Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Susu Sapi

62 Gambaran dari variabel – variabel tersebut adalah : 1 Variabel yang menjadi variabel dependent adalah produktivitas susu sapi. Produktivitas susu sapi adalah jumlah susu yang dihasilkan oleh sapi laktasi yang diukur dalam jumlah sapi sebanyak 49 ekor selama kurun waktu dua bulan periode bulan Agustus sampai dengan September 2008. Produktivitas susu sapi dinyatakan dalam satuan liter per hari. 2 Variabel yang menjadi variabel independent dalam penelitian ini meliputi : a Konsentrat, merupakan salah satu pakan ternak yang berupa pelengkap nutrisi yang terdiri dari campuran ampas gandum, ampas tahu, tepung jagung, onggok atau ampas singkong, dan bungkil kelapa. Sapi perah yang produktivitas susunya tinggi tidak akan menghasilkan susu yang sesuai dengan kemampuannya bila tidak mendapat pakan berupa konsentrat yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Pemberian konsentrat dilakukan sebanyak dua kali sehari dalam satuan kilogram per 49 ekor per 61 hari. b Pemberian jumlah pakan ternak berupa hijauan atau rerumputan rumput lapangan, rumput gajah, atau rumput benggala yang merupakan sumber serat dalam satuan kilogram per 49 ekor per 61 hari. Pemberian hijauan juga dilakukan sebanyak dua kali sehari. Hijauan, merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha ternak sapi perah. c Jumlah tenaga kerja atau karyawan perusahaan yang bekerja di bagian produksi maupun pemeliharaan atau perawatan ternak dalam satuan orang per 61 hari. Tenaga kerja adalah tenaga manusia yang digunakan untuk memelihara sapi laktasi dengan kegiatan antara lain memerah, memberi makan dan minum, memandikan sapi, membersihkan kandang, mencari rumput, mengantar susu, dan mengurus peralatan. d Perbedaan kondisi suhu udara rata-rata yang terjadi di perusahaan dalam satuan derajat celcius o C per 61 hari. Hipotesis yang diajukan terhadap setiap variabel independent atau faktor – faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas susu sapi di CV Mulya Khansa Niaga adalah seluruh variabel independent berpengaruh positif terhadap tingkat produktivitas susu sapi variabel dependent. Kondisi ini diperkirakan karena seluruh komponen variabel independent tersebut merupakan kebutuhan yang 63 dapat mempengaruhi produktivitas susu sapi. Adapun penjelasan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut : 1 Konsentrat X 1 b 1 0 artinya semakin banyak jumlah konsentrat yang diberikan, maka akan semakin tinggi tingkat produktivitas susu sapi. Berpengaruhnya faktor ini dikarenakan dalam produksi susu, pemberian jumlah konsentrat merupakan salah satu komponen utama. 2 Hijauan X 2 b 2 0 artinya semakin banyaknya jumlah hijauan yang diberikan, maka akan semakin tinggi produktivitas susu sapi. 3 Jumlah tenaga kerja X 3 b 3 0 artinya semakin banyaknya jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi susu sapi, maka akan semakin tinggi tingkat produktivitas susu sapi yang dihasilkan. Namun tidak menutup kemungkinan banyaknya tenaga kerja dapat mengakibatkan produktivitas menjadi tidak efektif. 4 Suhu udara X 4 b 4 0 artinya semakin rendahnya tingkat kondisi suhu udara yang terjadi dalam proses produksi susu sapi, maka akan semakin tinggi produktivitas susu sapi yang dihasilkan. Metode penduga yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square OLS dengan pertimbangan metode ini mempunyai sifat dan karakteristik yang optimal serta sederhana dalam perhitungan. Metode ini digunakan untuk menguji nilai f - hitung, t - hitung, dan koefisien determinasi R 2 . Oleh karena itu, kelayakan model tersebut diuji berdasarkan asumsi OLS yang meliputi uji multikolinearitas dan autokorelasi. Pengujian model penduga ini dilakukan untuk mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter dan fungsi produksi susu sapi. 1 Uji – f Pendugaan apakah seluruh variabel yang ada dalam model dapat berpengaruh nyata terhadap produktivitas susu sapi apabila digunakan secara bersama-sama, maka digunakan Uji - f. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan antara f – hitung dengan f – tabel Walpole 1995. Uji – f 64 berguna untuk mengetahui apakah seluruh variabel independent secara bersama- sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependent atau produktivitas susu sapi. Pengaruh setiap koefisien regresi terhadap model diuji nyata atau tidak dengan menggunakan bentuk hipotesis sebagai berikut : H : b i = 0 tidak ada pengaruh nyata H : b i ≠ 0 ada pengaruh nyata Statistik Uji : f - hitung = Jumlah kuadrat regresi k-1 Jumlah kuadrat sisa n-k f – tabel = f α k – 1, n – k Keterangan : n = Jumlah data historis k = Jumlah variabel independent termasuk intersep Kriteria Uji : Bila f - hitung f - tabel atau P-value 0,05 maka tolak H pada taraf nyata α berpengaruh nyata artinya pada taraf nyata α variabel - variabel independent atau penduga secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependent atau produktivitas susu sapi. Apabila f - hitung f - tabel atau P-value 0,05 maka terima H pada taraf nyata α tidak berpengaruh nyata artinya pada taraf nyata α variabel - variabel independent atau penduga secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependent atau produktivitas susu sapi. 2 Uji - t Setelah melakukan Uji – f, selanjutnya dilakukan Uji – t untuk menguji secara statistik bagaimana pengaruh nyata dari setiap parameter bebas X yang digunakan secara terpisah terhadap parameter tidak bebas Y atau untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independent terhadap variabel dependent atau produktivitas susu sapi. 65 Statistik Uji : t – hitung = bi S bi i β − t – tabel = t α 2 n – k Keterangan : b i = Koefisien regresi ke – i yang diduga i β = Parameter ke – i yang dihipotesiskan Sbi = Standar deviasi atau simpangan baku dari b i Kriteria Uji : t – hitung t – tabel, maka tolak H pada taraf nyata α berpengaruh nyata t – hitung t – tabel, maka terima H pada taraf nyata α tidak berpengaruh nyata Apabila t - hitung t - tabel atau P-value 0,05 maka parameter bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas atau variabel ke –i berpengaruh terhadap produktivitas susu sapi. Sebaliknya jika t - hitung t - tabel atau P-value 0,05 maka parameter bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas. 3 Koefisien Determinasi R 2 Selanjutnya untuk menguji model yang ada maka dihitung besarnya nilai koefisien determinasi R 2 , perhitungan ini digunakan sebagai pengukur tingkat keterandalan model. Koefisien tersebut menjelaskan sejauh mana keragaman yang dapat diterangkan oleh seluruh variabel X terhadap variabel Y. Menurut Supranto 2005, semakin besar nilai R 2 maka semakin tinggi keragaman yang dapat diterangkan oleh model tersebut. Namun jika mendapatkan nilai R 2 yang rendah maka tidak berarti bahwa model tersebut tidak handal atau jelek. Adapun perhitungan dari koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut : 66 R 2 = JKT JKS − 1 = 2 2 ˆ ∑ ∑ Υ − Υ Υ − Υ i i Keterangan : R 2 = Koefisien Determinasi JKS = Jumlah Kuadrat Sisa JKT = Jumlah Kuadrat Total Υ = Nilai Rataan Respon Υˆ = Nilai Dugaan 4 Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya korelasi antar variabel independent. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolonearitas yaitu memiliki nilai VIF Variance Inflation Factor sekitar angka satu dan memiliki nilai toleransi mendekati satu serta koefisien korelasi antar variabel harus lemah atau di bawah 0,5. 5 Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji adanya korelasi antara kesalahan pengganggu galat atau error pada suatu periode dengan kesalahan pada periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi maka ada autokorelasi, untuk mendeteksi autokorelasi yaitu dengan mencari nilai Durbin-Watson. Apabila nilainya di bawah -2 berarti terjadi autokorelasi positif, apabila nilainya antara -2 dan +2 maka tidak terjadi autokorelasi serta apabila nilai Durbin-Watson di atas +2 maka terjadi autokorelasi negatif. V GAMBARAN UMUM CV MULYA KHANSA NIAGA

5.1. Gambaran Wilayah Kota Depok

Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km 2 . Kota Depok merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Bogor pada tanggal 27 April 1999 yang terdiri atas enam kecamatan. Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6 o 19’ 00” – 6 o 28’ 00” Lintang Selatan dan 106 o 43’ 00” – 106 o 55’ 30” Bujur Timur. Secara geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam wilayah sekitar Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi Jabotabek. Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah atau perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50–140 m di atas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Jumlah penduduk di Kota Depok tahun 2005 mencapai 1.374.522 jiwa yang terdiri atas laki-laki 696.329 jiwa 50,66 persen dan perempuan 678.193 jiwa 49,34 persen dengan kepadatan penduduk Kota Depok sekitar 6.863 jiwakm2. 10 Wilayah Kota Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim. Secara umum musim kemarau antara bulan April-September dan musim hujan antara bulan Oktober-Maret. Adapun kondisi iklim Kota Depok pada tahun 2008 11 secara umum dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Kondisi Iklim di Kota Depok Tahun 2008 Iklim Suhu udara 24 o -35 o Celsius Kelembaban rata-rata 75 Penguapan rata-rata 3,90 mmtahun Kecepatan angin rata-rata 14,50 knot Penyinaran matahari rata-rata 49,80 Jumlah curah hujan 2.684 mmtahun Jumlah hari hujan 222 haritahun 10 http:www.depok.go.idprofil-kota [20 Oktober 2008] 11 http:www.depok.go.idiklim-kota [20 Oktober 2008] 68 Berdasarkan Tabel 12, kondisi iklim di Kota Depok masih mendukung untuk mengembangkan usaha peternakan sapi perah. Selain itu, keberadaan beberapa kecamatan di Kota Depok maupun wilayah sekitar terutama daerah Kabupaten Bogor masih dapat menyediakan sumber pakan ternak berupa hijauan.

5.2. Sejarah Perusahaan

Usaha peternakan sapi perah ini dirintis secara tradisional pada tahun 1980 oleh H. Mochamad Nuch. Berawal dari dua ekor sapi perah jenis Friesian- Holstein FH. Pada tahun 1999, ketekunan beliau menjadikan usaha berkembang yaitu kepemilikan sapi mencapai 50 ekor dan membawahi lima orang karyawan, sekaligus mendirikan perusahaan yang bernama Mulya Khansa Niaga dalam bentuk perseroan komanditer CV di lahan milik pribadi dan bersertifikasi seluas 6.500 m 2 . Lokasi perusahaan berada di dekat pemukiman penduduk dan kampus Universitas Indonesia. Pada tahun 2008, perusahaan dikelola oleh putranya yang bernama Budi Mulya, SH dengan membawahi 11 orang karyawan. Adapun kapasitas kandang saat ini mampu menampung sapi sebanyak 120 ekor.

5.3. Struktur Organisasi dan Visi-Misi Perusahaan

CV Mulya Khansa Niaga dipimpin oleh seorang komisaris yang memiliki hak untuk mengambil kebijaksanaan tertinggi. Komisaris membawahi seorang direksi, manajer, staff administrasi dan keuangan serta beberapa kepala divisi usaha yaitu divisi keamanan, divisi pupuk, divisi kesehatan hewan, divisi pemasaran, dan divisi kepala kandang sekaligus perawatan hewan. Pembayaran gaji dilakukan setiap satu bulan sekali sedangkan pemberian cuti kerja yaitu selama sehari dalam seminggu. Tunjangan Hari Raya THR sebesar 50 persen dari gaji pokok dengan penggantian pengobatan 100 persen ditanggung oleh perusahaan. Selain itu, perusahaan juga menyediakan fasilitas tempat tinggal atau mess untuk para karyawan karena sebagian besar karyawan merupakan para pendatang yang berasal dari luar daerah. Proses perekrutan karyawan biasanya diperoleh melalui informasi dari karyawan lama yang memiliki rekan yang siap bekerja di peternakan sapi, perusahaan tidak menerapkan sistem perjanjian atau kontrak khusus terkait masa kerja karyawan. Adapun bagan struktur organisasi CV Mulya Khansa Niaga dapat dilihat pada Lampiran 3.