Sistem Kepercayaan GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO

2.3 Sistem Kepercayaan

Kepercayaan yang paling tua di Tanah Karo adalah dinamisme dan animisme roh. Dalam kepercayaan ini dilakukan pemujaan atau penyembahan kepada roh-roh yang dianggap suci dan berkuasa; pada tempat-tempat dan waktu-waktu tertentu E.P. Ginting,1999. Dalam kepercayaan dinamisme dan animisme, hidup orang Karo dikelilingi oleh kekuatan-kekuatan kosmis; ia memakai mitos-mitos untuk memahami hidup dan lingkungannya. Kepercayaan tradisional tersebut di atas disebut dengan perbegu. Karena istilah perbegu berkonotasi negatif, yang artinya orang yang berteman dengan begu hantu, maka komunitas mereka menamai diri pemena, yang artinya kepercayaan paling awal; kepercayaan pemula. Masuknya pengaruh Hindu sejak zaman pra-historis memperkenalkan orang Karo kepercayaan kepada dibata. Kepercayaan tersebut percaya bahwa segala yang ada di dunia ini, yang tampak maupun yang tak tampak, diciptakan oleh dibata, yang biasa juga disebut dengan sebutan dibata kaci-kaci. Kaci-kaci adalah dewi wanita yang maha pengasih H.G. Tarigan, 1998. Ianya menguasai seluruh wilayah kosmologi Karo. Menurut kosmologi Karo, wilayah dunia ini dibagi atas tiga wilayah, yaitu wilayah dunia atas, wilayah dunia tengah dan wilayah dunia bawah. Ketiga bagian dunia ini menjadi tempat kedudukan dibata. Setiap bagian wilayah diperintah oleh seorang dibata sebagai wakil dibata kaci-kaci. Wilayah dunia atas diperintah oleh seorang dibata yang disebut dibata ni atas yang dikenal dengan sebutan batara guru. Dibata ni atas menguasai Universitas Sumatera Utara alam semesta dan ruang angkasa. Wilayah dunia tengah atau bumi diperintah oleh dibata tengah yang digelari tuan padukah ni aji. Dibata tengah menguasai seluruh bumi yang didiami oleh manusia. Sedangkan wilayah dunia bawah atau bawah bumi diperintah oleh dibata ni teruh yang dikenal dengan sebutan tuan banua koling. Ketiga dibata yang merupakan satu kesatuan itu dalam bahasa Karo disebut dibata si telu tuhan yang tiga. Di samping dibata si telu yang telah disebut di atas, masih terdapat dua unsur penguasa lain yang memberi kekuatan, yaitu: sindarmataniari dan si beru dayang. Sindarmataniari adalah penguasa yang bertempat tinggal di matahari; ianya mengikuti perjalanan matahari dari mulai terbit sehingga tenggelam. Sindarmataniari mempunyai kuasa memberi penerangan atau sinar yang sumbernya dari matahari; dan tugasnya adalah menjadi penghubung antara butara guru, tuan padukah ni aji dan tuan banua koling. Sindarmataniari bertugas menjaga agar keseimbangan kosmis tetap terjaga. Sedangkan si beru dayang adalah penguasa yang bertempat tinggal di bulan, yang tugasnya membuat agar dunia tengah tetap kuat serta tak dapat diterbangkan angin taufan. Si beru dayang juga dipercayai terlihat pada saat terjadinya pelangi. Menurut mitologi Karo, si beru dayang ini berasal daribegu hantu, roh seorang perempuan yang pernah berbuat cabul atau sumbang dengan ibu kandungnya sendiri. Agama Islam masuk ke Dataran Tinggi Karo melalui Nanggroe Aceh Darussalam dan pesisir pantai Sumatera. Sedangkan agama Nasrani diperkenalkan oleh misionaris Belanda yang bernama NZG Nederlandch Zendeling Genooscapt pada orang Karo sejak tahun 1894 atas dukungan oleh Universitas Sumatera Utara J.T.H. Gremers, Direktur Perkebunan Tembakau Deli Maatschappij pada saat itu. Agama Nasrani masuk melalui desa Buluh Awar, kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.

2.4 Sistem Pemerintahan Tradisional