Katoneng-katoneng Cawir metua Konsep

argumentasi Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2005:1177. Untuk mendapatkan pengertian yang mendasar tentang istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka diperlukan konsep. Adapun konsep-konsep yang perlu dijelaskan dalam konteks penelitian ini adalah: a katoneng-katoneng, b cawir metua, c kebudayaan, d struktur melodi, e makna teks. Seterusnya konsep tentang lima istilah di atas dapat diuraikan sebagai berikut ini.

1.5.1.1 Katoneng-katoneng

Dalam kamus bahasa Karo karangan Darwin Prints 2002 disebutkan bahwa katoneng-katoneng adalah nyanyian tradisional Karo yang berisikan nasehat, doa, dan sebagainya. Lagukatoneng-katoneng biasanya dilantunkan oleh seorang perkolong-kolong dalam upacara cawir metua kematian, mengket rumah mbaru memasuki rumah baru, dan lain sebagainya. Katoneng-katoneng berasal dari kata toneng yang artinya tenang atau damai. Dengan kata lain, bahwa katoneng-katoneng adalah sejenis lagu yang syairnya memberikan ketenangan, kedamaian, nasehat, doa, dan lain sebagainya; yang sangat menggugah perasaan orang lain ketika mendengarkannya. Dalam terminologi musik Barat, lagu katoneng-katoneng yang disajikan dalam upacara cawir metua termasuk jenis lament song, yaitu sebuah lagu yang berhubungan dengan kematian dan cenderung sedih. Universitas Sumatera Utara

1.5.1.2 Cawir metua

Dalam masyarakat Karo, meninggal dunia di usia lanjut dan semua anaknya telah menikah,dihargai sebagai prestasi tersendiri yang disebut dengan cawir metua. Kriteria cawir metua ini adalah bila semua anak-anak kandungnya sudah menikah dan telah memenuhi seluruh kewajiban adatnya. Bila ada seseorang meninggal dalam kondisi cawir, maka semua kerabat dari pihak kalimbubunya harus menyediakan ose lengkap er emas-emaspakaian adat lengkapyang terdiri dari sertali perhiasan dari sepuhen emas, bulang-bulang dan tudung kain adat uniul laki-laki dan perempuan; yang manasemuanya ini nanti akan dipakaipada saat pelaksanaan upacara oleh saudara laki-laki almarhum suami istri, anak laki-laki almarhum suami istri, serta janda almarhum kalau yang meninggal dunia laki-laki. Perhiasan dan pakaian yang indah ini, sebagai suatu tanda kehormatan dari pihak kalimbubunya kepada yang meninggal almarhum. Kematian cawir metua ini seharusnya tidak perlu ditangisi, karena kematian seperti ini dianggap mulia dan sangat dihargai.Namun demikian, pada kenyataannya kaum keluarga dan kerabat tetap saja larut dalam kesedihan pada saat-saat tertentu maupun momen-momen tertentu.Meskipun selanjutnya, kesedihan semakin berkurang dan upacara tersebut dapat berlangsung dengan penuh suka ria. Universitas Sumatera Utara

1.5.1.3 Kebudayaan