ini kebersamaan ini akan menjadi daya dorong kebersamaan dan mendukung kekuatan konsistensi internal kebudayaan Karo secara umum.
4.2.3 Penggunaan pada pesta tahun
Masyarakat Karo merupakan masyarakat desa yang mayoritas kehidupannya mengandalkan kepada pertanian. Selain sebagai kehidupan
perekonomian juga dikaitkan dengan kehidupan religius dan interaksi sosial. Tanaman padi merupakan salah satu tanaman penting dan membutuhkan
penghormatan terhadap proses penanamannya. Panggilan tertentu seperti Beru Dayang menunjukkan betapa dihargainya padi dalam kehidupan sosial dan
budaya masyarakat Karo. Selain sebagai bahan pangan pokok, sumber kekuatan ekonomi dan juga dasar prestise sosial bagi masyarakat. Ukuran dan volume
lumbung padi sering menjadi tolok ukur keberadaan seseorang. Dengan demikian, semua proses penanaman dihargai dan disyukuri disertai harapan untuk hasil yang
baik. Hal ini sejalan dengan kepercayaan religi yang dimiliki masyarakat. Beberapa waktu lalu, tanaman padi merupakan tanaman dengan masa
penanaman setahun sekali. Proses awal hingga akhir penanaman membutuhkan beberapa upacara agar memberikan hasil yang baik. Hal ini sejalan dengan paham
magis animistis masyarakat Karo, yang menganut ajaran Pemena. Upacara- upacara tersebutlah yang umumnya mendasari terselenggaranya kerja tahun di
dalam kebudayaan masyarakat Karo. Kerja tahun dapat diartikan sebagai pesta yang diselenggarakan
masyarakat setahun sekali. Walaupun pada beberapa daerah tertentu ada yang
Universitas Sumatera Utara
menyelenggarakan kerja tahun tersebut tidak didasarkan pada tanaman padi lagi, namun mayoritas masih didasarkan pada hal tersebut.
Di sisi lain, Ginting 1999:175-178 menganggap kerja tahun sebagai perekat kekerabatan. Beliau merumuskan kerja tahun ke dalam empat nama, yaitu
sebagai berikut. 1 Merdang merdem, kerja tahun ini dilakukan pada masyarakat sekitar Kecamatan Tiga Binanga dan Munte. Waktu pelaksanaannya dilakukan
saat akan dimulainya proses penanaman padi. Diawali dari penyemaian benih sampai benih ditanamkan ke ladang disebut merdang. 2 Nimpa bunga benih,
kerja tahun ini juga sering pula disebut ngambur-ngamburi. Pelaksanaannya secara sosial terdapat di daerah Kabanjahe dan sekitarnya, Berastagi, dan Simpang
Empat. Aktivitas ini dilakukan ketika menanam padi sudah berdaun sekitar dua bulan. Masyarakat Karo menyebutnya dengan erlayuk, ersusun kulpah. 3
Mahpah, yaitu berasal dari kata pahpah, yaitu padi yang direbus, dijemur, dan ditumbuk, sehingga berbentuk gepeng. Pahpah inilah yang disiram air dan diberi
madu atau gula dan kelapa, kemudian dimakan bersama-sama. Kerja tahun ini umumnya dila dilakukan di daerah Barus Jahe dan Tiga Panah. Pelaksanaannya
ketika padi mulai menguning. 4 Ngrires, kerja tahun ini dilaksanakan di daerah Batu Karang. Dikatakan ngerires karena berasal dari kata rires yang artinya
adalah lemang yang merupakan makanan khas pada acara kerja tahun ini. Pelaksanaannya sebagai ucapan syukur atas panenan padi yang baik.
Semua acara di atas diikuti doa menurut kepercayaan Pemena serta tata cara dan perlengkapan tertentu yang berbeda-beda pada setiap acara. Selain kerja tahun
di atas, pada daerah tertentu telah berkembang kerja tahun yang tidak didasarkan
Universitas Sumatera Utara
pada proses penanaman padi. Daerah seperti di Juhar, Tanah Pinem, dan Tiga Lingga sudah mendasarkan kerja tahun pada ulang tahun kemerdekaan yaitu
tanggal 17 Agustus. Paparan di atas menjelaskan bahwa pada masyarakat Karo terdapat perbedaan
jadwal pelaksanaan kerja tahun. Namun semua didasarkan pada keyakinan dan harapan demi hasil pertanian yang lebih baik. Besarnya antusias masyarakat untuk
menghormati tanaman padi ini sehingga mereka menyebutnya sebagai Siberu Dayang, dengan kondisinya masing-masing. Misalnya: 1 Beru Dayang
Rugunugun, yaitu nama padi yang telah ditanam; 2 Beru Dayang Buninken, yaitu nama padi yang telah ditanam dan ditutup; 3 Beru Dayang Melembing
yaitu nama padi setelah daunnya mirip lembing; 4 Beru Dayang Medukeduk nama padi yang daunnya telah rimbun melengkung ke bawah, 5 Beru Dayang
Kumerket, yaitu nama padi yang telah bunting, 6 Beru Dayang Perinterinte, yaitu nama padi setelah butirnya menguning, dan 7 Beru Dayang Pegungun
yaitu nama padi setelah dipanen dan dijemur Sitepu dkk. 1996:148. Sejalan dengan konsep kerja tahun yang dihubungkan kepada tanaman padi.
Terdapat beberapa proses sebagai tahapan penanamannya, yaitu sebagai berikut. a Rebu merdang yaitu puasa sebelum menyemai padi yang lamanya adalah
7 sampai 10 hari sebelumnya, namun tanah sudah dihaluskan. Rebu merdang dapat diartikan sebagai masa tidak melakukan aktivitas apapun atas lahan
pertanian. Ada kepercayaan bahwa tanah juga harus diberi masa istirahat. Saat ini khusus untuk berkumpul dengan keluarga dan makan bersama.
Universitas Sumatera Utara
b Merdang yaitu proses menyemai padi, mengambil benih, dan menanamkan ke lubang yang telah disediakan, lalu menutupnya. Para ibu secara
bersama-sama akan menanam padi ke lubang dan ditutup. Namun pengambilan benih pertama harus pihak kalimbubu dan diikuti anak beru. Masa penanaman
juga setelah terlihat bintang pemerdangken bercahaya di langit. Hal ini dapat dihitung dari jadwal pelaksanaan merdang merdem yaitu wari beras pati medem.
Di tempat penyemaian benih ditanami tanaman tertentu. Benih juga disembur dengan sirih yang telah diberi kapur dan pinang belo entabeh. Tanaman yang
ditanami di sekitar penyemaian benih adalah sebagai berikut. 1 galuh sitabar pisang kepok, 2 tabar-tabar, 3 kalin juhang, 4 besi-besi sampe sempilet, 5
bunga-bunga kembang sepatu, 6 ambat tuah pokok merbai, 7 siang-siang, 8 kapal-kapal sejenis bunga berdaun tebal, dan 9 selantam.
c Mere-mere page yaitu proses pemberian upah-upah terhadap padi agar tumbuh baik. Hal ini dilaksanakan ketika padi mulai bunting. Untuk acara ini ada
beberapa tanaman yang harus disediakan, yang kesemuanya disebut sebagai rudang simelias gelar, yang terdiri dari: i simbera bayak, ii bertuk pola, iii
jabi-jabi, dan iv padang teguh. Tanaman tersebut disatukan dan diikat ke batang padi yang telah dipilih. Disediakan juga makanan yaitu ikan yang dipanggang di
bambu dan lemang. Sebagian makanan diletakkan di ladang ercibal sambil berdoa. Lalu di setiap sudut dipacakkan daun-daun yang telah disediakan
sebelumnya. d Mutik memetik padi. Hal ini juga memerlukan syarat dan peralatan
tertentu yaitu sumpit nakan kitik kantongan dari anyaman daun pandan diisi
Universitas Sumatera Utara
beras, gantang, dan telur ayam, sirih sirumbul dibentuk seperti sumbat dan sirih sinumsum beserta pinang yang telah dibelah. Kemudian diambil 11 batang padi
dipegang dan ditarik sambil berdoa semoga hasil berlipat ganda. Sedangkan padi diambil bulirnya, dikupas, dan disatukan dengan beras di sumpit. Rumpun padi
yang dipegang dipetik lalu disatukan dengan daun pimping dan sempelutut. Diikat dengan padang teguh, diletakkan di atas dinding dekat tiang. e Rani yaitu
pemanenan padi. f Ngerik yaitu melepaskan bulir-bulir padi dari tangkai dengan menginjak-
injak padi. g Ngangin yaitu memisahkan padi yang baik dari padi yang kosong atau kurang baik dari kotoran memanfaatkan bantuan angin. h Njemur yaitu
proses pengeringan di bawah sinar matahari, didinginkan lalu disimpan ke dalam lumbung ibid. 149.
Di dalam pesta tahunan ini biasa dilakukan pertandingan antara penyanyi tradisional Karo, yaitu perkolong-kolong. Di dalamnya juga selalu digunakan
nyanyian katoneng-katoneng, yang temanya adalah tentang rasa syukur telah diberi panen yang baik oleh Tuhan yang Maha Kuasa. Nyanyian katoneng-
katoneng di dalam konteks pesta tahun ini, memiliki fungsi-fungsi seperti: hiburan, integrasi sosial, ekspresi jasmani, kesinambungan kebudayaan,
komunikasi, penguat identitas kebudayaan, ritual agraris, dan berbagai fungsi lainnya yang bersifat abstrak.
Ketiga kegiatan tersebut di atas, yang melibatkan nyanyian katoneng- katoneng dan penyanyinya perkolong-kolong dalam kebudayaan Karo,
bagaimanapun mencerminkan secara umum, bahwa katoneng-katoneng identik
Universitas Sumatera Utara
secara fungsional sebagai ekspresi orang Karo bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberinya rezeki dan kehormatan di dalam mengisi
kehidupan di dunia ini, dalam konteks menuju alam akhirat kelak. Selanjutnya dikaji pula fungsi katoneng-katoneng pada upacara cawir metua di dalam konteks
kebudayaan Karo ini.
4.3 Fungsi Katoneng-katoneng