73
Tabel 18. Safety Stock Minuman Sari Buah Jambu Lipisari untuk Setiap
Konsumen
Konsumen Jumlah dus
PD Anisa 15
MiMake 6
POS Subang 9
Koperasi 16
Distributor 27
Safety stock yang diperoleh menggambarkan kondisi dimana retailer dan distributor harus memesan sebanyak nilai pemesanan optimum namun tetap
menyisakan persediaan pengaman sebesar nilai safety stock. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui PD Anisa dapat memesan minuman sari buah sebanyak
1.110 dus namun selama menunggu produk yang dipesan diterima PD Anisa harus memiliki persediaan pengaman sebesar 15 dus. MiMake dapat memesan minuman
sari buah jambu Lipisari hingga 653 dus, namun selama menunggu pesanan MiMake harus memiliki persediaan pengaman sebesar 6 dus. POS Subang harus
memiliki persediaan pengaman sebanyak 9 dus selama waktu lead time yaitu dua hari untuk memesan produk sebanyak 653 dus. Kopersi hanya memerlukan
persediaan pengaman sebanyak 16 dus selama waktu lead time untuk setiap pemesanan optimum sebanyak 800 dus. Distributor untuk setiap kali melakukan
pemesanan dalam jumlah yang optimum sebesar 1.809 dus harus memiliki persediaan pengaman sebanyak 27 dus.
6.7.4 Analisa Perhitungan Reorder Point ROP
Waktu pemesanan kembali sering diwujudkan dalam bentuk nilai reorder point ROP. ROP adalah banyaknya barang tersisa dimana retailer harus
melakukan pemesanan kembali. ROP sangat dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan ketidakpastian dalam memenuhi permintaan konsumen akhir.
Perhitungan ROP dapat dilihat pada Lampiran 8 dan hasil perhitungan ROP dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19.
Reorder Point Minuman Sari Buah Jambu Lipisari untuk Setiap Konsumen
Konsumen ROP dus
PD Anisa 50
MiMake 26
POS Subang 49
Koperasi Patna 41
Distributor 84
74 Berdasarkan hasil perhitungan nilai ROP diketahui pada saat persediaan
produk di PD Anisa telah mencapai 50 dus, PD Anisa harus melakukan pemesanan kembali ke Lipisari sebanyak nilai EOQ nya yaitu 1.110 dus. Pada
saat persediaan minuman sari buah jambu Lipisari di MiMake telah mencapai 26 dus, maka MiMake harus melakukan pemesanan kembali ke Lipisari sebanyak
653 dus. Dengan lead time dua hari, POS Subang harus melakukan pemesanan kembali ketika persediaan minuman sari buah jambu Lipisari telah mencapai 49
dus, dan jumlah produk yang dipesan sebanyak nilai EOQ yaitu 653 dus. Koperasi Patna harus melakukan pemesanan kembali ke Lipisari ketika persediaan
minuman sari buah jambu Lipisari telah mencapai 41 dus. Jumlah minuman sari buah jambu yang dipesan oleh koperasi Patna sebanyak nilai EOQ nya yaitu 800
dus. Pada saat persediaan minuman sari buah jambu Lipisari di distributor telah mencapai 84 dus, Distributor harus melakukan pemesanan kembali ke Lipisari
sebanyak 1.809 dus. Hasil analisa nilai jumlah pemesan optimum, persediaan produk pengaman,
dan jumlah pemesanan kembali dapat dijadikan dasar untuk melakukan perencanaan produksi. Jumlah produk yang diminta merupakan inforrmasi yang
dibutuhkan oleh Lipisari untuk melakukan proses produksi terkait dengan perencanaan waktu produksi dan Lipisari dapat menetukan jumlah bahan baku
utama yaitu jambu biji merah, bahan penolong yaitu bahan kimia dan gula, serta bahan kemasan. Selain itu, jumlah pemesanan optimum, safety stock, dan reorder
point merupakan variabel-variabel yang hanya dapat membantu dalam mengatasi permasalahan
ketidakpastian permintaan,
tetapi tidak
menyelesaikan permasalahan dalam rantai pasok secara menyeluruh.
6.8 Konsep Pengelolaan Rantai Pasok untuk Agroindustri Skala Besar