Pembibitan Sapi Perah Subsistem Agribisnis Hulu Sapi Perah

12 Tabel 7. Bobot Badan Sapi Perah Berdasarkan Bangsa Sapi Bangsa Bobot Badan Sapi Dewasa Warna Betina kg Jantan kg Friesian Holland 600 800 Belang hitam putih, ekor putih Brown Swiss 545 726 Perak sampai sawo matang, ekor hitam Ayrshire 550 725 Belang merah putih atau coklat putih Guerensery 475 700 Kuning tua dengan belang putih Yersey 450 680 Coklat kijang, ekor hitam Sumber : Dinas Peternakan Kota Depok 2007b Berdasarkan Tabel 7, bobot badan sapi perah bangsa FH Friesian Holland mempunyai bobot paling tinggi dibanding sapi bangsa Brown Swiss, Ayrshire, Guerensery, maupun Yersey. Hal ini memberikan keuntungan lebih ketika sapi telah di afkir. Pada tahun 1957, telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal peranakan ongole dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia. Perkembangan populasi sapi perah di Indonesia setiap tahun meningkat seiring permintaan susu yang terus meningkat juga, data populasi sapi perah di Indonesia dari tahun 2000-2008 dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Populasi Sapi Perah di Indonesia Periode Tahun 2000-2008 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan 2008 Populasi Sapi Perah di Indonesia Tahun 2000-2008 250.000 275.000 300.000 325.000 350.000 375.000 400.000 425.000 Tahun Popula s i Tahun 2.000 2.001 2.002 2.003 2.004 2.005 2.006 2.007 2.008 Populasi 354.253 346.998 358.386 369.008 364.000 361.000 369.000 374.000 408.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 13 Berdasarkan Gambar 2, populasi sapi perah di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan atau trend yang meningkat walaupun terkadang terjadi penurunan populasi namun tidak bersifat signifikan. Menurut Siregar 1990, jenis sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumya adalah Friesian-Holstein FH dari Belanda dengan kemampuan produksi susu tertinggi. Sapi perah jenis ini mempunyai ciri-ciri yaitu berwarna hitam dengan belang putih, kepala berbentuk panjang, lebar, dan lurus. Tanduknya relatif pendek dan melengkung ke arah depan. Bersifat jinak dan tenang dengan kemampuan produktivitas susu rata-rata sekitar 12–15 liter per hari dengan kadar lemak susu rata-rata sebesar 3,6 persen. Standar bobot badan betina dewasa berkisar antara 570-730 kg, sedangkan jantan dewasa minimal 800 kg bahkan dapat mencapai satu ton. Peluang untuk meningkatkan produksi susu sapi nasional dapat dikategorikan dalam tiga kegiatan utama yakni 1 Penambahan populasi sapi perah betina, 2 Perbaikan pemberian pakan, dan 3 Perbaikan intensifikasi pelaksanaan Inseminasi Buatan Siregar 1990. Peningkatan populasi sapi perah berkorelasi positif pada peningkatan produksi susu yang dihasilkan, hal ini dapat dilihat pada Gambar 3 mengenai produksi susu sapi perah di Indonsia periode tahun 2000-2008. Produksi Susu Skala Nasional Tahun 2000-2008 250.000 350.000 450.000 550.000 650.000 750.000 Tahun Pr o d u k s i Tahun 2.000 2.001 2.002 2.003 2.004 2.005 2.006 2.007 2.008 Produks i 493.650 479.950 495.400 553.400 549.900 535.960 616.550 636.860 574.400 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Gambar 3. Produksi Susu Skala Nasional di Indonesia Periode Tahun 2000-2008 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan 2008 14 Menurut Sudono 2003, bibit sapi perah yang akan dipelihara menentukan keberhasilan dalam berproduksi. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bibit sapi perah yaitu keturunan, bentuk ambing, penampilan dan umur bibit. Adapun syarat-syarat bibit sapi perah yang baik adalah 1 Produksi susu tinggi, 2 Umur berkisar antara 3,5–4,5 tahun dan sudah pernah beranak, 3 Berasal dari induk betina dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi, 4 Bentuk tubuhnya simetris, 5 Matanya bercahaya, 6 Punggung lurus, 7 Jarak kaki depan dan belakang cukup lebar dan kuat, 8 Ambing cukup besar, kulit halus, vena susu banyak dan panjang, serta puting susu tidak lebih dari empat, 9 Tubuh sehat , dan 10 Tiap tahun beranak Siregar 1990.

2.1.1.2. Pakan Ternak

Biaya pakan ternak merupakan biaya terbesar dalam usaha peternakan, sehingga ada dua faktor penentu yang harus diketahui secara tepat, yaitu 1 Pengetahuan mengenai kandungan zat makanan yang tersedia, dan 2 Besarnya kebutuhan ternak akan zat makanan. Pemenuhan kedua syarat ini dapat menjamin pemberian pakan secara tepat dan efisien Amrullah 2004. Pakan atau ransum ternak merupakan campuran satu atau beberapa jenis bahan makanan yang diberikan untuk seekor ternak selama satu hari. Zat-zat makanan yang terkandung bermanfaat dalam metabolisme tubuh, produksi susu atau penggemukan, maupun reproduksi. Formulasi pakan sapi perah terdiri dari sejumlah hijauan dan konsentrat sebagai tambahan. Pemberian hijauan dalam formulasi pakan merupakan porsi yang terbesar, adapun jenis hijauan umumnya berupa rumput-rumputan. Sudono 1999 mengemukakan bahwa hijauan dapat dibedakan berdasarkan kualitasnya. Adapun hijauan yang berkualitas dapat dibedakan berdasarkan karakteristiknya, yaitu : 1 Kelompok Hijauan Berkualitas Rendah Kelompok hijauan berkualitas rendah mempunyai kandungan protein kasar hijauan di bawah empat persen dari bahan kering, energi dibawah 40 persen dari bahan kering, sedikit atau tidak ada vitamin. Hijauan yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya jerami padi, jerami jagung dan pucuk daun tebu. 15 2 Kelompok Hijauan Berkualitas Sedang Kelompok hijauan berkualitas sedang mempunyai kandungan protein kasar berkisar antara 5–10 persen dari bahan kering, energi berkisar antara 41–50 persen dari bahan kering, kalsium 0,3 persen. Hijauan yang termasuk dalam golongan ini diantaranya rumput alam, rumput lapangan, rumput gajah, rumput benggala dan rumput kultur lainnya. 3 Kelompok Hijauan Berkualitas Tinggi Kelompok hijauan yang berkualitas tinggi mempunyai kandungan protein kasar di atas 10 persen dari bahan kering, energi di atas 50 persen, kalsium di atas satu persen, dan kandungan vitamin A yang tinggi. Hijauan yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya golongan kacang-kacangan atau legume daun kacang tanah, lamtoro, kaliandra, alfalfa, gliricidae dan daun kacang-kacangan. Keterbatasan hijauan yang berkualitas dan melimpahnya limbah pertanian menyebabkan adanya upaya untuk meningkatkan efisiensi pakan hijauan. Komponen pakan selain hijauan adalah konsentrat yang merupakan pakan tambahan yang mengandung kadar energi dan protein yang tinggi, serta berserat kasar yang rendah. Bahan makanan konsentrat ini meliputi 1 Biji-bijian seperti jagung, menir, dan bulgur, 2 Hasil turunan komoditas pertanian dari pabrik seperti katul, dedak, bungkil kacang tanah, bungkil kelapa, bungkil kedelai, dan tetes mellase, dan 3 Berbagai umbi. Makanan berupa biji-bijian maupun hasil turunan komoditas pertanian dari pabrik ini berfungsi untuk memperkaya nilai gizi pada bahan makanan yang nilainya rendah, misalnya yang berasal dari jerami dan sebagainya. Pakan sapi perah dapat diolah secara kimia, biologis maupun kombinasi. Pengolahan secara kimia yang paling mudah dengan cara penambahan urea atau sekam padi. Pengolahan jerami dengan abu sekam yang ditambahkan energi sehingga mencapai 50 persen, sumber nitrogen dua persen sehingga kadar protein menjadi 12,5 persen. Sedangkan perlakuan fisik dapat dilakukan dengan pemotongan untuk memperkecil ukuran hijauan. Dengan ukuran yang kecil akan lebih memperluas permukaan sehingga enzim-enzim pencernaan akan lebih mudah menetrasi. Adapun perlakuan biologis dapat ditambahkan probiotik seperti scharomycetes yang akan membantu proses fermentasi dalam rumen. Frekuensi