Peralatan Subsistem Agribisnis Hulu Sapi Perah

20 1 Kandang Tipe Tunggal Kandang tipe tunggal memiliki konstruksi kandang dengan bentuk atap tunggal atau terdiri atas satu baris, sehingga sapi yang ditempatkan di kandang ini mengikuti bentuk atap yang hanya satu baris. 2 Kandang Tipe Ganda Kandang tipe ganda memiliki konstruksi bentuk atap ganda atau dua baris yang saling berhadapan, sapi yang ditempatkan di kandang tipe ini terdiri dari dua baris, posisinya dapat saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Sapi yang ditempatkan saling berhadapan, maka antara kedua baris kandang tersebut harus diberi gang sebagai jalan pada saat memberi makan ataupun pada saat melakukan pengawasan. Sapi yang ditempatkan saling bertolak belakang, maka dihadapan sapi harus disediakan gang sebanyak dua baris yang fungsinya sama seperti gang yang berada diantara kedua baris kandang yang sapinya berhadap-hadapan. Menurut Himam 2008, mesin perah terbukti dapat meningkatkan produktivitas dan higienitas susu. Hal ini terbukti dengan meningkatnya hasil pemerahan sebesar 20 persen jika dibandingkan sebelum menggunakan mesin dan menurunnya mikroba dari 3x10 6 menjadi 2,5x10 5 . Pada tahun 1820, pertama kali ditemukan peralatan yang sangat sederhana untuk mengeluarkan susu dari ambing selanjutnya mesin perah yang pertama diciptakan dan dikeluarkan pada tahun 1850 oleh seorang petani dari Amerika yang bemama Anna Baldwin. Alat tersebut berbentuk sebuah pompa yang dihubungkan dengan pipa yang berujung pada sebuah mangkok yang berlubang empat untuk menyedot susu dari keempat puting, di ujung sisi lain digantungkan sebuah ember guna menampung susu hasil pemerahan. Seiring dengan perkembangan teknologi mesin perah pertama ini terus dikembangkan sehingga akhirnya tercipta mesin perah modern seperti yang dijumpai sekarang dengan berbagai sistem pemerahan berikut : 1 Sistem Mesin Perah Modern Metode pemerahan dengan mesin perah modern dewasa ini menggunakan cara mekanisasi, artinya pemerahan memakai mesin sebagai pengganti tangan atau tenaga kerja manusia. Mesin perah dibedakan menjadi tiga yaitu sistem ember bucket system, sistem pipa pipe line system, dan sistem bangsal pemerahan milking parlor system. 21 2 Sistem Ember bucket system Sistem ember adalah salah satu sistem pemerahan yang menggunakan mesin sebagai pengganti tangan yang dapat dipindah-pindah dari tempat satu ke tempat lain. Sistem ini cocok digunakan untuk skala usaha ternak kecil. Susu hasil perahan dari sistem ini ditampung di ember yang terdapat di setiap mesin. Setelah itu, susu hasil perahan setiap ekor sapi ditakar terlebih dahulu kemudian dituang ke tangki pendingin. Pemerahan dengan sistem ini dapat diterapkan di Indonesia pada peternak sapi perah yang jumlah sapi induk kurang dari 10 ekor atau pada peternak sapi perah rakyat yang kandangnya berkelompok. Pemerahan dengan sistem ember ini perlu dirintis di Indonesia dengan harapan dapat menekan kandungan pencemaran bakteri dalam susu. Mesin perah pada sistem ember ini bagian-bagianya terdiri dari sebuah motor pembangkit vakum, pipa vakum, selang karet vakum, pulsator, ember penampung susu, pengatur pulsasi, tabung perah teat cup yang terbuat dari logam tahan karat dan karet inflasi di dalam tabung perah. Mekanisme kerja mesin perah pada sistem ember ini bekerja atas dasar perbedaan tekanan udara yang dibangkitkan oleh motor pembangkit vakum atau pompa vakum. Perbedaan tekanan udara ini menyebabkan karet inflasi di dalam tabung perah kembang kempis memijat puting. Pada waktu udara masuk ke dalam tabung perah, yaitu diantara tabung perah dan karet inflasi, karet inflasi mengempis, peristiwa ini disebut fase istirahat. Selanjutnya udara di dalam tabung menjadi hampa udara. Oleh karena itu, di dalam tabung dan karet inflasi, pompa tidak ada tekanan sedangkan di dalam ambing bertekanan, maka susu terdorong keluar atau tersedot, peristiwa ini disebut fase perah. Demikian seterusnya, fase perah dan fase istirahat datang silih berganti, agar fase perah dan fase istirahat dapat berlangsung secara bergantian, maka mesin perah dilengkapi dengan pulsator yang berfungsi mengatur tekanan udara antara keadaan bertekanan dan hampa udara. Dengan kata lain, mekanisme kerja pompa vakum ini yaitu mengatur fase istirahat dan fase perah, apabila klep atau tombol vakum ditutup maka udara dari luar masuk dan berhentilah kegiatan pemerahan dan karet inflasi kembali berbentuk semula. 22 Proses mekanik sistem pemerahan ini adalah perah-istirahat-perah- istirahat-perah dan seterusnya hingga ambing kosong. Lamanya waktu fase perah dan fase istirahat tergantung dari apa yang disebut rasio pulsasi. Rasio pulsasi adalah perbandingan antara fase perah dan fase istirahat. Untuk mesin perah sistem ember, rasio pulsasi 60 : 40 per satuan waktu artinya dalam satuan waktu- waktu fase pemerahan berlangsung 60 kali dan fase istirahat 40 kali per satuan waktu. Besar kecilnya daya hisap diatur oleh tombol pengatur tekanan yang terletak di bawah keempat tabung perah yang distel sesuai dengan anjuran pabrik pembuat mesin, meningkatkan daya hisap melebihi anjuran tidak akan mempercepat pemerahan, bahkan dapat menyebabkan luka-luka yang sering pada puting dan ambing. Tekanan pada mesin perah distel pada saat instalasi mesin perah dipasang. Tekanan yang terlalu lemah membuat tabung perah tidak dapat menempel pada puting. Sebaiknya sebelum menggunakan mesin ini dianjurkan untuk meminta bantuan teknisi untuk menyetel tekanan vakum dan pemeriksaan secara berkala. 3 Sistem Pipa pipe line system Pada sistem ini, pemerahan langsung berada di dalam kandang dimana sapi yang yang akan diperah tetap terikat ditempatnya. Mesin perah dipindah dari sapi satu ke sapi berikutnya, sedangkan susu hasil pemerahan langsung dialirkan ke dalam tangki pendingin melalui pipa tanpa berhubungan dengan udara luar. 4 Sistem Bangsal Pemerahan milking parlor system Pemerahan berlangsung di suatu bangsal atau ruang khusus yang disiapkan untuk pemerahan. Di bangsal ini ditempatkan beberapa mesin perah. Setiap satu mesin melayani seekor sapi. Susu hasil pemerahan langsung ditampung di tangki pendingin cooling unit sesudah melalui tabung pengukur produksi yang terdapat pada setiap mesin. Sapi yang akan diperah digiring ke bangsal pemerah melalui suatu ternpat holding area yang luasnya terbatas dan sapi berdesakan. Sistem bangsal perah milking parlor system mempunyai bentuk yang bermacam- macam. 23

2.1.2. Subsistem Agribisnis Budidaya Sapi Perah

Subsistem agribisnis budidaya atau on-farm adalah kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi ternak untuk menghasilkan produk primer seperti daging, susu, dan telur konsumsi Rahardi 2008.

2.1.2.1. Pra Produksi

Kegiatan pra produksi sapi perah meliputi pengembangbiakan, perkawinan dan pemeliharaan. Kanisius 1995 menyatakan bahwa efisiensi pengembangbiakan sapi perah hanya dapat dicapai apabila peternak memiliki perhatian terhadap tatalaksana pemeliharaan secara baik. Salah satu tatalaksana yang perlu mendapatkan perhatian ialah pengaturan perkawinan sesudah sapi melahirkan. Menurut Siregar 1990, pengaturan perkawinan yang tepat akan mempengaruhi jarak kelahiran yang tepat pula, dalam usaha pengembangbiakan sapi perah sebaiknya peternak perlu mengetahui beberapa hal, antara lain: 1 Dewasa Kelamin dan Perkawinan Pertama Dewasa kelamin adalah periode pertama dalam kehidupan sapi dimana alat reproduksi mulai berfungsi. Pada umumnya semua hewan akan mencapai kedewasaan kelamin sebelum dewasa tubuh. Pada saat sapi betina pertama kali menunjukan tanda-tanda birahi, berarti pada saat itu pula sapi telah dewasa kelamin. Pada waktu anak sapi betina dilahirkan dan alat reproduksinya telah lengkap, maka pada ovariumnya telah terdapat ratusan ribu sel telur ovum tetapi sel-sel telur tersebut tetap tinggal sampai sapi betina menjelang dewasa kelamin. Sebelum masa dewasa kelamin tercapai, perkembangan sel telur itu tidak diteruskan menjadi telur yang masak untuk diovulasikan. Pada ternak sapi perah, perkembangan follicle yang berisikan sel telur menjadi masak dan siap diovulasikan yang pertama kalinya pada umur 10–12 bulan. Pada saat ini sapi dara telah mencapai umur dewasa kelamin atau masa puber. Secara alami sapi dara pada umur itu telah dapat menghasilkan keturunan apabila dikawinkan pada waktu yang tepat, tetapi pada umumnya masa puber terjadi sebelum pertumbuhan jasmaniah mencapai kesempurnaan. Sapi dara baru boleh dikawinkan setelah mencapai umur 18 bulan, sehingga pada umur 2,5 tahun sapi akan beranak untuk pertama kalinya sedangakan pejantan boleh dipakai sebagai pemacek yang pertama kali setelah mencapai umur 18 bulan. 24 Umumnya dewasa kelamin pada sapi perah bervariasi karena dipengaruhi oleh faktor ras, keadaan lingkungan, dan pemberian makanan. Pakan yang baik dan dalam jumlah yang cukup akan mempercepat tercapainya kedewasaan kelamin serta kedewasaan tubuh. 2 Pengamatan Masa Birahi, Siklus Birahi, dan Kelainan Siklus Birahi. a Pengamatan Masa Birahi Untuk mengamati masa birahi peternak harus memiliki pengetahuan dan pengalaman. Sapi dara yang telah mencapai umur dewasa kelamin, pada saat-saat tertentu akan mengalami birahi. Pada waktu sapi birahi perangainya akan sangat mencolok, ditandai dengan sapi tampak gelisah, sering mengeluarkan suara khas dan melengkuh-lengkuh, dan mengibas-ngibaskan ekor. Jika ekor itu dipegang maka ekor tersebut akan diangkat ke atas. Ciri lain yaitu nafsu makan berkurang. Produksi susu sapi menurun dan sering menaiki temannya atau membiarkan dinaiki kawannya, dan dari alat kelaminnya keluar cairan putih, bening dan pekat. Masa birahi sapi perah berlangsung selama 17–18 jam, masa birahi pada sapi dara pada umumnya lebih singkat daripada sapi dewasa. Tanda- tanda sapi birahi tersebut dapat menolong peternak untuk melakukan waktu perkawinan yang tepat. Saat siklus birahi tiba, peternak harus dapat melakukan pengamatan dengan seksama dalam sehari minimal sebanyak dua kali. b Siklus Birahi Bagi sapi yang sehat atau normal, masa birahi akan terulang kembali secara teratur dengan jarak waktu atau interval selama 21 hari sekali dan sapi dara 20 hari atau bervariasi 17–26 hari, terulangnya masa birahi ini disebut siklus birahi. Pada saat terjadinya masa birahi, proses kematangan follicle dan ovulasi akan terulang kembali secara teratur. Siklus birahi dapat dibagi menjadi dua fase yaitu fase pembentukan follicle selama lima hari dan fase pembentukan Corpus luteum selama 16 hari. Sekitar 30 jam sebelum berakhirnya pembentukan follicle, biasanya akan timbul tanda-tanda birahi. Sedangkan ovulasi atau terjadinya sel telur dari follicle terjadi 10–12 hari setelah berakhirnya gejala birahi.