BAB
Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru
139
B. Perkembangan Interaksi Sosial Budaya Penduduk Kawasan Solobaru
Menurut Daldjoeni 1987, manusia sebagai penghuni daerah pinggiran kota selalu mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya. Adaptasi dan aktivitas
ini mencerminkan dan juga mengakibatkan adanya perubahan sosial, ekonomi, kultural, dan lain-lain. Hal ini tampak nyata pada kehidupan sosial masyarakat di
Kawasan Solobaru. Dari tahun ke tahun, masyarakat pendatang semakin memenuhi perumahan yang ada di Kawasan Solobaru. Para pendatang yang
kebanyakan berasal dari kota baik itu Kota Surakarta maupun Yogyakarta secara umum merupakan golongan masyarakat menengah ke atas. Budaya kota yang
melekat pada masyarakat pendatang tersebut tetap muncul pada kehidupan sehari- hari di Kawasan Solobaru seperti kebiasaan hidup mereka yang individualis.
Sebaliknya penghuni asli Kawasan Solobaru masih juga meneruskan budaya kedesaan mereka seperti kebiasaan hidup mereka yang masih sangat terasa
interaksi sosialnya dengan tetangganya. Perbedaan sosial budaya tersebut menimbulkan adaptasi masyarakat asli Kawasan Solobaru dan masyarakat
pendatang terhadap lingkungannya. Sehingga adaptasi yang terjadi dari tahun ke tahun ini merubah kondisi sosial budaya masyarakat di Kawasan Solobaru
terutama kondisi sosial masyarakat asli Kawasan Solobaru. Setelah terjadinya proses invasi dan suksesi dari tahun ke tahun, kehidupan sosial masyarakat asli
Kawasan Solobaru berubah menjadi modern tradisional. Masyarakat asli telah mengikuti gaya hidup modern para pendatang tetapi belum sepenuhnya
meninggalkan tradisi-tradisi sosial setempat. Hal ini berarti kontak sosial budaya yang terjadi dari tahun ke tahun di Kawasan Solobaru dimenangkan oleh
masyarakat pendatang yang sekarang gaya hidup modern telah mendominasi kehidupan sosial masyarakat asli Kawasan Solobaru.
Interaksi sosial intern dalam Kawasan Solobaru kurang terasa kuat terutama di daerah perumahan swasta. Namun, interaksi sosial penduduk Kawasan
Solobaru terhadap daerah luar Solobaru justru terasa kuat pada penduduk di perumahan swasta. Interaksi sosial penduduknya lebih banyak terjadi ke Kota
Surakarta dibanding ke kota Sukoharjo yang satu wilayah kabupaten dengan Kawasan Solobaru. Hal ini dikarenakan jarak Kota Surakarta yang dekat dengan
BAB
Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru
140 fasilitas perkotaannya yang lengkap, sehingga banyak penduduk Kawasan
Solobaru yang lebih banyak menggunakan fasilitas yang ada di Kota Surakarta seperti fasilitas pendidikan, perdagangan, maupun kesehatan. Berdasarkan hasil
kuesioner, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan penduduk Kawasan Solobaru menggunakan sarana yang ada di Kota Surakarta. Hal ini dapat digambarkan
dalam diagram berikut ini :
Gambar 5.20 Prosentase Penduduk Kawasan Solobaru yang Menggunakan Sarana Perdagangan di Kota Surakarta
Dari diagram tersebut disimpulkan bahwa 77 penduduk Kawasan Solobaru menjawab menggunakan sarana perdagangan di Kota Surakarta sedangkan 23
tidak menggunakan.
Gambar 5.21 Prosentase Penduduk Kawasan Solobaru yang Menggunakan Sarana Kesehatan di Kota Surakarta
Dari diagram tersebut disimpulkan bahwa 57 penduduk Kawasan Solobaru menjawab menggunakan sarana kesehatan di Kota Surakarta sedangkan 43 tidak
menggunakan.
77 23
Prosentase Penduduk Kawasan Solobaru yang Menggunakan Sarana Perdagangan di Kota Surakarta
Ya Tidak
57 43
Prosentase Penduduk Kawasan Solobaru yang Menggunakan Sarana Kesehatan di Kota Surakarta
Ya Tidak
BAB
Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru
141
Gambar 5.22 Prosentase Penduduk Kawasan Solobaru yang Menggunakan Sarana Kesehatan di Kota Surakarta
Dari diagram tersebut disimpulkan bahwa 83 penduduk Kawasan Solobaru menjawab menggunakan sarana pendidikan di Kota Surakarta sedangkan 17
tidak menggunakan.
5.3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di
Kawasan Solobaru 5.3.1
Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Aspek Fisik Permukiman di Kawasan Solobaru
Menurut Yunus dalam Megapolitan, 2006, perkembangan spasial dan penduduk suatu kota akan membawa pengaruh terhadap kondisi sosial budaya,
ekonomi, dan lingkungan dimana kota tersebut berkembangan. Berdasarkan studi tim P2KT Proyek Pengembangan Kota Terpadu pada tahun 2000 Kota Surakarta
mengalami pemekaran kota seluas ±12000 ha yang terjadi pada hinterlandnya yakni seluas ±7000 ha pada kabupaten Sukoharjo Baki, Grogol, dan Kartasura
dan seluas ±5000 ha pada kabupaten Karanganyar Ngringo dan Colomadu. Hal ini menunjukkan bahwa pemekaran Kota Surakarta lebih banyak berkembang
mengarah ke bagian selatan yakni kabupaten Sukoharjo. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perkembangan spasial dan penduduk Kota Surakarta
berpengaruh terhadap kondisi sosial, ekonomi, kultural dan lingkungan kecamatan Baki dan Grogol yang merupakan satu Kawasan Solobaru.
Berdasarkan tabel 5.1 kepadatan permukiman di Kota Surakarta dan tabel 5.8 kepadatan permukiman di Kawasan Solobaru, maka dapat dilihat bahwa dari
83 17
Prosentase Penduduk Kawasan Solobaru yang Menggunakan Sarana Pendidikan di Kota Surakarta
Ya Tidak