6 Mate anak perana atau singuda-nguda, di kawasan Karo Jahe disebut
dengan mate ndahi nini, yaitu kematian seseorang anak manusia yang telah sampai ke dalam keadaan perjaka atau gadis.
7 Sirang sere, yaitu kematian seorang wanita pada saat ia melahirkan
anaknya. 8
Kayat-kayaten, yaitu seseorang yang meninggal dunia, disebabkan oleh dirinya sakit-sakitan.
9 Mate sadawari yaitu sesorang yang meninggal akibat dari kecelakaan
yang tidak diduga-duga. Dari jenis kematian-kematian di atas, dalam pelaksanaan adat-istiadatnya
kadang-kadang memiliki berbagai perlengkapan khusus, namun dari sisi music dan tari gendang dalam upacara kematian ini hamper sama. Berbagai perlengkapan
khusus ini, misalnya untuk kematian seseorang yang mencapai derajat perjaka atau gadis, pada alat kelamin laki-laki ditutup oleh seruas bambu—di sisi lain pada alat
kelamin mayat wanita gadis ini dimasukkan tongkol jagung. Dalam persepsi tradisional masyaraat Karo, kematian yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda,
maka roh yang meninggal dunia tersebut dipanggil dengan sebutan yang berbeda- beda pula. Kategori kematian dalam masyarakat Karo ini dapat digambarkan pada
Bagan 3.1.
3.3 Pengertian Cawir Metua
Pada kebudayaan masyarakat Karo upacara kematian secara umum disbeut dengan kerja nurun atau kerja simate-mate. Kemudian selain itu, ada tiga jenis
Universitas Sumatera Utara
kematian dalam konsep adat masyarakat Karo, yang biasanya didasarkan kepada status sosial selam ia masih hidup, yaitu: a cawir metuah, b tabah-tabah galuh,
dan c mate nguda. Yang dimaksud dengan upacara cawir metua adalah jika yang meninggal dunia sudah lanjut usianya dan telah memiliki anak dan cucu dari semua
anak-anaknya. Tidak ada kepastian tertentu usia berapa tahunkah seseorang yang meninggal itu dapat dikategorikan sebagai cawir metua.
Berbeda dengan jenis kematian yang lain, kematian cawir metua ini banyak yang tidak ditangisi, karena pada dasarnya kaum kerabat tidak menunjukkan
kesedihan, malah sebaliknya bersuka ria. Alasan di balik sikap seperti ini adalah bagi mereka telah puas memberikan kasih dan sayangnya selama yang telah
meninggal dunia tersebut masih hidup. Kematian yang seperti ini dipandang mulia dan sangat dihargai. Acara pemakamannya disebut dengan istilah nurun yang
disertai dengan music dan tarian dan para kerabat serta yang hadir turut menari bersama.
Universitas Sumatera Utara
Bagan 3.1 Daur Hidup dan jenis Kematian dalam Persepsi Kebudayaan Karo
Universitas Sumatera Utara
Dengan keberadaanya yang seperti itu, cawir metua adalah upacara seseorang yang meninggal yang sudah lanjut usianya dan semua anak-anakanya
baik lelaki atau perempuan sudah berumah tangga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa syarat yang paling utama untuk seseroang yang meninggal
cawir metua ada dua, yaitu semua anak dari yang meninggal dunia tersebut telah berkeluarga, dan kedua telah lanjut usianya.
Karena jenis kematian yang penulis teliti adalah cawir metua, maka terlebih dahulu penulis akan menjelaskan tentang cawir metua tersebut. Biasanya jenis
kematian yang tergolong ke dalam kelompok cawir metuo adalah orang yang meninggal dalam kondisi lanjut usia dimana anak-anaknya sudah berumah tangga
dan sudah memiliki cucu laki-laki dan cucu perempuan. Pada waktu sakit, biasanya di sinilah kesempatan anak-anaknya untuk menunjukkan kasih sayangnya kepada
orang tua tersebut. Mereka menyuapi orangtua tersebut dan setelah makan, biasanya orang tua tersebut memberikan nasihat, ajaran dan berkat kepada anak-
anaknya tersebut. Kadangkala, dalam kesempatan ini orangtua tersebut menyerahkanharta dan kekayaan yang dimilikinya. Ketika ada seseorang meninggal
dalam kondisi cawir, maka semua kerabat dari pihak kalimbubunya pihak mertua dari istri anak-anaknya yang laki-laki harus menyediakan ose yaitu menyediakan
pakaian adat lengkap untuk dikenakan oleh saudara laki-laki serta anak laki-laki beserta istri serta janda almarhum kalau yang meninggal dunia laki-laki. Pakaian
ini sebagai suatu tanda kehormatan dari pihak kalimbubunya kepada yang meninggal almarhum. Jenis kematian cqvvir metua ini ditangisi para kaum
kerabat menunjukkan kesedihan sebagai sebuah perpisahan. Kematian seperti ini,
Universitas Sumatera Utara
dianggap mulia dan sangat dihargai. Acara pemakamannya disebut dengan istilah nurun disertai dengan gendang pengiring dan para kaum kerabat larut menari
bersama dengan mengelilingi jenazah.
3.4 Tujuan Upacara Cawir Metua