Faktor Keberhasilan Penerapan Pengelolaan Rantai Pasok di Lipisari

77 Peningkatan kapasitas produksi akan memberikan keuntungan tidak hanya untuk Lipisari tetapi juga memberikan keuntungan bagi pemasok. Namun, keuntungan tersebut hanya akan tercapai jika aliran barang, uang, dan informasi dikelola dengan konsep pengelolaan rantai pasok. Lipisari hanya dapat mencapai optimlisasi produksi jika optimalisasi rantai pasok juga tercapai. Karena, kesuksesan Lipisari ditentukan oleh kesuksesan pengembangan di hilir dan juga di hulu, dimana kesemua sub sektor hilir-on-farm produksi-hulu dan dibantu dengan jasa penunjang saling membutuhkan dan saling menentukan satu dengan lainnya

6.9 Faktor Keberhasilan Penerapan Pengelolaan Rantai Pasok di Lipisari

Keberhasilan suatu rantai pasok tergantung dari sejauh mana pihak-pihak yang terlibat di dalamnya mampu menerapkan kunci sukses key success factor yang mendasari setiap aktivitas di dalam perdagangan Setiawan 2009. Key succes factor merupakan praktek-praktek penting yang jika dijalankan dengan baik dapat memperlancar aktivitas bisnis di sepanjang rantai pasokan. Untuk mencapai jumlah permintaan optimum, penghematan biaya pengadaan bahan baku dan biaya dalam memenuhi pesanan diperlukan usaha atau praktek yang mendukung keberhasilan tersebut. Key succes factor tersebut terdiri dari: a. Pengembangan Kemitraan Optimalisasi rantai pasok memerlukan aliran informasi yang lancar, transparan, dan akurat, serta memerlukan kepercayaan antar anggota rantai pasok dalam pengadaan barang. Semakin meningkatnya permintaan minuman sari buah jambu Lipisari dan semakin luasnya potensi pasar ke depan, maka perlu dijalin hubungan kemitraan antar semua anggota dalam rantai pasok. Hubungan kemitraan dilakukan mulai dari pemasok jambu biji, pemasok bahan penolong terutama gula, perusahaan yang memasok bahan kemasan, serta hubungan jangka panjang dengan distributor dan retailer seperti PD Anisa, MiMake, dan POS Subang. 78 b. Kesepakatan Kontraktual Pengembangan kemitraan dapat dilakukan melalui kesepakatan kontraktual antara Lipisari dengan pemasok bahan baku, bahan penolong, bahan pengemas, dan dengan distributor, serta retailer. Kesepakatan kontraktual antara Lipisari dengan pemasok jambu terkait dengan harga jambu per kg, kualitas jambu yang diinginkan oleh Lipisari, dan waktu pengiriman jambu. Kesepakatan kontraktual antara Lipisari dengan pemasok bahan pengemas dan penolong terkait dengan jumlah barang yang dipesan, frekuensi pemesanan, harga produk sesuai dengan kesepakatan, dan kualitas produk yang dipesan. Kesepakatan kontraktual antara Lipisari dengan distributor dan retailer terkait dengan jumlah produk Lipisari yang dipesan, kesepakatan penanggungan biaya pemesanan, harga untuk setiap dus Lipisari, dan lead time pengiriman produk. Kesepakatan kontraktual juga berisikan cara pembayaran yang akan dilakukan kedua belah pihak. c. Koordinasi dan Kerjasama Koordinasi di antara anggota rantai pasokan sangat penting untuk mewujudkan kelancaran rantai pasok. koordinasi hanya terbatas pada tiga hal yaitu kuantitas, kualitas, dan harga tetapi belum berkoordinasi dalam bentuk perencanaan. Koordinasi dalam bentuk perencanaan memungkinkan terjadinya transparansi informasi pasar mulai dari ritel, distributor, Lipisari, hingga ke pemasok. Untuk itu, agar koordinasi di antara rantai pasok dapat berjalan dengan baik dan lancar maka perlu diwujudkan hubungan kerjasama di antara anggota rantai pasok tersebut. d. Trust Building Pembangunan kepercayaan di antara anggota rantai pasok merupakan kunci utama dalam mengoptimalkan dan mensukseskan pengelolaan rantai pasok. selain itu, pembangungan kepercayaan dapat mendukung kelancaran aktivitas rantai pasok, seperti kelancaran pada transaksi, penjualan, distribusi produk, dan distribusi informasi pasar. Untuk membangun kepercayaan di antara pihak-pihak yang bekerjasama, dapat dilakukan dengan membuat kesepakatan baik tertulis maupun tidak tertulis. Apabila kesepakatan tersebut dijalankan dengan sebaik- baiknya, maka kepercayaan tersebut dapat meningkat sehingga setiap anggota 79 rantai pasok dapat menjalankan tanggung jawabnya masing-masing. Namun, kerjasama melaui kesepakatan tertulis ataupun tidak tertulis seringkali dilanggar oleh anggota rantai. Oleh karena itu, sebelum melakukan kerjasama secara kontraktual antar anggota rantai, konsep win-win negotiation dan partnering perlu dikembangkan di antara anggota rantai pasok dan di dalam perusahaan itu sendiri untuk menciptakan kepercayaan yang sangat diperlukan dalam mengoptimalkan pengelolaan rantai pasok. Partnering menjadi solusi dalam mengatasi ketidakpercayaan antar anggota rantai. Beberapa prinsip partnering yang perlu dipegang teguh dan dikembangkan terus-menerus yaitu: a. Meyakini memiliki tujuan yang sama common goal yaitu survive and growth. b. Saling menguntungkan mutual benefit melalui win-win negotiation. c. Saling percaya mutual trust dengan tidak beranggapan pihak lain adalah “lawan” atau bahkan “musuh”. d. Bersikap terbuka transparant antar anggota rantai. e. Menjalin hubungan jangka panjang long term relationship dan, f. Melakukan perbaikan dalam biaya dan mutu barang secara terus menerus. Pengelolaan rantai pasok melalui pengembangan kemitraan, kesepakatan kontraktual, koordinasi dan kerjasama, dan trust building melalui partnering menjadi kunci sukses dalam mencapai keefisienan dan keefektifan rantai pasok. Sehingga, setiap anggota dalam rantai pasok mampu berproduksi secara optimum, transparan, saling percaya dengan pembagian keuntungan yang adil bagi setiap anggota rantai tanpa adanya pihak yang dirugikan ataupun diuntungkan tercapainya win-win solution. 80 VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan