61 terorganisasi dengan baik sehingga dapat menyebabkan penumpukan persediaan
barang di gudang. 4.
Kerjasama antar pelaku masih kurang Produksi minuman sari buah jambu Lipisari mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun walaupun kenaikannya tidak signifikan seperti yang terlihat pada Gambar 6. Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan jumlah produksi
kurang signifikan dikarenakan permintaan sari buah Lipisari juga belum signifikan akibat kurangnya promosi dan terbatasnya jalur pemasaran. Hal ini
dikarenakan minimnya kerjasama antar pelaku dalam rantai pasok menyebabkan keterbatasan dalam memenuhi permintaan pasar yang cenderung meningkat.
Kurangnya kerjasama dalam rantai pasok menyebabkan pasokan minuman sari buah jambu Lipisari tidak lancar.
6.6 Analisis Harga
Penetapan harga jual produk minuman sari buah jambu Lipisari didasarkan pada harga bahan baku dan biaya produksi. Struktur biaya produksi dalam satu
kali produksi yaitu bahan baku utama jambu merah sebesar 41,5 persen, gula pasir 22 persen, kemasan cup 20 persen, kardus 9,5 persen, tenaga produksi 3,5 persen,
bahan kimia 1,75 persen, dan tutup kemasan cup serta top seal 1,75 persen. Biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu kali produksi dapat dilihat pada Lampiran
2. Berdasarkan biaya produksi yang timbul, semakin tinggi harga bahan baku atau biaya lainnya makan biaya total produksi akan meningkat. Bila peningkatan biaya
produksi terjadi setiap bulan dan terus menerus maka harga jual yang ditetapkan akan mengalami peningkatan.
Harga minuman sari buah pada tahun 2010 ditetapkan berdasarkan biaya produksi tahun 2008, biaya produksi tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 3.
Harga jual produk sebesar Rp 26.500 per dus untuk distributor dan koperasi Patna, Rp 29.000 per dus untuk ritel MiMake, PD Annisa, dan POS, dan Rp 30.000 per
dus untuk konsumen yang datang langsung ke Lipisari. Untuk periode Januari hingga Juli 2010 perusahaan menjual minuman sari buah jambu sebanyak 4.013
dus yang terdiri dari koperasi membeli 429 dus, distributor sebesar 1087 dus, ritel MiMake, PD Annisa, dan POS sebesar 1.317 dus, dan konsumen sebesar 1.180
62 dus. Total biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan dari bulan Januari
hingga Juli 2010 sebesar Rp 108.805.500, maka perkiraan keuntungan kotor perusahaan sebesar Rp 4.961.500.
Komponen penting dalam aktivitas pengadaan bahan baku baik bahan baku utama, penolong, ataupun bahan kemasan adalah biaya pengadaan bahan baku
yang meliputi biaya transportasi, biaya telepon, biaya bongkar muat, ataupun biaya administrasi. Biaya yang ditimbulkan dalam pengadaan bahan baku
menetukan harga pokok bahan baku, semakin tinggi biaya pengadaan yang ditimbulkan artinya harga pokok bahan baku menjadi lebih tinggi sehingga akan
mempengaruhi biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan. Tujuan dari pengelolaan rantai pasok yang utama adalah tercapainya
efisiensi dan efektifitas dari rantai pasok yang terbentuk. Efisiensi dalam hal biaya juga menjadi tujuan dalam pengelolaan rantai pasok, komponen-komponen biaya
tersebut pada dasarnya masih bisa ditekan dengan menghilangkan komponen biaya yang tidak memberikan nilai tambah non value added cost. Berdasarkan
konsep pengelolaan rantai pasok, biaya pengadaan bahan baku pada dasarnya hanya akan menambah harga pokok input. Untuk pengadaan bahan baku utama
yaitu jambu merah, pengurangan biaya dapat dilakukan pada biaya telepon. Biaya telepon dapat dihilangkan dengan cara tidak melakukan pemesanan pada setiap
bulan tetapi dilakukan di awal kontrak kerjasama. Begitu juga dengan pengadaan bahan kemasan yang pemesanannya dilakukan melalui telepon, biaya telepon bisa
dihilangkan dengan melakukan pemesanan di awal kontrak. Pada awal kontrak kerjasama dengan pemasok Lipisari membuat kesepakatan mengenai sistem
pemasokan yaitu jumlah pasokan barang untuk periode satu bulan atau satu tahun, menetapkan mutu dan standar barang, dan menetapkan harga sehingga
mengurangi fluktuasi harga pembelian bahan baku. Analisis procurement supply chain cost dilakukan pada pembelian bahan
baku yaitu bahan baku utama jambu merah, bahan baku penolong gula, bahan kimia, dan bahan kemasan. Hasil analisis menunjukkan nilai pembelian aktual
bahan baku jambu merah lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pembelian
63 dengan implementasi pengelolaan rantai pasok. Hasil analisis dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Hasil Analisis Harga Pembelian Bahan Baku Jambu Merah Periode
Bulan Januari hingga Juni 2010 Bulan
Jumlah kg Harga Rp
Total Rp Selisih
Biaya Rp Aktual SCM Aktual SCM
Aktual SCM
Januari -
- -
- -
- -
Februari 907 1000
3.500 3.000 3.174.500
3.000.000 174.500
Maret 878 1000
3.500 3.000 3.073.000
3.000.000 73.000
April -
- -
- -
- -
Mei 819 1000
3.500 3.000 3.685.500
3.000.000 685.500
Juni 751 1000
3.500 3.000 2.628.500
3.000.000 371.500
Total 12.561.500 12.000.000
561.500
Sumber : Lipisari 2010 diolah
Berdasarkan hasil analisis diperoleh selisih nilai pembelian bahan baku utama jambu merah sebesar Rp 561.500 antara pembelian tanpa dan dengan
implementasi pengelolaan rantai pasok. Nilai selisih ini menunjukkan Lipisari mampu menghemat biaya pengadaan bahan baku utama jambu merah sebesar
Rp 561.500. Penghematan dilakukan pada biaya komunikasi, tanpa implementasi SCM timbul biaya komunikasi sebesar Rp 500 per kg jambu. Namun, dengan
adanya perjanjian secara konraktual akan timbul biaya kerjasama pada saat pembuatan kontrak dan biaya pinalty terkait dengan pelanggaran perjanjian
kontrak. Biaya kerjasama yang timbul hanya terjadi sekali di awal kontrak, sehingga pada perhitungan pengadaan bahan baku jambu biji tidak dimasukkan.
Begitu juga dengan biaya pinalty yang hanya akan berlaku jika salah satu pihak dari anggota rantai melanggar kesepakatan yang dibuat. Pada kondisi ini biaya
pinalty sebesar Rp 5.000.000, biaya ini ditentukan berdasarkan harga jambu biji per kg dan jumlah pesanan jambu per bulan.
Pengadaan bahan penolong menimbulkan biaya yang cukup besar pada biaya transportasi, untuk sekali pengadaan bahan kimia biaya transportasi yang
dibutuhkan sebesar Rp 350.000. Biaya ini bisa dihilangkan dengan melakukan kerjasama dengan pemasok dimana Lipisari melakukan kesepakatan terkait
jumlah pasokan bahan kimia untuk periode per tiga bulan sekali dan harga produk. Pemesanan dilakukan per tiga bulan sekali didasarkan pada kebutuhan bahan
penolong untuk produksi Lipisari selama tiga bulan. Dengan adanya perjanjian
64 jumlah, harga, dan mutu bahan baku serta waktu pasokan pada awal kontrak,
perusahaan dapat mengurangi biaya interaksi dengan pemasok sehingga komponen biaya-biaya pemesanan dapat dihilangkan. Analisis harga pembelian
bahan kimia dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Analisis Harga Pembelian Bahan Kimia Periode Bulan April
2010
Produk Aktual
SCM Total Rp
Jumlah Harga
Rp Biaya
Harga Rp
Jumlah Harga
Rp Biaya
Harga Rp
Aktual SCM
CMC 10 kg
75.000 Transportasi
350.000 10 kg
75.000 Pengiriman
Bandung- Subang
240.000 2.435.000
2.195.000 Natrium
Benzoat 5 kg
25.000 Upah Supir
100.000 5 kg
25.000 Asam
Sitrat 15 kg
16.000 Makan
30.000 15 kg
16.000 Jambu Oil
10 liter 425.000
10 liter 425.000
Selisih Biaya Rp 240.000
Sumber : Lipisari 2010 diolah
Berdasarkan hasil analisis harga pembelian bahan kimia diperoleh selisih dari total harga pokok bahan kimia antara dengan menerapkan pengelolaan rantai
pasok dan tanpa pengelolaan rantai pasok sebesar Rp 240.000. Artinya perusahaan mampu menghemat biaya pembelian bahan kimia dengan mengganti biaya
transportasi, upah supir, dan makan menjadi biaya pengiriman barang dari Bandung ke Subang dengan asumsi harga pengiriman per kg barang sebesar Rp
6.000 sesuai dengan harga pengiriman per kg yang diberikan POS. Biasanya untuk membeli bahan kimia Lipisari menyewa transportasi dan supir, dengan
melakukan kerjasama di awal kontrak dengan pemasok bahan kimia Lipisari tidak perlu lagi datang langsung ke tempat pemasok. Pemesanan dilakukan di awal
kontrak dan dalam perjanjian antara Lipisari dan pemasok disepakati pula jumlah pasokan produk, harga, dan periode pemesanan, serta biaya pengiriman barang
dari Bandung ke Subang. Pengadaan bahan gula dilakukan setiap bulan dan dalam pengadaaannya
timbul biaya transportasi sebesar ± Rp 200 per kg untuk sekali pengiriman. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 12 terdapat selisih nilai pembelian gula
sebesar Rp 591.000 antara pembelian tanpa pendekatan pengelolaan rantai pasok dan dengan pendekatan pengelolaan rantai pasok. Selisih ini menunujukkan
Lipisari dapat menghemat biaya pembelian dengan melakukan kontrak kerjasama di awal. Kesepakatan antara Lipisari dengan pemasok gula di Subang mampu
mengurangi beban biaya yang harus ditanggung Lipisari. Kesepakatan antara
65 Lipisari dengan pemasok terkait dengan jumlah pasokan tetap yang harus
diberikan pemasok setiap bulannya, harga per bal gula, dan kualitas gula yang dibutuhkan untuk produksi. Penetapan harga di awal kontrak mampu mengurangi
risiko yang dihadapi Lipisari terkait dengan harga gula yang berfluktuasi di pasar. Dengan kesepakatan yang terjadi, pemasok pun diuntungkan karena memiliki
jaminan pasar dan harga kesepakatan pada Tabel 12 diasumsikan harga per kg gula sebesar Rp 9.000 dan di dalamnya sudah termasuk biaya transportasi.
Tabel 12. Hasil Analisis Harga Pembelian Gula Periode Bulan Januari hingga
Juni 2010 Bulan
Jumlah bal Harga Rp
Total Rp Selisih Biaya
Rp Aktual SCM Aktual
SCM Aktual
SCM Januari
4 8
512.500 450.000 2.050.000
3.600.000 1.550.000
Februari 12
8
492.500 450.000 5.910.000
3.600.000 2.310.000
Maret 5
8
472.500 450.000 2.362.500
3.600.000 1.237.500
April 9
8
426.500 450.000 3.838.500
3.600.000 238.500
Mei 9
8
415.000 450.000 3.735.000
3.600.000 135.000
Juni 10
8
429.500 450.000 4.295.000
3.600.000 695.000
Total
22.191.000 21.600.000 591.000
Sumber : Lipisari 2010
Bahan kemasan seperti cup, top seal, dan kardus juga menetukan struktur biaya dalam penetapan harga produk. Pengadaaan bahan kemasan dilakukan
setiap tiga bulan sekali dalam satu tahun. Dalam pembelian bahan kemasan perusahaan memesan kepada PT Indocup, Bandung, sehingga tidak muncul biaya
pembelian seperti biaya transportasi, biaya komunikasi, ataupun biaya bongkar muat. Untuk biaya komunikasi tidak dihitung dalam biaya pembelian, dikarenakan
biaya ini masuk ke dalam anggaran rutin LIPI yaitu sebesar Rp 31.600 per bulan. Biaya ini tidak dapat dihilangkan karena merupakan anggaran rutin per bulan.
Pengiriman barang dilakukan oleh PT Indocup dan biaya pengiriman sudah dimasukkan ke dalam harga barang.
Berdasarkan hasil analisis pengendalian harga diperoleh total biaya pembelian bahan baku yang bisa dihemat dengan adanya pengelolaan pada rantai
pasok terutama pada pengadaan bahan baku sebesar Rp 1.392.500 untuk periode bulan Januari hingga Juni 2010. Artinya dengan adanya pengelolaan rantai pasok
perusahaan dapat menghemat biaya produksi sehingga perusahaan dapat mengendalikan harga jual produk dengan memperoleh keuntungan yang lebih
66 besar. Penghematan biaya pengadaan bahan baku bisa dilakukan oleh Lipisari
melalui pengelolaan rantai pasok yaitu dengan mengelola persediaan, mengelola permintaan dan melakukan perencanaan produksi.
6.7 Pengelolaan Permintaan