15 2 Kelompok Hijauan Berkualitas Sedang
Kelompok hijauan berkualitas sedang mempunyai kandungan protein kasar berkisar antara 5–10 persen dari bahan kering, energi berkisar antara 41–50
persen dari bahan kering, kalsium 0,3 persen. Hijauan yang termasuk dalam golongan ini diantaranya rumput alam, rumput lapangan, rumput gajah, rumput
benggala dan rumput kultur lainnya. 3 Kelompok Hijauan Berkualitas Tinggi
Kelompok hijauan yang berkualitas tinggi mempunyai kandungan protein kasar di atas 10 persen dari bahan kering, energi di atas 50 persen, kalsium di atas
satu persen, dan kandungan vitamin A yang tinggi. Hijauan yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya golongan kacang-kacangan atau legume daun kacang
tanah, lamtoro, kaliandra, alfalfa, gliricidae dan daun kacang-kacangan. Keterbatasan hijauan yang berkualitas dan melimpahnya limbah pertanian
menyebabkan adanya upaya untuk meningkatkan efisiensi pakan hijauan. Komponen pakan selain hijauan adalah konsentrat yang merupakan pakan
tambahan yang mengandung kadar energi dan protein yang tinggi, serta berserat kasar yang rendah. Bahan makanan konsentrat ini meliputi 1 Biji-bijian seperti
jagung, menir, dan bulgur, 2 Hasil turunan komoditas pertanian dari pabrik seperti katul, dedak, bungkil kacang tanah, bungkil kelapa, bungkil kedelai, dan
tetes mellase, dan 3 Berbagai umbi. Makanan berupa biji-bijian maupun hasil turunan komoditas pertanian dari pabrik ini berfungsi untuk memperkaya nilai
gizi pada bahan makanan yang nilainya rendah, misalnya yang berasal dari jerami dan sebagainya.
Pakan sapi perah dapat diolah secara kimia, biologis maupun kombinasi. Pengolahan secara kimia yang paling mudah dengan cara penambahan urea atau
sekam padi. Pengolahan jerami dengan abu sekam yang ditambahkan energi sehingga mencapai 50 persen, sumber nitrogen dua persen sehingga kadar protein
menjadi 12,5 persen. Sedangkan perlakuan fisik dapat dilakukan dengan pemotongan untuk memperkecil ukuran hijauan. Dengan ukuran yang kecil akan
lebih memperluas permukaan sehingga enzim-enzim pencernaan akan lebih mudah menetrasi. Adapun perlakuan biologis dapat ditambahkan probiotik seperti
scharomycetes yang akan membantu proses fermentasi dalam rumen. Frekuensi
16 dan konsistensi jadwal pemberian pakan yang telah diformulasikan perlu diatur
dan dijaga guna mencapai produksi susu yang lebih tinggi. Pemberian pakan sapi perah sebaiknya minimal dua kali dalam sehari semalam, sekitar satu jam sebelum
pemerahan. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 10 persen dari bobot tubuh sapi, adapun perbandingan antara hijauan dengan konsentrat adalah sekitar 60 : 40
dalam bahan kering pakan Siregar 1990.
2.1.1.3. Penyakit dan Pengobatan
Keberadaan penyakit yang menjangkit sapi perah dapat menimbulkan kerugian ekonomis yang tidak sedikit, antara lain adanya penurunan produksi
susu, terlambatnya pertumbuhan sapi, bahkan kematian. Sapi perah yang mudah terkena penyakit akan memerlukan pengobatan sehingga akan memperbesar biaya
produksi. Oleh karena itu, diperlukan upaya penanganan penyakit mulai dari mengetahui jenis dan gejala penyakit maupun cara pencegahannya.
Pengendalian penyakit ternak menjadi salah satu bagian dalam produksi ternak. Ternak yang baik dan sehat menghasilkan produksi yang optimal, penyakit
menular bisa disebabkan oleh virus, bakteri, atau tungau sedangkan penyakit tidak menular seperti luka, patah tulang dan kekurangan vitamin, hal tersebut dapat
dilihat dari gejala yang timbul pada ternak dan sebagai pencegahannya maka harus ada pengendalian penyakit dengan menggunakan vaksin maupun dengan
obat-obatan seperti antibiotik, antiseptik, dan desinfektan Rahardi 2008. Obat hewan adalah obat yang khusus dipakai untuk hewan dengan tujuan
menetapkan diagnosa, mencegah, menyembuhkan dan memberantas penyakit hewan, mengurangi, menghilangkan gejala penyakit hewan, membantu
menenangkan, mematirasakan, etanasia dan merangsang hewan, menghilangkan kelainan atau memperelok tubuh hewan, memacu perbaikan mutu produksi hasil
hewan, serta memperbaiki reproduksi hewan. Jenis obat-obatan ini terdiri atas sediaan biologic, farmasetik, premik dan sediaan alami termasuk hasil rekayasa
genetik sedangkan perusahaan obat hewan adalah orang atau badan hukum yang mendapatkan izin usaha obat hewan dari pejabat yang berwenang untuk
melakukan produksi, penyediaan dan atau peredaran obat hewan
3
.
3.
Raharjo, Y. November 2006. Beberapa Sisi Pergerakan Obat Hewan. Infovet : Hlm 11
17 Menurut Saragih 2000 Salah satu faktor yang turut menentukan
keberhasilan suatu usaha peternakan ialah faktor kesehatan. Faktor ini memegang peranan yang sangat penting dalam menjaga stabilitas produksi yang optimal dan
dalam meningkatkan produksi. Hanya ternak yang sehat yang dapat memberikan produksi susu yang tinggi. Adapun penyakit yang dapat menjangkit pada sapi
menurut Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2008 diantaranya adalah : 1 Penyakit Antraks
Penyakit antraks disebabkan oleh virus Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan atau minuman maupun pernafasan. Gejala
penyakit antraks adalah 1 Demam tinggi, badan lemah dan gemetar, 2 Gangguan pernafasan, 3 Pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin
dan badan penuh bisul, 4 Kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan alat kelamin, 5 Kotoran ternak
cair dan sering bercampur darah, serta 6 Limpa bengkak dan berwarna kehitaman. Pengendalian penyakit antraks adalah dengan melakukan vaksinasi,
pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur atau membakar sapi yang mati.
2 Penyakit Mulut dan Kuku PMK atau penyakit Apthae epizootica AE Penyakit Mulut dan Kuku atau PMK disebabkan oleh virus yang menular
secara kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar bakteri Apthae epizootica AE. Gejala PMK adalah 1 Rongga mulut,
lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening, 2 Demam atau panas, suhu badan menurun drastis, 3
Nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali, 4 Air liur keluar berlebihan. Pengendalian PMK atau penyakit Apthae epizootica AE adalah
dengan melakukan vaksinasi dan untuk sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
3 Penyakit Mendengkur atau penyakit Septichaema epizootica SE Penyakit mendengkur atau penyakit Septichaema epizootica SE
disebabkan oleh bakteri Pasturella multocida. Penularan penyakit ini melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri, gejala penyakit mendengkur atau
penyakit Septichaema epizootica SE antara lain 1 Kulit kepala dan selaput