Pola Aliran Rantai Pasok Minuman Sari Buah Jambu Lipisari

51

6.3 Pola Aliran Rantai Pasok Minuman Sari Buah Jambu Lipisari

Pola aliran rantai pasok adalah pola yang terbentuk dari kegiatan bisnis dalam rantai pasok yaitu dimulai dari pengadaan bahan baku, pengolahan, pendistribusian, hingga pemakaian oleh konsumen akhir. Pola aliran rantai pasok yang terbentuk untuk setiap produk berbeda-beda tergantung dengan banyaknya pihak yang terlibat, kegiatan bisnis yang dilakukan dan tergantung jenis produk itu sendiri. Menurut Pujawan 2005, pada suatu rantai pasok terdapat tiga macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu upstream ke hilir downstream. Kedua adalah aliran uang yang mengalir dari hilir ke hulu ataupun sebaliknya. Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Model rantai pasok untuk minuman sari buah jambu terdiri dari pemasok jambu biji, perusahaan sebagai prosesor pengolah jambu biji menjadi minuman sari buah, distributor tidak resmi yaitu para satpam, konsumen yaitu ritel, koperasi dan konsumen akhir. Keterangan: 1 petani jambu biji 7 7a ritel tujuan Distributor, 7b ritel tujuan Lipisari, 7c koperasi Patna 2 Kelompok Tani Bagja Mandiri Bersama 8 konsumen akhir minuman sari buah 3 pengumpul pemasok jambu biji 9 Aliran barang 4 PT Lipiasri Patna 10 Aliran uang finansial 5 pemasok bahan penolong dan kemasan 11 Aliran informasi 6 distributor minuman sari buah Gambar 6. Rantai Pasok Minuman Sari Buah Jambu Lipisari 1 1 1 2 3 4 6 7c 8 5 5 7b 6 7a 7 52 Aliran produk minuman sari buah jambu biji Gambar 6 dimulai dari petani yang membudidayakan jambu biji sebagai bahan baku utama untuk membuat minuman sari buah jambu Lipisari. Para petani jambu biji yang tergabung di dalam Kelompok Tani Bagja Mandiri Bersama menjual jambu biji hasil panen mereka melalui Kelompok Tani ini. Pengumpul menjalin kerjasama dengan kelompok tani dalam bentuk pembinaan kepada para petani jambu mengenai cara budidaya jambu yang baik dan pengumpul juga memberikan modal kepada para petani jambu untuk membeli keperluan produksi seperti pembelian pupuk, pestisida, pembangunan irigasi, dan pembelian alat-alat pertanian. Selain pembinaan dan pemberian modal, kerjasama yang terjalin mengharuskan petani untuk memasok semua hasil panen mereka ke pengumpul. Oleh karena itu, peran Kelompok Tani BJM sendiri hanya menjadi perantara yang menghubungkan petani dengan pengumpul jambu. Kelompok Tani hanya bertugas menyediakan input pertanian dan memfasilitasi penyuluhan dan pelatihan budidaya jambu yang diberikan oleh pengumpul kepada para anggota. Alur prosedur pengadaan jambu biji dari petani ke pengumpul dimulai dengan para petani membawa hasil panen mereka ke Kelompok Tani. Setelah itu, jambu biji yang mereka bawa disortasi terlebih dahulu oleh pengumpul. Sortasi dilakukan untuk mengurangi kerugian yang akan ditanggung oleh pengumpul. Jambu biji yang dipilih oleh pengumpul biasanya yang memiliki tingkat kematangan 70 persen sampai 80 persen untuk jambu yang akan dipasok ke perusahaan Lipisari. Setelah dilakukan sortasi jambu ditimbang dan langsung dibayar di tempat. Jika Kelompok Tani Bagja Mandiri tidak bisa memenuhi permintaan pengumpul, biasanya pengumpul membeli jambu biji dari Kelompok Tani lainnya yang ada di Desa Panyingkiran. Harga beli yang diterapkan oleh kelompok tani lain cukup tinggi dibandingkan harga dari Kelompok Tani mitra. Tidak semua jambu biiji yang dibeli dipasok ke Lipisari. Lipisari hanya menyerap 10 persen dari total jambu biji yang dibeli pengumpul dari Kelompok Tani, sisanya jambu biji dipasok ke pasar tradisional, swalayan, minimarket, dan agroindustri sari buah lainnya. Biasanya industri minuman seperti Lipisari melakukan pemasokan dalam jumlah yang banyak pada saat musim panen raya yaitu bulan Desember sampai Maret. 53 Jambu biji yang dibeli pengumpul dari Kelompok Tani langsung diantar ke Lipisari dengan menggunakan mobil coltdiesel milik pemasok pengumpul. Setelah sampai di Lipisari, jambu disortasi kembali oleh bagian produksi untuk memilih jambu yang tidak rusak dan tidak busuk, setelah itu jambu langsung ditimbang dan pembayaran dilakukan sesuai timbangan. Jambu langsung diolah menjadi pulp seperti yang digambarkan pada Gambar 5. Setelah menjadi pulp jambu dan dikemas, pulp langsung disimpan di gudang penyimpanan pada suhu - 20 o C untuk menjaga agar sari buah tidak rusak sebelum diolah menjadi minuman sari buah. Jangka waktu penyimpanan pulp dari gudang penyimpanan hingga ke produksi minuman sari buah paling lama satu bulan dan tata letak penyimpanan pulp di gudang diatur sesuai dengan tanggal produksi dan penilaian terhadap persediaan jambu biji dengan metode first in first out FIFO artinya pulp yang pertama kali masuk ke gudang penyimpanan akan diproduksi terlebih dahulu. Selanjutnnya pulp akan diolah menjadi minuman sari buah jambu, proses produksi pulp jambu menjadi minuman sari buah dapat dilihat pada Gambar 5. Minuman sari buah yang telah dikemas kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan yang diatur pada suhu 25 o C. Pengaturan persediaan minuman sari buah Lipisari diatur dengan metode FIFO, artinya minuman jambu yang diproduksi pertama akan keluar pertama juga. Selanjutnya produk didistribusikan ke ritel dan koperasi. Ritel sebagian besar berlokasi di Subang, namun untuk POS berlokasi di daerah Cirebon. Transportasi yang digunakan oleh ritel untuk mengambil produk ke perusahaan adalah dengan menggunakan mobil. Jika ritel tidak mengambil ke Lipisari untuk pendistribusiannya Lipisari menggunakan jasa POS. Sedangkan, pendistribusian ke koperasi Patna tidak menggunakan alat transportasi, cukup dengan pegawai koperasi datang ke perusahaan untuk memesan dan mengangkut produk minuman yang siap dijual dari perusahaan ke koperasi dengan menggunakan gerobak atau pendorong. Produk yang didistribusikan ke koperasi biasanya dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, namun koperasi juga menjual produk minuman langsung ke konsumen. Sedangkan, ritel langsung menjual ke konsumen akhir. Distributor produk minuman sari buah Lipisari adalah distributor tidak resmi, artinya perusahaan belum melakukan kerjasama atau kontrak tertulis 54 dengan pihak distributor yang juga merupakan karyawan keamanan di LIPI. Distributor biasanya melakukan pemesanan minuman sari buah untuk dijual kembali ke pengecer-pengecer yang ada di daerah Subang. Selain ke pengecer- pengecer, distributor juga menjual produk langsung ke kantin Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Subang. Pengecer-pengecer yang menjadi tujuan dari distributor antara lain toko Sindang Rasa, Purnama, Apotik Cihereng, toko kue Menanti, toko Sumber Air, dan perkantoran Samsat serta kantor pertanian. Dalam pendistribusian produk, distributor biasanya menggunakan kendaraan motor. Bila pembelian dilakukan dalam jumlah yang banyak melebihi 10 dus biasanya distributor menggunakan mobil. Produk yang diambil di Lipisari langsung didistribusikan ke toko-toko, pengecer, dan ke kantin RSUD. Biasanya distributor mendapat informasi pesanan melalui alat komunikasi telepon genggam. Konsumen akhir sebagai akhir dari rantai pasok yang terjadi biasanya mendapatkan minuman sari buah Lipisari di ritel atau warung-warung yang berada di dekat tempat tinggal mereka. Aliran finansial pada rantai pasok minuman sari buah terjadi pada konsumen, pengecer, agen grosir, distributor, ritel, koperasi, perusahaan, pemasok, kelompok tani jambu, dan petani jambu. Sistem transaksi untuk ritel dan koperasi yaitu dengan pembayaran secara tunai ketika produk diambil atau diantarkan. Koperasi dan ritel langsung membayar ke perusahaan sesuai dengan jumlah produk yang diambil. Sistem transaksi untuk distributor dilakukan dengan kredit di mana pembayaran dilakukan setelah distributor mendistribusikan produk ke pengecer dan pembayaran dilakukan setiap satu bulan sekali. Sistem transaksi antara distributor dengan pengecer sendiri dilakukan dengan sistem tunai artinya ketika produk sampai, pembayaran langsung dilakukan di tempat. Sedangkan antara distributor dengan kantin RSUD Subang pembayaran dilakukan setelah produk minuman sari buah di kantin tersebut habis terjual biasanya dilakukan satu bulan sekali. Sistem transaksi antara pemasok jambu biji dengan perusahaan dilakukan dengan sistem pembayaran tunai yaitu Lipisari membayar langsung sesuai dengan jumlah pasokan jambu setelah dilakukan sortasi. Aliran informasi terjadi pada konsumen, ritel, koperasi, distributor, agen grosir, pengecer, perusahaan, pemasok, kelompok tani, dan petani jambu atau 55 sebaliknya. Informasi berhubungan dengan berapa pesanan jambu biji yang dibutuhkan oleh perusahaan, status pengiriman produk minuman sari buah, berapa pesanan produk minuman sari buah yang harus dikirim oleh perusahaan, dan berapa pesanan produk yang akan diambil oleh distributor, koperasi, dan ritel.

6.4 Proses Bisnis Rantai