 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan 2,63; 3 ikan demersal 202.340 ton per tahun, tingkat pemanfaatan 77,49; 4 ikan karang konsumsi
3.100 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan telah melebihi 100; 5 udang penaed 43.100 ton per tahun, tingkat pemanfaatan 85,00; 6 lobster 100 ton per
tahun, tingkat pemanfaatan melebihi 100, dan 7 cumi-cumi 3.340 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan 3,97 DKP Maluku 2006. Berdasarkan
tingkat pemanfaatannya, seluruh kelompok sumberdaya masih memiliki peluang pengembangan di WPP Laut Aru, kecuali lobster dibutuhkan upaya pembatasan
penangkapan. Sumberdaya ikan pelagis kecil yang terdapat di Maluku adalah ikan layang
Decapterus spp., selar Selaroides spp., kembung Rastrelliger spp., tembang Sardinela spp., teri Stolephorus spp., ikan terbang Poecilopterus spp..
Sumberdaya pelagis tersebut menyebar di perairan Seram, Buru, Kepulauan Lease, Kei Kecil, Laut Banda dan Laut Arafura Gafa dan Subani 1991.
4.3.2 Armada perikanan