15 menyesuaikan pola perubahan permintaan, timbulnya efek bullwhip dimana
variabilitas permintaan yang diterima dari ritel lebih besar dari variabilitas permintaan pelanggan sehingga terjadi kelebihan inventory akibat kebutuhan
safety stock yang besar. Rantai pasok dengan sistem pull berbeda dengan sistem push, pada sistem
ini produksi dan distribusi digerakkan oleh permintaan sehingga sistem ini berkoordinasi sesuai dengan permintaan nyata dari pelanggan daripada ramalan
permintaan. Pada sistem pull murni perusahaan melihat besarnya pengurangan inventory yang signifikan dalam sistem, peningkatan kemampuan untuk
mengelola sumber daya, serta pengurangan biaya sistem saat dibandingkan dengan sistem push yang ekuivalen. Tetapi sistem pull seringkali sulit untuk
diterapkan saat lead time sangat panjang sehingga tidak praktis untuk bereaksi atas informasi permintaan. Dalam sistem pull, seringkali sulit untuk memperoleh
manfaat dari skala ekonomi dalam pabrikasi dan transportasi karena sistem tidak disiapkan untuk jangka panjang.
Kelebihan dan kekurangan sistem pull maupun sistem push telah membawa perusahaan-perusahaan untuk mencari strategi rantai pasok baru yang mengambil
keuntungan dari kedua sistem, yang umumnya berupa strategi push-pull. Pada strategi ini biasanya tahap awal dioperasikan secara push-based sementara tahap
selanjutnya menggunakan strategi pull-based.
2.4 Penelitian Terdahulu
Aini 2005 meneliti tentang sistem supply sayuran pada supplier dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif mengenai hubungan kelembagaan
dan analisis marjin tatanaiaga. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa pembelian bahan baku yang dilakukan secara kredit dan tunai serta biaya
transportasi membutuhkan alokasi penggunaan biaya terbesar dalam pengadaan barang procurement, dan untuk melakukan efisiensi biaya perusahaan harus
melakukan penghematan di sektor lain seperti penggunaan media elektronik untuk pemesanan sehingga mengurangi biaya pemesanan ordering cost, peningkatan
pendapatan penjualan, dan meminimalisasi persentase jumlah barang yang kembali dari pasar retur.
16 Noviyanti 2005 melakukan studi tentang efisiensi supply chain poduk
benih padi yang dilakukan di PT Sang Hyang Sri Persero dengan menggunakan metode analytical hierarchy process AHP. Hasil penelitian tersebut menyatakan
supply chain management dapat diefisienkan melalui kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang berada pada industri hilir down stream dengan
memperhatikan ukuran-ukuran pelaksanaan pada elemen yang penting seperti proses pelaksanaan, sehingga aliran-aliran informasi baik input maupun output
menjadi terstruktur. Ardiansyah 2005, dalam penelitiannya yang mengkaji tentang manajemen
penyediaan barang bagian hulu produk susu pasteurisasi, mengatakan bahwa manajemen rantai penyediaan bagian hulu produk susu meliputi siklus yang
berjalan dalam sistem jaringan sistem organisasi bagian hulu. Jaringan sistem organisasi yang terlibat mencakup pihak Koperasi Peternakan Bandung Selatan
KPBS yaitu organisasi bagian hulu upstream dan Industri Pengolahan Susu IPS serta distributor sebagai sistem organisasi bagian hilir downstream.
Penelitian ini mendeskripsikan penyediaan susu segar yang dmlai dari peternak sebagai mitra koperasi dan aktivitas penanganan susu segar yang dilakukan oleh
koperasi tersebut dan dijual ke IPS. Risyana 2008 mengungkapkan dalam penelitiannya yang berjudul
kinerja supply chain management ayam nenek Grand Parent Stock bahwa dalam pengadaan bahan baku dan bahan penolong ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan yaitu aspek mutu, aspek harga, dan aspek waktu, ketiga aspek ini diperlukan dalam pengendalian mutu. Dengan pendekatan supply chain
management terdapat biaya-biaya yang bisa dikendalikan oleh perusahaan salah satunya komponen yang berhubungan dengan pengadaan seperti biaya telepon dan
administrasi. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan kesepakatan atau kontrak kerja sama dengan pemasok pada awal periode, sehingga biaya transaksi dapat
dihilangkan. Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan identifikasi dan analisis
pengelolaan rantai pasok pada perusahaan produksi minuman sari buah jambu biji di Lipisari yang terletak di daerah Subang Jawa Barat. Penelitian ini mengkaji
17 sejauh mana kegiatan pengelolaan rantai pasok dapat dilakukan pada Lipisari
yang meliputi kegiatan penyediaan bahan baku, proses produksi, penjualan, pemasaran, dan distribusi produk. Selain itu, penelitian ini juga dimaksudkan
untuk mengkaji manfaat dan kendala yang mungkin dihadapi Lipisari dalam pengelolaan rantai pasok. Persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah topik
yang dibahas pada penelitian ini mengenai pengelolaan rantai pasok, yaitu Lipisari melakukan integrasi rantai pasok dalam mendapat bahan baku dan pemasokan
minuman sari buah ke ritel atau pengecer. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah objek yang diteliti, karena
selama ini penelitian tentang produk minuman sari buah jambu belum ada terutama analisis pengelolaan rantai pasok pada industri kecil seperti Lipisari.
Peneliti melakukan analisis hampir ke seluruh jaringan rantai pasok yang terkait dengan Lipisari B2PTTG LIPI di Subang, Jawa Barat.
18
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis