Penggunaan pada Upacara Mengket Rumah Mbaru

dalam kedudukan yang sempurna menurut adat Karo, dan lain-lainnya. Dengan melihat penggunaan katoneng-katoneng yang seperti ini, jelaslah bahwa katoneng-katoneng memiliki nilai-nilai penghiburan dalam suasana keberkahan dan sukacitas. Dari guna yang seperti ini tentu saja nilai-nilai yang terkandung di dalam katoneng-katoneng adalah nilai-nilai orientasi kepada tujuan hidup orang Karo untuk menjadi orang yang berhasil dalam dunia maupun akhirat, dan berorientasi kepada kemajuan peradaban.

4.2.1 Penggunaan pada Upacara Mengket Rumah Mbaru

Dalam kebudayaan Karo di Sumatera Utara, jika seseorang diberi rejeki berupa rumah tempat kediaman baru, maka ia akan melakukan upacara bersyukur yang disebut mengket rumah mbaru masuk ke rumah baru, ada juga yang menyebutnya mengket rumah saja. Peristiwa ini memiliki latar belakang kebudayaan yang panjang. Di dalamnya terkandung nilai-nilai filosofis, tentang pentingnya bersyukur kepada Tuhan Yang maha Kuasa atas segala rejeki yang telah diberikan kepada seseorang itu. Sel;ain itu, rasa syukur ini juga disertai dengan nilai-nilai kebersamaan sosial. Dengan melakukan upacara ini, maka pihak-pihak kerabat dan masyarakat yang terlibat dalam acara tersebut terus membina hubungan social yang baik, denganm cara berkomunikasi, bertukar pendapat, dan saling memberikan cerita-cerita pengalaman hidup mereka masing-masing. Dengan demikian terjalinlah hubungan social dan emosi dari semua yang terlibat di dalam upacara tersebut. Selain itu, nilai lainnya adalah membentuk setiap orang yang terlibat di dalam upacara ini untuk mencintai, Universitas Sumatera Utara menghayati, dan mengamalkan budaya Karo sebagai bagian dari identitas kebudayaan mereka, yang penting bagi mengisi kehidupan di dunia ini. Selain itu, melalui upacar ini tersemai nilai-nilai integrasi sosial, baik itu untuk kalangan orang dalam sendiri dan juga masyarakat yang multikultural di Sumatera Utara atau Indonesia secara umumnya. Rumah adalah tempat setiap keluarga, baik itu keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anaknya tinggal dan menjadi tempat untuk beraktivitas keluarga—maupun keluarga batih atau extended family, yang terdiri dari keluarga inti ditambah para kerabat dekatnya. Dimulai dari rumah inilah kepribadian setiap orang dibentuk, dan setiap orang mengembangkan karakternya masing-masing. Dalam konsep tradisional Karo, keluarga yang baik akan menghasilkan manusia-manusia yang baik dan unggul. Dengan demikian, jika sebuah keluarga memiliki rumah baru, maka ia tanpa disuruh oleh siapapun tergerak hatinya untuk melakukan upacara, sebagai ekspresi rasa syukur dan sekaligus juga sebagai cara membagi kebahagian dengan orang lain. Dalam upacara mengket rumah mbaru ini, benda-benda upacara terdiri dari: buluh-buluh simelias gelar, yaitu kumpulan dedaunan yang dipandang memiliki makna kultural khas membawa kebaikan. Di antaranya adalah: bulung jabi-jabi daun pokok beringin, bulung besi-besi, bulung sangke sempilet, bulung arimas, bulung kalinjuhang, bulung ambattuah, bulung batang teguh, dan bulung simbara bayak. Kesemua daun ini ditempatkan di keempat sudut dapur rumah baru tadi bersamaan dengan pemasangan daliken tungku di dapur. Universitas Sumatera Utara Pada kegiatan upacara mengket rumah mbaru ini, secara budaya selalu melibatkan katoneng-katoneng yang dinyanyikan oleh perkolong-kolong. Peristiwa cultural dan musikal ini juga diiringi oleh ensambel gendang lima sidalanen. Tidak lupa juga kegiatan tersebut melibatkan tari-tarian dari pihak kerabat sukut, baik itu kalimbubu, senina, maupun anak beru. Kegiatan ini sebagaimana halnya kegiatan upacara cawir metua, juga melibatkan aspek adat dan juga sistem religi. Begitu juga dengan segala persiapannya yang selalu ditandai dengan sistem musyawarah runggu. Adapun upacara mengket rumah mbaru ini tahapan-tahapannya adalah: a liturgi gereja bagi yang beragama Kristen, atau doa bagi yang beragama Islam. Kemudian b majekken daliken yang disertai dengan pemakaian ose. Seterusnya c aktivitas man cimpa dan makan dem makan nasi dengan lauk yang lengkap. d acara prosesi atau arak-arakan, e acara perlandek menari; dan f acara man makan bersama. Secara umum upacara mengket rumah mbaru dilakukan di dalam rumah dan kemudian dilanjutkan di jambur loosd. Lauk yang disediakan adalah berupa daging lembu, babi, dan juga ayam. Pihak rakut sitelu memakai ose yaitu pakaian adat Karo. Beberapa minggu sebelum dilakukannya upacara mengket rumah mbaru ini, maka pihak sukut yang punya hajat mengadakan musyawarah runggu keluarga dengan kerabat dekatnya sangkep nggeluh. Adapun aspek yang dimusyawarahkan adalah tentang pelaksanaan upacara kerja, persiapan Universitas Sumatera Utara upacaranya, dan berkaitan pula dengan konsumsi yang disediakan untuk keperluan upacara tersebut. Dalam kegiatan upacara ini, adat istiadat yang pertama kali dilakukan adalah ndalanken luah kalimbubu. Pemakaian ensambel musik gendang lima sidalanen dalam upacara mengket rumah mbaru ini memang tidak mutlak, tetapi sangat lazim dilakukan. Bagaimanapun dalam hal ini katoneng-katoneng adalah indeks dari upacara mengket rumah mbaru ini di dalam konteks kebudayaan Karo. Selain itu secara kekerabatan dan untuk integrasi sosialnya, maka semua pihak dalam rakut sitelu mengadakan kegiatan menari perlandek, yang urutannya ditentukan dalam adat ini. Selain itu, dalam upacara mengket rumah mbaru ini juga melibatkan pidato berupa nasihat dari unsur-unsur rakut sitelu tersebut. Dalam kebudayaan karo, saling memberikan nasihat ini memang menjadi kebiasaan di kalangan mereka. Saling menasihati ini akan memberikan arah yang baik bagi melakukan kontinuitas kebudayaan Karo.

4.2.2 Penggunaan pada upacara cawir metua