Produksi Subsistem Agribisnis Budidaya Sapi Perah

29 setelah 50 hari, adapun jarak beranak atau calving interval yang ideal biasanya selama setahun. 1 Sapi Laktasi Sapi perah mulai memproduksi susu kembali setengah jam setelah melahirkan anak, saat itulah disebut masa laktasi. Produksi susu pada hari pertama sampai dengan kelima sesudah melahirkan, maka air susu tersebut disebut kolostrum. Selama empat hari kolostrum harus diberikan pada anak sapi atau pedet yang dilahirkan, hal ini dikarenakan kolostrum kaya akan vitamin A dan mineral berupa kalsium serta phospor, serta antibodi yang sangat berguna untuk pertumbuhan dan kesehatan pedet. Masa laktasi dimulai sejak sapi itu melahirkan sampai masa kering tiba sehingga masa laktasi berlangsung kurang lebih selama 10 bulan atau 305 hari, adapun kurva produksi susu untuk satu masa laktasi dapat dilihat pada Gambar 4. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Gambar 4. Kurva Produksi Susu untuk Satu Masa Laktasi Sumber : Kanisius 1995 Berdasarkan Gambar 4, sejak sapi melahirkan maka produksi susu akan meningkat cepat sampai mencapai puncak produksi pada 35-50 hari berikutnya. Setelah sapi mengalami masa laktasi, pemerahan sapi dapat dihentikan untuk mempersiapkan masa produksi berikutnya, masa ini disebut masa kering kandang. Masa kering kandang umumnya berlangsung selama 1,5–2 bulan, masa kering Melahirkan Kering Kandang Produ ksi Su su p er Hari liter Lama Laktasi setelah Melahirkan bulan 30 tersebut akan berakhir pada saat sapi yang bersangkutan melahirkan dan kembali mengeluarkan air susu. Produksi susu sapi perah per laktasi akan meningkat terus sampai dengan laktasi yang keempat atau pada umur enam tahun, apabila sapi perah tersebut pada umur dua tahun sudah melahirkan laktasi pertama. Usia produktif sapi perah berkisar pada umur lima sampai sepuluh tahun dan mencapai puncak produksi susu pada saat umur tujuh sampai delapan tahun. Setelah sapi mencapai umur 10 tahun, produksi susu mulai berkurang bahkan diikuti adanya kesulitan di dalam melahirkan, oleh karena itu apabila sapi tersebut sudah mencapai 10 tahun perlu dipersiapkan generasi pengganti sebagai usaha peremajaan. 2 Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Produksi sapi perah meliputi tatalaksana pemeliharaan sapi dara dan pejantan serta proses penanganan pemerahan susu sapi Siregar 1990. a Pemeliharaan Sapi Pedet Pedet atau anak sapi adalah sapi yang baru lahir hingga berumur delapan bulan. Sekitar 25–33 persen pedet akan mengalami risiko kematian pada periode empat bulan setelah dilahirkan. Hal ini disebabkan antara lain kekurangan makan, gangguan pencernaan, dan infeksi. Selama empat hari pertama setelah dilahirkan, pedet harus mendapat kolostrum atau susu pertama yang keluar dari puting susu sapi yang baru melahirkan. Hari selanjutnya pedet memperoleh susu hasil pemerahan induk. Jumlah susu yang dibutuhkan untuk pedet jantan dan betina berbeda. Pedet jantan memerlukan susu sekitar 18 dari bobot badannya per hari sedangkan betina sekitar 110 dari bobot badannya per hari. Pemberian hijauan dimulai pada umur dua minggu sedangkan konsentrat sejak berumur sekitar empat minggu. b Pemeliharaan Sapi Dara Heifer Sapi dara heifer merupakan sapi betina berumur sekitar 11 minggu sampai dengan bunting dan melahirkan anak pertama. Menurut fase pertumbuhan, sapi dara termasuk kelompok sapi muda yang laju pertumbuhannya masih berlangsung terus laju pertumbuhan sapi sebelum beranak tergantung dari cara pemeliharaan dan pemberian makanan. 31 Pada umumnya sapi perah yang diusahakan peternak yang sudah maju, dipelihara secara insentif, sapi tersebut sepanjang hari berada di kandang dengan perlakuan yang teratur dalam pemberian pakan, pengendalian penyakit dan perkawinan sapi. Keberadaan sapi perah dara ditujukan sebagai pengganti induk yang afkir antara lain kerena produksi susu rendah, mengidap penyakit tertentu, berumur tua, dan kematian maupun sebagai pengembangan usaha atau penambahan populasi ternak. Sapi dara yang sesuai untuk menjadi calon induk harus mempunyai kriteria-kriteria seperti berasal dari turunan yang mempunyai kemampuan berproduksi susu tinggi, menunjukkan pertumbuhan yang normal, dan tidak mempunyai cacat tubuh maupun mengidap penyakit. Berdasarkan ukuran tubuhnya, biasanya sapi perah dara mulai dikawinkan pada umur 14-17 bulan. Sehingga diharapkan sekitar umur 23–26 bulan maka sapi perah tersebut sudah mulai memproduksi susu atau laktasi. c Pemberian Pakan dan Air Minum Menurut Siregar 1990, usaha untuk meningkatkan produksi susu dapat dilakukan dengan menambahkan pakan atau perbaikan sistem pemberian pakan tanpa penambahan biaya pakan. Sapi perah hendaknya diberi pakan yang berkualitas tinggi sehingga dapat berproduksi sesuai dengan kemampuannya. Kesalahan dalam manajemen pemeliharaan dapat dijadikan indikasi untuk mengetahui tingkat produksi yang rendah atau tidak sesuai dengan kemampuan potensial sapi. Sapi yang dipelihara secara intensif diberikan pakan berupa hijauan dan makanan penguat seperti jagung giling, dedak halus, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, dan lain-lain. Bahan makanan berupa rumput atau hijauan diberikan sebanyak 10 persen dari berat badan. Sedangkan makanan penguat diberikan dua sampai tiga kilogram per ekor, yang diberikan satu sampai dua kali sehari dan hijauan diberikan dua sampai tiga kali sehari. Air minum yang bersih diberikan secara bebas. d Melaksanakan Program Kesehatan Pemeliharaan ternak yang sehat bertujuan memperoleh ternak yang produktif. Dalam pelaksanaan program kesehatan pada sapi perah meliputi 1 Karantina dan isolasi, sapi calon pengganti yang berasal dari luar negeri yang 32 kesehatannya masih meragukan maka harus dikarantina, setelah positif sapi tersebut sehat maka sapi dikelompokan, 2 Vaksinasi, untuk menanggulangi terinfeksinya penyakit menular yang berasal dari bakteri dan virus pada kelompok sapi yang dipelihara, maka kekuatan tubuh harus ditingkatkan dengan melakukan vaksinasi secara periodik, 3 Pengobatan cacing, kondisi sapi yang terlihat sehat tak luput dari ancaman penyakit parasit cacing. Untuk pencegahan dan pengobatannya sebaiknya sapi diberi obat cacing setiap empat bulan sesuai dosis, dan diberikan obat-obatan yang diperlukan serta aman, 4 Tindakan higiene, adalah mengupayakan kesehatan melalui kebersihan hewan, lingkungan, peralatan sebagai tindakan preventif atau mencegah segala penyakit yang berasal dari virus, bakteri dan parasit. Tindakan higiene meliputi pencucihamaan kandang dan peralatan, menjaga kebersihan kandang, mengubur dan membakar bangkai, menjaga kebersihan bahan makanan yang diberikan pada sapi, menjaga kebersihan petugas kandang dari penyakit menular, 5 Memandikan sapi dan pemotongan kuku, sapi yang dipelihara intensif dalam kandang sepanjang hari badannya mudah kotor dan kuku belakangnya menjadi lebih lunak karena sering tergenang air seni dan terkena kotoran. Kedudukan kuku yang salah ini mengakibatkan bidang dasar pijakan bergeser sehingga titik berat badan jatuh pada kuku bagian belakang yang lemah. Kondisi kuku semacam ini akan mempengaruhi bentuk tubuh sapi, punggung agak melengkung seperti busur, dan kondisi kuku yang lunak dapat peka terhadap infeksi foot-rod. Oleh karena itu sapi yang ada dalam kandang harus dirawat dengan cara dimandikan secara teratur dan memotong kukunya secara teratur setiap enam bulan agar sapi menjadi bersih tidak gatal kulit dan mengembalikan bentuk kuku menjadi normal kembali. e Penanganan Pemerahan Susu Sapi Parameter yang bisa dijadikan penilaian produktivitas dalam proses budidaya sapi perah adalah produksi susu yang tinggi. Menurut Sudono 2003, produksi susu sapi perah di Indonesia umumnya masih rendah, yaitu hasil susu rata-rata per ekor per hari adalah 10 liter dengan bangsa sapi Friesian Holstein FH. Kelangsungan produksi susu selain dipengaruhi oleh tatalaksana pemeliharaan juga dipengaruhi oleh teknik pemerahan. Setiap 33 peternak sapi perah dalam melakukan pemerahan harus berupaya untuk menghasilkan susu yang bersih dan sehat, sehingga dalam proses pemerahan harus memperhatikan pemeriksaan kesehatan dan waktu pemerahan. Pemeriksaan kesehatan mencakup dan kebersihan mencakup pemeriksaan kesehatan sapi yang akan diperah dari penyakit menular yang bisa berasal dari petugas pemerah dan dari konsumen susu yang datang ke kandang. Kebersihan tempat dan peralatan yang akan dipakai mempengaruhi kebersihan air susu sehinga semuanya harus higienis, kebersihan tempat penampungan susu harus terjaga karena di tempat tersebut susu akan diproses lebih lanjut dan disimpan beberapa waktu, tempat ini pun harus terhindar dari lalat, jauh dari timbunan sampah, ventilasai yang sempurna dengan drainase yang baik. Usaha membersihkan kandang dan bagian tubuh sapi yang dapat mengotori hasil pemerahan dapt dilakukan dengan cara mencuci lantai kandang dengan menyemprotkan air tekanan tinggi untuk menghilangkan kotoran, jika sapi belum dimandikan dan akan diperah maka kotoran yang melekat pada bagian tubuh seperti lipatan paha, ambing, dan puting dicuci dahulu. Pencucian ambing dan puting dilakukan dengan air hangat dan desinfektan dengan cara ambing digosok dengan spon, kemudian dikeringkan dengan kain lap lunak. Setelah puting dikeringkan dengan kain satu persatu, kemudian satu atau dua pancaran perahan awal stripping dari setiap puting dibuang dan ditampung, dalam pemerahan petugas harus mencuci tangan agar steril. Sebagian hasil stripping dapat ditampung di kertas hitam atau cawan untuk pemeriksaan adanya bakteri dan kotoran. Jika susu tadi terdapat gumpalan ataupun darah, dapat dipastikan bahwa hasil susu perahan tersebut kena infeksi mastitis sehingga harus dipisahkan. Pemerahan yang baik pada sapi dilakukan sehari dua kali antara pukul 04.00 pagi dan pukul 15.00 sore WIB , waktu pemerahan harus konsisten agar sapi bisa terbiasa dengan jadwal tersebut, jika dilakukan secara tidak konsisten maka dapat menimbulkan stress pada sapi. Dalam memerah susu langkah pertama yang dilakukan adalah usaha untuk menenangkan sapi yang akan diperah agar proses pemerahan dapat dilakukan dengan lancar. Usaha untuk 34 menenangkan sapi pada umumnya ditempuh dengan cara memberikan makanan penguat, petugas melakukan pendekatan dengan memegang-megang bagian tubuh sapi, menghindari kegaduhan dan suara-suara asing serta menghindari lalu lalang orang. Puting sapi yang akan diperah diolesi minyak atau vaseline agar menjadi licin sehingga memudahkan proses pemerahan dan sapi tidak merasakan sakit terutama pada sapi yang baru pertama kali berproduksi. Pada sapi yang pertama kali berproduksi terkadang masih sulit diperah, untuk memudahkannya maka harus menyusukan pedet pada induk yang akan diperah sebagai langkah awal pemerahan, sehingga proses pemerahan selanjutnya menjadi lancar dan pemerahan dilakukan bertahap sedikit demi sedikit sehingga sapi terbiasa untuk diperah. Teknik pemerahan yang dilakukan di beberapa negara maju sudah menggunakan mesin perah, berbeda dengan di negara berkembang yang sebagian besar masih dilakukan secara manual yaitu teknik pemerahan menggunakan tangan, hal ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu dengan cara memegang pangkal puting susu antara ibu jari tengah, caranya kedua jari ditekankan sedikit demi sedikit ditarik ke bawah, sehingga air susu terpancar mengalir keluar, teknik semacam ini dilakukan pada sapi yang mempunyai puting pendek. Cara kedua dalam teknik pemerahan tangan yaitu mengunakan kelima jari, yaitu puting dipegang antara ibu jari dan keempat jari lainnya, penekanan dengan keempat jari tersebut diawali dari jari yang paling atas kemudian diikuti oleh jari lain yang ada dibawahnya, hal tersebut dilakukan berulang sampai air susu memancar keluar Kanisius 1995.

2.1.3. Subsistem Agribisnis Hilir Sapi Perah

Subsistem agribisnis hilir adalah kegiatan yang mengelola komoditas primer menjadi produk olahan, baik untuk produk antara Intermediet Product maupun untuk produk akhir Final Product beserta kegiatan perdagangan atau pemasarannya Saragih 2000. 35

2.1.3.1. Kegiatan Pendistribusian dan Perdagangan

Menurut Firman 2008, sistem agribisnis pada komoditas sapi perah dibangun berdasarkan sistem vertical integration, yaitu antar pelaku agribisnis satu sama lain saling tergantung pada produk susu. Produksi susu hasil peternakan rakyat sebagian besar disalurkan ke koperasi susu sapi yang kemudian dipasarkan kepada Industri Pengolah Susu IPS. Koperasi memberikan pelayanan kepada peternak sebagai anggotanya berupa pemasaran hasil produksinya maupun melayani kebutuhan konsentrat, obat-obatan, Inseminasi Buatan IB, memberikan fasilitas penyaluran kredit, dan memberikan pelayanan penyuluhan. Produk susu yang dihasilkan oleh sapi perah tidak dapat langsung dikonsumsi oleh konsumen namun harus mengalami proses pengolahan terlebih dahulu. Salah satu proses pengolahan yang sangat sederhana dan konsumen dapat dengan aman meminumnya adalah dengan proses pemanasan dengan suhu rata- rata 70-100 C atau dikenal dengan istilah pasteurisasi dan sterilisasi. Tujuan dari proses pengolahan ini adalah untuk membunuh bakteri-bakteri yang berbahaya bagi manusia atau disebut dengan bakteri patogen, misalnya jenis bakteri Streptococcus . Susu yang dihasilkan dari peternak selanjutnya masuk ke lemari pendingin yang disediakan oleh koperasi. Selanjutnya koperasi langsung menjualnya ke IPS untuk diolah lebih lanjut. Berbagai produk yang dihasilkan oleh IPS dapat berupa susu sterilisasi dalam kemasan karton, susu tepung, youghurt, es krim,dan sebagainya. Produk-produk tersebut selanjutnya dipasarkan ke konsumen melalui sistem tataniaga yang telah terbangun sebelumnya, seperti pedagang besar, pedagang pengumpul, retail dan akhirnya ke konsumen. Peternak dari berbagai lokasi menyetorkan susunya kepada koperasi yang terdekat dengan wilayahnya melalui tempat pelayanan susu, kemudian susu dari peternak dibawa ke koperasi untuk selanjutnya dikirim kepada IPS ataupun dijual langsung ke konsumen. Skema distribusi susu, input dan sarana produksi pada sistem agribisnis sapi perah 4 dapat dilihat pada Gambar 5. 4 Ismatullah. Juli 2009. Diperlukan Kebijakan Persusuan yang Integral. Trobos : Hlm 50