Konsep Pengelolaan Rantai Pasok untuk Agroindustri Skala Besar

74 Berdasarkan hasil perhitungan nilai ROP diketahui pada saat persediaan produk di PD Anisa telah mencapai 50 dus, PD Anisa harus melakukan pemesanan kembali ke Lipisari sebanyak nilai EOQ nya yaitu 1.110 dus. Pada saat persediaan minuman sari buah jambu Lipisari di MiMake telah mencapai 26 dus, maka MiMake harus melakukan pemesanan kembali ke Lipisari sebanyak 653 dus. Dengan lead time dua hari, POS Subang harus melakukan pemesanan kembali ketika persediaan minuman sari buah jambu Lipisari telah mencapai 49 dus, dan jumlah produk yang dipesan sebanyak nilai EOQ yaitu 653 dus. Koperasi Patna harus melakukan pemesanan kembali ke Lipisari ketika persediaan minuman sari buah jambu Lipisari telah mencapai 41 dus. Jumlah minuman sari buah jambu yang dipesan oleh koperasi Patna sebanyak nilai EOQ nya yaitu 800 dus. Pada saat persediaan minuman sari buah jambu Lipisari di distributor telah mencapai 84 dus, Distributor harus melakukan pemesanan kembali ke Lipisari sebanyak 1.809 dus. Hasil analisa nilai jumlah pemesan optimum, persediaan produk pengaman, dan jumlah pemesanan kembali dapat dijadikan dasar untuk melakukan perencanaan produksi. Jumlah produk yang diminta merupakan inforrmasi yang dibutuhkan oleh Lipisari untuk melakukan proses produksi terkait dengan perencanaan waktu produksi dan Lipisari dapat menetukan jumlah bahan baku utama yaitu jambu biji merah, bahan penolong yaitu bahan kimia dan gula, serta bahan kemasan. Selain itu, jumlah pemesanan optimum, safety stock, dan reorder point merupakan variabel-variabel yang hanya dapat membantu dalam mengatasi permasalahan ketidakpastian permintaan, tetapi tidak menyelesaikan permasalahan dalam rantai pasok secara menyeluruh.

6.8 Konsep Pengelolaan Rantai Pasok untuk Agroindustri Skala Besar

Pengelolaan rantai pasok bila diterapkan di Lipisari mampu memberikan penghematan pembelian bahan baku sebesar Rp 1.392.500. Selain itu, Lipisari dan anggota rantai pasok lainnya dapat melakukan penghematan biaya pemesanan mencapai Rp 2.501.150 per tahun. Keuntungan yang diperoleh dengan pengelolaan rantai pasok di agroindustri sari buah jambu biji Lipisari memang tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan karena proses produksi minuman sari buah 75 Lipisari belum dilakukan secara optimum. Meskipun kapasitas produksi dari alat telah dimanfaatkan hingga 90 persen, tetapi proses produksi terkadang dilakukan seadanya. Hal ini disebabkan karena status dari Lipisari merupakan unit usaha yang berada di bawah instansi pemerintah, sehingga orientasi dari unit usaha tidak difokuskan pada memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya tetapi produksi dilakukan hanya untuk memanfaatkan sumber daya yang ada. Hasil yang diperoleh akan berbeda jika kapasitas produksi Lipisari sepuluh kali lipat lebih besar dari yang sekarang 4 dan orientasi produksi lebih ditekankan pada profit oriented. Selain itu, pada kondisi nyata Lipisari baru mampu menjual produknya sebanyak 16.000 dus per tahun, sedangkan pada kondisi ideal peluang pasar sari buah jambu Lipisari masih sangat luas dengan pertimbangan jumlah potensi konsumsi sari buah jambu biji di Kabupaten Subang dan konsumsi sari buah jambu biji di daerah atau kota lainnya. Jumlah penduduk kota Subang saat ini mencapai 115.316 jiwa BPS 2009 dalam Nuranggara 2009, konsumsi minuman sari buah menurut ASRINI dalam Nuranggara 2009 mencapai 33 liter per kapita per tahun. Artinya peluang pasar minuman sari buah mencapai 3.805.428 liter atau sekitar 15.221712 cup isi 250 mL atau sekitar 761.085 dus isi 20 cup. Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran 9 diperoleh keuntungan Lipisari untuk setiap kali produksi dengan adanya pengelolaan rantai pasok mencapai Rp 27.044.400 dengan kapasitas produksi 2.000 dus per 8 jam. Jika dibandingkan dengan kondisi nyata keuntungan yang diperoleh untuk setiap kali produksi dengan kapasitas produksi hanya 80 dus per 6 jam sebesar Rp 436.740, nilai tersebut sangat jauh berbeda terdapat selisih sekitar 62 kali lipat. Perbandingan biaya dan keuntungan produksi Lipisari dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Perbandingan Biaya dan Keuntungan Produksi Sari Buah Jambu Biji Lipisari untuk Satu Kali Produksi Skala Produksi 1 Rp Skala Produksi 2 Rp Biaya 1.883.260 30.955.600 Pendapatan 2.320.000 58.000.000 Keuntungan 436.700 27.044.400 4 Kapasitas produksi Lipisari saat ini 800 liter per 6 jam atau menghasilkan 3.200 cup per 6 jam. Kapasitas produksi 10 kali lipat menjadi 10.000 liter per 8 jam atau menghasilkan 40.000 cup per 8 jam. 76 Keterangan: Skala Produksi 1 : Kapasitas produksi 800 liter per 6 jam Skala Produksi 2 : Kapasitas produksi 10.000 liter per 8 jam Peningkatan kapasitas produksi juga akan meningkatkan kebutuhan bahan baku utama, penolong, dan kemasan. Pada kondisi nyata kebutuhan jambu biji merah hanya mencapai 1.000 kg per bulan, dan Lipisari hanya mampu menyerap sekitar 10 persen dari total jambu yang dihasilkan Kelompok Tani BJM. Namun, dengan peningkatan kapasitas kebutuhan jambu biji merah di Lipisari mencapai 80.000 kg per bulan. Jaminan pasar yang diberikan Lipisari kepada pemasok akan menjadi lebih besar, begitu pula dengan jaminan pasar bagi pemasok bahan kimia akan mengalami peningkatan per bulannya menjadi 48 kg untuk Na-Benzoat, 160 kg untuk asam sitrat, CMC 80 kg, dan essense jambu oil 80 liter. Pemasok gula juga mendapatkan jaminan pasar yang lebih besar, kebutuhan gula per bulan di Lipisari juga mengalami peningkatan menjadi 19.100 kg. Kebutuhan bahan kemasan juga mengalami peningkatan dan jaminan pasar pemasok bahan kemasan bertambah luas, kebutuhan akan top seal, sedotan, dan cup menjadi 800.000 pcs per bulan, kebutuhan kardus menjadi 40.000 dus per bulan, dan kebutuhan lakban menjadi 720 roll per bulan. Peningkatan kebutuhan bahan baku dan bahan kemasan di Lipisari memberikan jaminan pasar yang lebih besar kepada para pemasok, dan dengan jumlah pemesanan yang lebih besar para pemasok akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar pula. Peningkatan kebutuhan bahan baku di Lipisari dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Perbandingan Kebutuhan Bahan Baku dan Bahan Kemasan Lipisari per Bulan Skala Produksi 1 Skala Produksi 2 Jambu biji merah 3.600 kg 80.000 kg Na-Benzoat 2,1 kg 48 kg Asam Sitrat 7,2 kg 160 kg CMC 3,6 kg 80 kg Essense Jambu Oil 3,6 liter 80 liter Gula 860 kg 19.100 kg Top Seal 36.000 pcs 800.000 pcs Cup 36.000 pcs 800.000 pcs Sedotan 36.000 pcs 800.000 pcs Kardus 1.800 dus 40.000 dus Lakban 40 roll 720 roll 77 Peningkatan kapasitas produksi akan memberikan keuntungan tidak hanya untuk Lipisari tetapi juga memberikan keuntungan bagi pemasok. Namun, keuntungan tersebut hanya akan tercapai jika aliran barang, uang, dan informasi dikelola dengan konsep pengelolaan rantai pasok. Lipisari hanya dapat mencapai optimlisasi produksi jika optimalisasi rantai pasok juga tercapai. Karena, kesuksesan Lipisari ditentukan oleh kesuksesan pengembangan di hilir dan juga di hulu, dimana kesemua sub sektor hilir-on-farm produksi-hulu dan dibantu dengan jasa penunjang saling membutuhkan dan saling menentukan satu dengan lainnya

6.9 Faktor Keberhasilan Penerapan Pengelolaan Rantai Pasok di Lipisari