Kelembagaan dalam Agribisnis Sapi Perah

43 diterima peternak. Peranan koperasi sebagai mediator perlu dipertahankan. Pelayanannya perlu ditingkatkan dengan cara meningkatkan kualitas SDM koperasi serta memperkuat jaringan dengan industri-industri pengolahan. Adaptasi kelembagaan atau kemitraan akan sangat membantu terwujudnya upaya ini.

2.1.4.5. Kebijakan dalam Agribisnis Sapi Perah

Perundang-undangan yang menjadi payung hukum bagi agribisnis usaha peternakan sapi perah adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 6 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok peternakan dan kesehatan hewan, adapun tujuan umum dari dibentuknya undang-undang ini adalah diadakannya perombakan dan pembangunan-pembangunan di bidang peternakan dan pemeliharaan kesehatan hewan dengan tujuan utama penambahan produksi untuk meningkatkan taraf hidup peternak Indonesia dan untuk dapat memenuhi keperluan bahan makanan yang berasal dari ternak bagi seluruh rakyat Indonesia secara adil merata dan cukup. Secara khusus, untuk komoditas sapi perah diatur oleh Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 55PermentanOt.140102006 tentang pedoman pembibitan sapi perah yang baik Good Breeding Practice yang berfungsi melindungi peternak sapi perah dari bibit yang tidak sesuai dengan standar mutu dan persyaratan teknis minimal yang ditetapkan, juga sebagai pembinaan, bimbingan, dan pengawasan terhadap pembibitan sapi perah yang baik. Bagi pembibit, peraturan ini berfungsi sebagai acuan dalam melakukan pembibitan sapi perah untuk menghasilkan bibit yang bermutu baik, sedangkan bagi petugas dinas yang menangani fungsi peternakan di daerah, berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan pembinaan, bimbingan dan pengawasan dalam pengembangan pembibitan sapi perah. Tujuan ditetapkannya pedoman ini yaitu agar dalam pelaksanaan kegiatan pembibitan sapi perah dapat diperoleh bibit sapi perah yang memenuhi persyaratan teknis minimal dan persyaratan kesehatan hewan. 8 Sedangkan Surat Edaran Menteri Pertanian per 20 April 2001 Nomor : 51094AIV2001, mengatur tentang tindakan penolakan dan pencegahan masuknya penyakit mulut dan kuku PMK. 8 www.deptan.go.idbddadminfilePermentan-55-06.pdf. [4 Desember 2010] 44 Kebijakan pemerintah yang mengatur industri pengolahan susu diantaranya Surat Keputusan Bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Perindustrian dan Menteri Pertanian Nomor : 236KpbVII82, Nomor : 341SK71982 dan Nomor : 521KptsUm71982. Surat keputusan ini berisi tentang pengembangan usaha peningkatan produksi pengolahan dan pemasaran susu di dalam negeri. Pokok-pokok yang penting adalah 1 Pemerintah menetapkan jumlah susu produksi dalam negeri yang wajib diserap oleh Industri Susu sesuai dengan proyeksi produksinya dan kebutuhan masyarakat dalam tahun bersangkutan, 2 Untuk kepentingan penyerapan susu produksi dalam negeri perusahaan dapat melengkapi peralatan yang diperlukan dengan ijin DepartemenInstansi yang bersangkutan, 3 Menteri Perindustrian menyampaikan jumlah kebutuhan bahan baku susu untuk industri dalam negeri kepada Menteri Perdagangan dan Koperasi. Kebijakan ini dikeluarkan dengan maksud untuk mendorong pengembangan industri sapi perah nasional. Implikasi dari kebijakan ini adalah lahirnya bukti serap Busep dan rasio susu, dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Perindustrian dan Menteri Pertanian Nomor : 236KpbVII82, Nomor : 341SK71982 dan Nomor : 521KptsUm71982 yang menerangkan tentang 1 Impor bahan baku susu hanya dapat dilaksanakan oleh importir terdaftar susu yang diakui oleh Menteri Perdagangan dan Koperasi, baik sebagai importir umum maupun importir produsen, 2 Jumlah dan jenis bahan baku susu yang akan diimpor oleh importir ditetapkan berdasarkan bukti realisasi penebusan atau pembelian susu produksi dalam negeri, 3 Menteri Perdagangan dan Koperasi melakukan pengawasan terhadap koperasi dalam kegiatannya melakukan pembelian susu produksi dalam negeri serta terhadap perusahaan industri dan importir dalam melaksanakan impor bahan baku susu. Instruksi Presiden Nomor : 41998 tentang koordinasi pembinaan pengembangan persusuan nasional. Inpres ini menghapuskan kandungan lokal dan produk-produk turunan susu. 9 9 http:binaukm.com201006kebijakan-pemerintah-dalam-usaha-pengolahan-susu.[4 Desember 2010]