Perumusan Masalah Analisis pengelolaan rantai pasok agroindustri hortikultura studi kasus sari buah jambu biji LIPISARI di B2PTTG LIPI Subang

6 akhir, dan penerapan pengelolaan rantai pasok diharapkan memberikan keuntungan yang seimbang di antara berbagai anggota rantai, serta dapat meningkatkan daya saing yang berkelanjutan dari produk. Dalam pengembangan hortikultura peran pengelolaan rantai pasok diperlukan untuk mengatasi permasalahan lemahnya keterkaitan antarsubsistem yang terjadi pada industri kecil. Pada tingkat produksi, sistem pasokan diperlukan untuk menjamin pasokan kebutuhan hortikultura baik dari segi jumlah, mutu, dan kontinuitas. Sementara itu, sebagai produk yang mempunyai sifat yang mudah rusak dan tidak tahan lama, aspek distribusi dan pemasaran memegang peranan yang sangat penting dalam satu kesatuan rantai pasok. Di tingkat distribusi, implemantasi sistem pasokan produk juga perlu dibangun secara baik, mulai dari pemahaman karakteristik produsen, preferensi konsumen, jaminan ketersediaan dan mutu, kontinuitas pasokan, margin keuntungan yang proporsional antar pelaku rantai pasokan, logistik, distribusi, komunikasi, informasi, sampai hubungan yang efektif antar pelaku rantai pasok. Kesemua hal di atas perlu dibangun secara baik untuk menciptakan rantai pasok yang efektif dan efisien. Pengelolaan rantai pasok merupakan metode, alat, atau pendekatan yang digunakan untuk mengelola suatu rantai pasok Pujawan 2005. Ada berbagai kegiatan yang tergolong ke dalam area pengelolaan rantai pasok dan di dalam kegiatan tersebut melibatkan banyak pihak, baik pihak produsen bahan mentah yaitu petani, industri pengolah, distributor, koperasi ataupun kelembagaan petani, ritel, dan konsumen akhir. Lipisari sebagai industri kecil pengolahan komoditas hortikultura sangat terkait dengan kegiatan-kegiatan rantai pasok. Lipisari juga memerlukan suatu strategi untuk mewujudkan tujuan-tujuan utama suatu usaha yaitu mencapai efektivitas, efisiensi, perusahaan mampu mencapai economies of scale, dan konsumen mendapatkan produk yang murah dan berkualitas.

1.2 Perumusan Masalah

Pengelolaan rantai pasok merupakan keterpaduan antara perencanaan, koordinasi, serta kendali seluruh proses dan aktivitas bisnis dalam rantai pasok untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan biaya termurah Chopra dan Meindl 2001. Lipisari sebagai perusahaan pengolahan bahan pertanian yaitu 7 jambu biji memerlukan manajemen rantai pasok dalam mengkoordinasikan semua kegiatan-kegiatan yang terkait dengan proses produksi minuman sari buah jambu biji. Hal ini diperlukan untuk mengatasi permasalahan ketidakpastian dan kompleksitas dari rantai pasok yang terjadi dalam proses produksi. Ketidakpastian merupakan sumber utama kesulitan pengelolaan suatu rantai pasok. Ketidakpastian dalam rantai pasok berdasarkan sumbernya dibagi menjadi tiga klasifikasi utama yaitu ketidakpastian permintaan, ketidakpastian yang berasal dari pemasok, dan ketidakpastian internal. Ketidakpastian permintaan menyebabkan penjualan minuman sari buah jambu biji Lipisari berfluktuatif seperti yang terlihat pada Gambar 1. Hal ini disebabkan banyak faktor di antaranya ritel-ritel yang menjual produk minuman sari buah jambu Lipisari tidak pernah memiliki informasi yang pasti mengenai jumlah penjualan minuman sari buah Lipisari per bulan. Pesanan dari sebuah ritel atau pengecer ke distributor juga tidak pernah pasti karena berbagai faktor, termasuk adanya kesalahan administrasi persediaan dan keharusan ritel untuk mengakomodasikan ketidakpastian pelanggan mereka. Selain itu, ketidakpastian permintaan disebabkan juga karena pemasaran produk yang masih terbatas dan Lipisari belum memiliki jaringan distribusi resmi. Selama ini pemasaran hanya dilakukan secara pasif dengan mengandalkan nama B2PTTG LIPI. Bahkan semakin ke hulu ketidakpastian permintaan ini biasanya semakin meningkat dan ini dinamakan dengan bullwhip effect. Ketidakpastian tidak hanya disebabkan dari permintaan yang berfluktuasi. Ketidakpastian juga bisa berasal dari pemasok yaitu terkait dengan harga bahan baku, lead time pengiriman, ketidakpastian kualitas produk, dan kuantitas produk yang bisa dikirim. Jambu biji sebagai bahan baku utama minuman sari buah Lipisari merupakan komoditas yang sangat terbatas di daerah Subang. Lipisari harus memasok jambu biji dari Majalengka. Namun, produksi jambu biji di Majalengka juga menjadi semakin tidak pasti dikarenakan perubahan cuaca dan iklim yang tidak ekstrim. Akibatnya pemasok terkadang tidak bisa memenuhi permintaan akan jambu biji merah, selain itu musim panen yang tak menentu menyebabkan harga jambu biji juga tidak bisa dipastikan. 8 Ketidakpastian internal di Lipisari juga menjadi permasalahan yang menyebabkan produksi minuman sari buah jambu Lipisari menjadi tidak optimum. Pada saat ini kapasitas produksi minuman sari buah jambu biji di Lipisari mencpai 1800 liter per 6 jam, padahal kapasitas produksi mesin mencapai 2000 liter per 8 jam. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian internal di Lipisari seperti kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak sempurna, keterbatasan tenaga kerja, dan ketidakpastian waktu produksi. Ketidakpastian yang terjadi menyebabkan Lipisari harus melibatkan banyak pihak dalam melakukan aktivitas-aktivitas bisnis. Pihak-pihak yang terlibat seringkali memiliki kepentingan yang berbeda-beda, bahkan tidak jarang bertentangan antara yang satu dengan lainnya. Sebagai contoh, pemasok menginginkan pembeli untuk memesan produk jauh hari sebelum waktu pengiriman dan sebisa mungkin jumlah produk yang dipesan tidak berubah. Di sisi lain, Lipisari menghendaki fleksibilitas yang tinggi karena Lipisari berproduksi sesuai dengan permintaan dan belum memiliki jadwal produksi yang pasti. Sehingga Lipisari akan lebih mudah dalam proses produksi apabila pemasok memberikan keleluasaan untuk mengubah jumlah, spesifikasi, maupun jadwal pengiriman bahan baku yang dipesan. Konflik kepentingan antar anggota rantai menyebabkan semakin kompleks nya rantai pasok yang terbentuk. Kompleksitas dan ketidakpastian rantai pasok yang terjadi pada proses produksi di Lipisari dapat menimbulkan permasalahan yang menyebabkan perusahaan tidak mampu berproduksi secara maksimal, efektif, dan efisien. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan rantai pasok dari minuman sari buah jambu biji agar Lipisari dapat mengetahui kompleksitas rantai pasok yang ada dan mengatasi permasalahan dalam rantai pasok tersebut, sehingga perusahaan mampu berproduksi secara optimal. Konsep rantai pasok dapat digunakan untuk melihat rantai penyaluran produk sari buah kemasan Lipisari. Selain itu, pengelolaan rantai pasok dapat mengatasi ketidakpastian pasokan dapat dilakukan dengan pengendalian harga dan permasalahan ketidakpastian permintaan dapat dilakukan dengan pengendalian permintaan. 9 Rantai pasok merupakan jaringan perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Pada umumnya ada tiga macam aliran yang harus dikelola yaitu aliran barang yang mengalir dari hulu hingga ke hilir, aliran uang dan sejenisnya, dan aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu hingga ke hilir Pujawan 2005. Aliran informasi yang bisa terjadi dalam suatu rantai pasok menyangkut informasi persediaan produk di pasar, informasi kapasitas produksi yang dimiliki supplier, dan informasi mengenai status pengiriman bahan baku. Konsep pengelolaan rantai pasok merupakan konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai pasok melalui optimalisasi waktu, lokasi, dan aliran kuantitas bahan. Rantai penyaluran melibatkan semua pihak yang menangani komoditas dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen akhir, serta terlibat dalam perpindahan fisik yang sesungguhnya dan perpindahan hak milik. Berdasarkan perumusan masalah di atas, menarik untuk dikaji mengenai: 1. Bagaimana pola rantai pasokan komoditi minuman sari buah jambu biji dari pemasok bahan baku, pengolahan, hingga pendistribusian produk ke tingkat konsumen? 2. Bagaimana aktivitas yang terjadi dalam setiap anggota rantai pasok mulai dari hulu hingga ke hilir? 3. Bagaimana penerapan pengelolaan rantai pasok di Lipisari B2PTTG LIPI Subang?

1.3 Tujuan Penelitian