Proses Bisnis Rantai Analisis pengelolaan rantai pasok agroindustri hortikultura studi kasus sari buah jambu biji LIPISARI di B2PTTG LIPI Subang

55 sebaliknya. Informasi berhubungan dengan berapa pesanan jambu biji yang dibutuhkan oleh perusahaan, status pengiriman produk minuman sari buah, berapa pesanan produk minuman sari buah yang harus dikirim oleh perusahaan, dan berapa pesanan produk yang akan diambil oleh distributor, koperasi, dan ritel.

6.4 Proses Bisnis Rantai

a. Hubungan Proses Rantai Bisnis Hubungan proses rantai bisnis di antara anggota rantai pasok berguna untuk melihat hubungan keterkaitan antar anggota rantai serta melihat pengaruhnya bagi proses bisnis Setiawan 2009. Hubungan antara petani jambu biji dengan kelompok tani dan pengumpul memiliki hubungan yang saling ketergantungan. Petani jambu membutuhkan Kelompok Tani Bagja Mandiri Bersama untuk menampung hasil panen jambu mereka, selain itu kelompok tani juga mampu memberikan pelatihan dan penyuluhan mengenai teknologi dan informasi tentang budidaya jambu yang baik. Kelompok tani juga sangat tergantung pada pengumpul dalam memasarkan hasil panen jambu dari para anggotanya, selain pengumpul juga membantu dalam pemberian pinjaman modal dan sebagai pembeli utama. Hubungan bisnis antara Lipisari dengan pemasok pengumpul jambu adalah saling ketergantungan. Perusahaan membutuhkan jambu biji sebagai bahan baku utama untuk memproduksi minuman sari buah jambu dan memenuhi permintaan konsumen akan produk minuman sari buah jambu. Sedangkan, pemasok membutuhkan perusahaan sebagai pembeli tetap jambu biji yang dihasilkan oleh para petani. Keuntungan yang didapat pemasok adalah jaminan pemasaran dari Lipisari, sedangkan perusahaan mendapatkan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan jambu biji untuk memenuhi permintaan konsumen akan minuman sari buah jambu Lipisari. Hubungan bisnis antara Lipisari dengan distributor adalah saling ketergantungan. Perusahaan membutuhkan distributor untuk menyalurkan produk minumannya ke ritel-ritel di Subang dan membantu dalam memasarkan produk yang dihasilkan. Distributor sendiri membutuhkan perusahaan sebagai produsen 56 utama minuman sari buah Lipisari, dimana mereka mendapatkan pendapatan yang sangat besar dari penjualan atau pemasaran produk ini. Keuntungan yang didapat oleh perusahaan adalah jaminan pemasaran dari distributor, meskipun belum ada perjanjian resmi untuk melakukan kerjasama dalam hal pemasaran. Distributor sendiri mendapatkan keuntungan dari penjualan minuman sari buah Lipisari. Hubungan bisnis antara Lipisari dengan ritel dan koperasi adalah saling ketergantungan. Para ritel dan koperasi membutuhkan pasokan minuman sari buah jambu dari Lipisari untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin meningkat. Lipisari membutuhkan ritel dan koperasi sebagai konsumen yang membeli produk yang mereka hasilkan. Hubungan bisnis antara Lipisari dengan supplier bahan penolong dan bahan baku pengemasan adalah saling ketergantungan. Lipisari membutuhkan pasokan bahan penolong untuk proses produksi minuman sari buah jambu dan juga sangat membutuhkan bahan pengemas untuk mengemas produk agar siap dijual. Pemasok membutuhkan Lipisari sebagai pembeli tetap yang sangat potensial untuk meningkatkan penjualan produk mereka. b. Pendukung Anggota Rantai 1. Pelatihan Peran pemerintah sebagai anggota eksternal rantai pasok memiliki peran yang cukup penting dalam memberikan dukungan kepada seluruh anggota rantai pasok. Bentuk dukungan yang diberikan oleh pemerintah kepada petani jambu adalah pemberian pelatihan-pelatihan dan penyuluhan yang bersifat softskill dan hardskill. Petani jambu di Majalengka diberikan pelatihan teknik budidaya jambu bijimerah yang baik, pengendalian hama terpadu, sistem distribusi yang baik, pembangunan irigasi yang baik, dan cara untuk mendapatkan pinjaman modal dari lembaga keuangan. 2. Dukungan Modal Lipisari sebagai usaha milik LIPI yang telah menjadi PNBP penghasilan negara bukan pajak sejak 2010, untuk melakukan kegiatan produksinya memerlukan dana dari pemerintah. Pemerintah melalui LIPI memberikan modal usaha sesuai dengan kebutuhan atau permintaan dari Lipisari. Selain itu, 57 pemerintah melalui LIPI juga memberikan jaminan pemasaran yaitu penjualan produk melalui ritel resmi yaitu koperasi pegawai LIPI Patna. Pemerintah melalui LIPI juga memberikan kemudahan dalam uji fisik, biologis, ataupun kimia dari produk minuman yang dihasilkan. 3. Distribusi Informasi Pasar Distribusi informasi mengenai peluang pasar dimulai dari para konsumen yaitu ritel, koperasi, dan distributor yang mengetahui permintaan konsumen meningkat atau menurun, kemudian informasi tersebut akan diteruskan kepada perusahaan Lipisari, dan Lipisari akan meneruskan informasi tersebut ke pemasok jambu biji merah yang kemudian diteruskan ke petani jambu. Informasi tersebut juga diteruskan kepada anggota sekunder rantai pasok yaitu pemasok bahan penolong dan bahan pengemasan. Distribusi informasi yang lancar diantara anggota rantai pasok perlu dibangun dan dijaga guna meningkatkan jaringan pasar dari petani dan perusahaan. 4. Perencanaan Kolaboratif Perencanaan kolaboratif adalah kesatuan kerjasama dan penyelarasan informasi antara satu anggota rantai dengan anggota lainnya dalam melakukan perencanaan rantai pasok. Perencanaan kolaboratif baru dilakukan antara perusahaan dengan pemasok jambu biji merah. Para konsumen memberikan informasi mengenai jumlah permintaan minuman sari buah jambu Lipisari. Dengan melihat data permintaan harian atau mingguan, maka Lipisari melakukan perencanaan dengan cara menargetkan sebanyak kurang lebih 1 ton jambu biji merah yang harus dipasok setiap bulannya. Dengan adanya target pemasokan setiap bulannya, maka perusahaan dapat memprediksi jumlah minuman sari buah yang akan diproduksi dalam satu bulan. Perencanaan kolaboratif dengan anggota lainnya selain pemasok belum dilakukan oleh perusahaan. Perencanaan ini sebenarnya sangat dibutuhkan guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas rantai pasok. 5. Aspek Risiko Risiko yang dihadapi pada setiap anggota rantai pasok berbeda-beda. Pada tingkat petani, risiko yang diterima adalah gagal panen yang disebabkan oleh 58 keadaan alam dan hama. Ketidakpastian cuaca dan iklim yang terjadi menyebabkan jadwal panen yang tak menentu sehingga pemasok terkadang tidak mampu memenuhi permintaan dari perusahaan. Ketidakpastian cuaca dan iklim juga menyebabkan hama dengan cepat menyerang pohon jambu dan hama yang biasanya menyerang pohon jambu adalah hama putih. Pada tingkat pemasok risiko yang dihadapi berkaitan dengan pengembalian buah jambu biji yang tidak memenuhi mutu yang diinginkan oleh perusahaan. Pada kegiatan sortasi perusahaan akan memilih jambu yang tidak busuk, tidak ada ulat, permukaannya licin atau tidak berlubang, dan tingkat kematangannya 70 persen sampai 80 persen. Bila tidak sesuai dengan standar maka jambu tersebut akan dikembalikan ke pemasok dan peerusahaan hanya membayar sesuai dengan jumlah jambu yang diambil, artinya pemasok harus menanggung semua jambu yang dikembalikan. Risiko yang dihadapi pada tingkat perusahaan adalah ketika terjadi musim paceklik pasokan jambu biji merah dari pemasok berkurang akibatnya perusahaan mengalami kekurangan persediaan bahan baku. Belum adanya kemitraan yang terjalin antara perusahaan dan pemasok secara resmi, menyebabkan pemasok dapat memilih untuk menjual jambu biji merahnya kepada perusahaan lain dengan harga yang lebih tinggi. Risiko lain yang dihadapi oleh perusahaan terkait dengan proses penyimpanan pulp atau bubur jambu. Pulp harus disimpan pada suhu -20 o C. Pada saat terjadi penurunan listrik ataupun kerusakan pendingin di gudang penyimpanan akan menyebabkan pulp cepat busuk dan terkontaminasi dengan bakteri, akibatnya pulp tidak bisa digunakan untuk produksi minuman sari buah. Selain itu, kerusakan pada alat produksi menjadi risiko yang harus diterima oleh Lipisari. Kerusakan alat produksi menyebabkan kegiatan produksi harus dihentikan sedangkan biaya produksi harus tetap dikeluarkan. Akibatnya perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar. Risiko yang harus diterima oleh distributor terkait dengan kerusakan produk akibat pendistribusian dari perusahaan ke pengecer dan toko. Bila produk yang didistribusikan mengalami kerusakan seperti kemasannya bocor, produk dikembalikan ke distributor dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab distributor bukan perusahaan. Perusahaan hanya mau melakukan penggantian tehadap produk-produk yang telah lewat tanggal kadaluarsa. 59 6. Proses Trust Building Proses bisnis rantai menjelaskan proses-proses yang terjadi di dalam rantai pasokan untuk mengetahui apakah keseluruhan rantai pasokan sudah terintegrasi dan berjalan dengan baik atau tidak. Proses bisnis rantai ditinjau berdasarkan aspek hubungan proses bisnis antar anggota rantai pasokan, pola distribusi dan support anggota rantai Setiawan 2009. Proses trust building merupakan proses untuk menumbuhkembangkan saling kepercayaan antar anggota rantai pasok. Hubungan kepercayaan yang lemah dapat menyebabkan keengganan untuk menjalin kerjasama dan distribusi informasi menjadi terhambat. Hal ini disebabkan karena adanya aspek ketidakpercayaan sehingga salah satu pihak berusaha untuk mendapatkan keuntungan sendiri Setiawan 2009. Ketidakpercayaan tersebut timbul disebabkan beberapa faktor yaitu: a. Masih banyaknya anggapan bahwa pemasok dan pihak lain adalah “lawan” atau bahkan “musuh” dalam berbisnis bukan “mitra”. b. Masih banyaknya anggapan bahwa antara pemasok atau pihak lain dengan perusahaan sendiri memiliki tujuan yang berlainan, bahkan saling bertentangan, padahal tujuan akhir semua anggota rantai sama yaitu survive and growth. c. Dalam negosiasi, masih banyak yang mengharapkan hasil win-lose dan kurang mengenal konsep win-win negotiation. d. Banyak yang masih melihat pada hubungan jangka pendek dan kurang melihat pada hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan. Proses trust building sudah mulai dibangun antar anggota rantai, namun hubungan kepercayaan itu masih bersifat kekeluargaan belum tertulis secara kontraktual. Perjanjian secara kontraktual sebaiknya mulai dilakukan dalam proses trust building guna mengurangi kerugian yang bisa terjadi dalam proses bisnis antar anggota rantai. Perjanjian yang dimaksud mengandung aturan yang terkait dengan hak dan kewajiban pihak Lipisari dengan pemasok, Lipisari dengan ritel, dan Lipisari dengan distributor. Dengan adanya proses trust building di antara anggota rantai, diharapkan mampu mendukung kelancaran aktivitas rantai 60 pasok seperti kelancaran pada transaksi, penjualan, distribusi produk, dan distribusi informasi pasar.

6.5 Performa Rantai Pasok Minuman Sari Buah Jambu Lipisari