70 mencapai 1.012 dus. Lipisari dapat melakukan pengendalian permintaan dengan
menghitung pemesanan optimum yang bisa dilakukan oleh distributor dan konsumen Lipisari.
6.7.2 Analisa Perhitungan Permintaan Optimum
Permintaan optimum dihitung dari data peramalan permintaan untuk periode satu tahun ke depan. Permintaan optimum dihitung berdasarkan jumlah kebutuhan
tahunan dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi permintaan. Perhitungan permintaan optimum dilihat dari situasi yang berbeda yaitu tanpa
adanya koordinasi dan dengan adanya koordinasi antar anggota dalam rantai pasok bagian hilir khususnya. Permintaan optimum tanpa koordinasi antar rantai
pasok dihitung hanya berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh retailer PD Anisa, MiMake, dan koperasi atau distributor. Sedangkan, permintaan dengan
koordinasi antar anggota dalam rantai pasok dihitung tidak hanya dengan mempertimbangkan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh retailer atau distributor,
tetapi juga mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan oleh Lipisari dalam memenuhi permintaan.
Hasil perhitungan permintaan optimum tanpa koordinasi antar anggota dalam rantai pasok merupakan ukuran pemesanan yang optimal bagi retailer
ataupun distributor saja. Sedangkan permintaan optimum dengan koordinasi antar anggota dalam rantai pasok merupakan ukuran pemesanan yang optimal bagi
retailer dan perusahaan. Perbandingan hasil perhitungan permintaan optimal dari dua situasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 15 dan perhitungan nilai permintaan
minuman sari buah jambu Lipisari dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 15. Perbandingan Permintaan Optimum Minuman Sari Buah Jambu
Lipisari
Konsumen Permintaan
dustahun Q
Tanpa Koordinasi
Dus Q
Dengan Koordinasi
Dus
PD Anisa 3.376
983 1.110
MiMake 1.451
469 653
POS Subang 1.451
469 653
Koperasi 2.600
420 800
Distributor 6.246
2.005 1.809
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan model economic order quantity EOQ didapat jumlah permintaan dengan adanya koordinasi atau dengan
71 melakukan pengelolaan rantai pasok lebih besar dibanding tanpa adanya
koordinasi. Pada model ini diasumsikan situasi yang terbentuk deterministik, artinya permintaan maupun pasokan dianggap pasti. Nilai ini menunjukkan
jumlah optimum produk yang bisa dipesan dalam satu kali pemesanan. Dalam hal ini, pemesanan dilakukan secara rutin setiap bulan selama periode tahun 2011.
Jumlah pemesanan optimum yang bisa dilakukan oleh PD Anisa untuk setiap kali pemesanan tanpa adanya koordinasi sebesar 983 dus. Namun, setelah
dilakukan koordinasi antara perusahaan dengan PD Anisa jumlah pemesanan optimum meningkat menjadi 1.110 dus. MiMake dan POS Subang juga
mengalami peningkatan jumlah produk optimum yang dapat dipesan setelah melakukan koordinasi yaitu dari 469 dus menjadi 653 dus. Jumlah pemesanan
optimum yang bisa dilakukan oleh koperasi mengalami peningkatan yang besar setelah melakukan koordinasi yaitu dari 420 dus menjadi 800 dus. Peningkatan
jumlah pemesanan optimum tidak dialami oleh distributor dengan adanya koordinasi antara perusahaan dan distributor jumlah produk yang bisa dipesan
menurun dari 2.005 dus menjadi 1.809 dus. Penurunan jumlah pemesanan optimum ini tidak menandakan dengan adanya koordinasi justru merugikan
distributor ataupun perusahaan. Namun, penurunan ini bisa disebabkan karena jika distributor memesan terlalu banyak akan berdampak pada pembengkakan biaya
penyimpanan produk yang menyebabkan distributor akan mengalami kerugian. Jumlah permintaan yang diperoleh akan sangat mempengaruhi total biaya
pemesanan yang akan dikeluarkan baik oleh retailer ataupun biaya pemesanan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Besarnya perbandingan total biaya pemesanan
yang dikeluarkan oleh ritel MiMake, PD Anisa, koperasi, dan POS, distributor, dan perusahaan antara sebelum dan sesudah koordinasi dapat dilihat pada Tabel
16 dan perhitungan total biaya pemesanan dapat dilihat pada Lampiran 7.
Tabel 16. Perbandingan Total Biaya Pemesanan Minuman Sari Buah Jambu
Lipisari
Konsumen EOQ
TC
ret
Rp TC
per
Rp TC
sistem
Rp Total
Penghematan Biaya Rp
Tanpa SCM
Dengan SCM
Tanpa SCM
Dengan SCM
Tanpa SCM
Dengan SCM
PD Anisa 1.110
5.701.926 5.744.004
6.646.671 6.520.790
12.348.597 12.264.794
83.803 MiMake
653 2.887.207
3.738.447 4.883.777
4.345.450 7.770.984
8.083.897 312.913
POS 653
2.887.207 3.738.447
4.883.777 4.345.450
7.770.984 8.083.897
312.913 Koperasi
800 2.227.285
2.705.000 8.398.200
5.944.730 10.625.485
8.649.730 1.975.755
Distributor 1.809
10.627.800 10.684.218
8.979.356 8.857.168
19.607.156 19.541.386
65.770 TOTAL
1.499.502
72 Besarnya total biaya yang ditanggung oleh masing-masing retailer,
distributor, dan perusahaan jika dilakukan koordinasi akan lebih kecil dibanding total biaya bila tidak ada koordinasi. Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat dengan
koordinasi sistem secara total akan memperoleh penghematan biaya pemesanan. Namun dengan melakukan koordinasi, biaya yang akan ditanggung retailer akan
meningkat dan ini akan menyebabkan kerugian bagi retailer. Tetapi jika mekanisme koordinasi ini diikuti dengan pembagian keuntungan yang adil, kedua
belah pihak yaitu retailer dan Lipisari akan mendapatkan keuntungan, karena secara total biaya yang ditanggung kedua belah pihak menurun. Pembagian
keuntungan bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan memberikan bonus atau diskon terhadap retailer.
6.7.3 Analisa Perhitungan Safety Stock