mati yang sempurna cawir metua. Ekspresi ini dapat dilihat melalui lirik-lirik katoneng-katoneng berikut ini.
Ibas perjumpan ngambur-ngamburken iluh e kalimbubu kami. Ija ibas ertenah nande beru pinem beru tambarmalem e. Ertenah pagi ia
la erpudun man bandu. Ija ibas ia nehken perpadanen ras Dibata. Maka ersada kal bage karina ukur kami, ersada arih kami. Menurut
biasanya, ngikutken peradaten si enggo-enggona. Maka ibas wari sekalenda, icawir me peradatan ujung nggeluh nande beru pinem e,
kalimbubu kami.
[Pada pertemuan yang sedih ini kalimbubu kami. Yang mana sudah mengundang nande beru Pinem beru Perangin-angin ini. Mengundang
tanpa janji kepadamu. Dimana saat ia sudah menghadap Tuhan. Maka bersatulah semua hati kami, bersatu musyawarah kami. Menurut
biasanya, sesuai adat sebelumnya. Maka pada hari ini, adat cawir metua dibuat kepada ibu beru Pinem, kalimbubu kami.]
Kalimat demi kalimat di atas yang disenandungkan dalam bentuk katoneng-katoneng adalah mengekspresikan emosi pihak anak beru yaitu berupa
perasaan sedih karena meninggalnya sang jenazah. Namun di sisi lain, pihak anak beru bekerja sekuat tenaga agar upacara berlangsung dengan sebaik-baiknya. Oleh
karena itu kematian tersebut berdampak memberi semangat untuk keberhasilan upacara. Begitu juga ekspresi gembira karena sang jenazah telah mencapai derajat
kematian cawir metua.
4.3.5 Fungsi kesinambungan kebudayaan
Berkenaan dengan fungsi sumbangan musik untuk kelestarian dan stabilitas kebudayaan, Merriam menjelaskan bahwa tidak semua unsur
kebudayaan memberikan tempat untuk mengekspresikan emosi, hiburan, komunikasi, dan seterusnya. Musik adalah perwujudan kegiatan untuk
Universitas Sumatera Utara
mengekspresikan nilai-nilai. Dengan demikian fungsi musik ini menjadi bahagian dari berbagai ragam pengetahuan manusia lainnya, seperti sejarah, mite, dan
legenda. Berfungsi menyumbang kesinambungan kebudayaan, yang diperoleh melalui pendidikan, pengawasan terhadap perilaku yang salah, menekankan
kepada kebenaran, dan akhirnya menyumbangkan stabilitas kebudayaan Merriam, 1964:225.
Lagu katoneng-katoneng dalam kebudayaan Karo di Sumatera Utara berfungsi pula memberikan sumbangan untuk kelestarian dan stabilitas
kebudayaan Karo. Di dalam lagu katoneng-katoneng terkandung unsur-unsur sejarah keturunan dan kerabat, yang pada saatnya mampu memberikan
sumbangan untuk kelestarian kebudayaan. Melalui nyanyian katoneng-katoneng bisa dipelajari perilaku-perilaku yang dipandang benar oleh masyarakat
pendukungnya. Di dalam lagu katoneng-katoneng terkandung nilai-nilai moral. Usaha untuk mewujudkan kelestarian dan stabilitas kebudayaan Karo tercermin
di dalam nyanyian katoneng-katoneng ini
4.3.6 Fungsi Integrasi Sosial
Fungsi katoneng-katoneng dalam upcara cawir metua pada budaya Karo lainnya adalah untuk integrasi masyarakat Karo. Berkenaan dengan fungsi seni
sebagai sumbangan untuk integrasi masyarakat, Merriam menjelaskannya seperti yang diuraikannya berikut ini.
Music, then, provides a rallying point around which the members of society gather to engage in activities which require the
cooperation and coordination of the group. Not all music is thus
Universitas Sumatera Utara
performed, of course, but every society has occasions signalled by music which draw its members together and reminds them of their
unity Merriam, 1964:227.
Menurut Merriam, salah satu fungsi musik adalah sebagai wahana untuk berkumpul para anggota masyarakatnya. Musik seperti ini biasanya mengajak
para warga masyarakatnya untuk turut serta beraktivitas. Dalam konteks itu, mereka saling memerlukan kerjasama dan koordinasi kumpulan. Walaupun
demikian, Merriam juga tidak menyatakan bahwa semua musik berfungsi sebagai kontribusi untuk integrasi, tetapi setiap kumpulan masyarakat mempunyai musik
seperti yang digambarkannya itu. Melalui musik ini para anggota masyarakatnya diajak untuk beraktivitas bersama, dan mengingatkan akan pentingnya mereka
sebagai satu kesatuan kelompok. Konsep yang dikemukakan Merriam tersebut sangat tepat dalam
menggambarkan salah satu fungsi yang terjadi dalam lagu katoneng-katoneng dalam upcara cawir metua. Dari serangkaian fungsi katoneng-katoneng, menurut
penulis, fungsinya yang utama adalah memberi sumbangan kepada integrasi masyarakat Karo.
Di dalam kegiatan cawir metua yang menggunakan katoneng-katoneng ini, pihak-pihak kerabat sangkep nggeluh yang tercakup dalam rakut sitelu tiga
kelompok kerabat, yaitu: senina sembuyak, anak beru, dan juga kalimbubu, berkumpul bersama. Kemudian mereka melakukan upacara, yang persiapannya
dilakukan melalui sistem musyawarah runggu. Selanjutnya secara bersama-sama pula mereka melakukan acara demi acara, sampai akhirnya si jenazah dikuburkan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam kegiatan sosial seperti ini, nilai-nilai yang dibangun adalah berupa integrasi sosial. Mereka menjunjung nilai-nilai kebersamaan di dalam konteks
kesatuan yang besar. Kesatuannini merupakan kekuatan dalam menghadapi apa pun permasalahan di dunia ini. Apabila kondisi integrasi ini terjadi dalam lingkup
yang lebih luas, maka akan terasa kebersamaan dan saling memerlukan antara manusia di dunia ini, sebagai makhluk sosial.
2
Dalam konteks Sumatera Utara sendiri lagu katoneng-katoneng ini juga merupakan daya dorong setiap orang Karo untuk menjalin integrasi sosiobudaya,
artinya adalah bahawa masyarakat Karo atau yang lebih luas seluruh umat manusia, memiliki berbagai perbedaan ras, bangsa nasional, status sosial dan
ekonomi, agama, kepercayaan, sekte, steretipe, jenis kelamin dan lain-lainnya. Mereka yang berbeda ini, perlu berkomunikasi dan saling berhubungan sosial,
karena makhluk manusia itu memerlukan manusia lain. Dalam konteks sedemikian rupa mereka memerlukan integrasi sosial, agar terjalin hubungan
antara individu atau kelompok manusia, yang diatur oleh hukum atau norma- norma sosial yang ada. Salah satu fungsi katoneng-katoneng adalah untuk
2
Contoh lain fungsi seni yang memberikan sumbangan untuk integrasi masyarakat adalah tarian yang terdapat pada masyarakat Andaman, yang dideskripsikan Radcliffe-Brown seperti
berikut. The Andamanese dance with its accompanying song may therefore be described as an activity in which, by virtue of the effect of rhythm and melody, all the members of a community
are able harmoniously to cooperate and act in unity ... The pleasure that the dancer feel irradiates itself over everything arouns him and he is filled with geniality and good-will towards his
companions. The sharing with others of an intense pleasure, or rather the sharing in a collective expression of pleasure, must ever incline us to such expansive feelings. ... In this way the dance
produces a condition in which the unity, harmony and concord of the community are at a maximum, and in which they are intensely felt by every member. It is also produce this condition.
I would maintain, that is the primary social function of the dance. The well-being, or indeed the existence, of the society depends on the unity and harmony that obtain in it, and the dance, by
making that unity intensely felt, is a menas of maintaning it. For the dance affords an opportunity for the direct action of the community upon the individual, and we have seen that it exercises in
the individual those sentiments by which the social harmony is maintained Radcliffe-Brown, 1948:249-252.
Universitas Sumatera Utara
mewujudkan integrasi sosiobudaya. Bahawa masyarakat Karo itu sendiri memiliki pelbagai perbeaaan. Oleh karenanya mereka perlu mengadakan integrasi
sosiobudaya dalam peringkat dunia atau kawasan. Nilai-nilai integrasi sosial yang terdapat di dalam lagu katoneng-katoneng
ini dicerminkan di dalam lantunan lagunya, seperti contoh berikut ini. Nande…, nina buah barandu e erlebuh dingen erdilo
nande. Uga kel nge nen kami ndia, ngataken katandu nandangi sembuyak seninanta e nande. Bapa Ginting mergana ate kami
metedeh, apai kel nge….kam leben ilebuh idilo kami. Bagem… nina buah barandu e, doah-doah didong ndu e karina.
[Ibu… kata buah hatimu memanggil-manggil ini ibu. Bagaimana kami menyampaikan pesanmu kepada saudara satu
nenek dan saudara semarga kita ini ibu. Bapa marga Ginting, yang kami rindukan. Yang mana kalian duluan kami panggil. Begitulah,
kata buah hatimu ini, yang engkau nina bobokkan ini semua.]
Katoneng-katoneng yang mewakili ungkapan perasaan pihak sukut itu dengan jelas mengekspresikan integrasi sosial di antara klen ibu yang telah meninggal
dunia tersebut serta klen dari pihak suami sang ibu yaitu merga Ginting. Itulah perasaan anak-anak buah hati sang ibu yang telah meninggalkannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB V ANALISIS STRUKTUR MELODI
LAGU KATONENG-KATONENG
Pada Bab V ini dikaji struktur melodi lagu katoneng-katoneng yang digunakan di dalam upacara cawir metua dengan fokus pada salah satu kegiatan
upacara cawir metua saat meninggalnya ibu Cilenggemen br Pinem Nande Sesser, di Desa Lau Tawar, Kecamatan Taneh Pinem, Kabupaten Dairi.
5.1 Proses Transkripsi dan Hasil Notasi