Kerangka Penelitian METODOLOGI PENELITIAN

BAB Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru 72 Setelah didapatkan koefisien pengaruh dari hasil analisis jalur, maka perlu dilakukan pengujian hasil tersebut. Adapun uji statistik yang digunakan adalah uji F, uji R 2 , dan uji t uji hipotesis.  Uji Fisher Uji Statistik F Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel permukiman di Kawasan Solobaru variabel terikat. Uji F akan menjelaskan apakah semua variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependent. Uji F pada dasarnya diturunkan dari tabel ANOVA analysis of variance .  Uji Koefisien Determinasi Uji Statistik R 2 Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 sampai 1 0-100 . Kd = rs 2 . 100 Keterangan : Kd = 0, berarti pengaruh variabel X terhadap variabel Y lemah. Kd = 1, berarti pengaruh variabel X terhadap Y kuat. Pada analisis menggunakan SPSS, uji R 2 diturunkan dari tabel model summary.  Uji Signifikansi Parameter Individual Uji Statistik T Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Yang perlu diperhatikan dalam interpretasi uji t adalah berapa harga t yang diperoleh, kemudian lihat berapa derajad kebebasannya db = n-k-1, dimana k adalah jumlah variabel X, langkah selanjutnya adalah melihat berapa harga p-nya jika harga p-nya signifikan taraf signifikansi yang biasa digunakan adalah p=1 dan p=5 maka kesimpulannya terdapat perbedaan antara kelompok yang diteliti.

3.7 Kerangka Penelitian

BAB Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru 73 Tahapan penelitian disajikan dalam kerangka penelitian sebagai berikut : BAB Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru 74 1. Mengetahui variabel perkembangan Kota Surakarta yang mana saja yang dominan berpengaruh terhadap perkembangan permukiman di Kawasan Solobaru. 2. Mengetahui bagaimana pengaruh perkembangan Kota Surakarta terhadap fisik, ekonomi, dan sosial permukiman di Kawasan Solobaru. 3. Mengetahui perkembangan luas permukiman di Kota Surakarta dan Kawasan Solobaru tahun 1975-2005. 4. Mengetahui perkembangan jumlah rumah di Kota Surakarta dan Kawasan Solobaru tahun 1975-2005. 5. Mengetahui perkembangan jumlah sarana perkotaan pendidikan, kesehatan, perdagangan di Kota Surakarta dan Kawasan Solobaru tahun 1975-2005. 6. Mengetahui perkembangan prasarana jalan di Kota Surakarta dan Kawasan Solobaru tahun 1975-2005. 7. Mengetahui perkembangan tingkat ekonomi PDRB Kota Surakarta dan Kawasan Solobaru tahun 1975-2005. 8. Mengetahui perkembangan jumlah penduduk Kota Surakarta dan Kawasan Solobaru tahun 1975-2005. 9. Mengetahui perkembangan interaksi sosial budaya masyarakat di Kawasan Solobaru. 10. Mengetahui besaran pengaruh variabel perkembangan Kota Surakarta secara bersama-sama terhadap perkembangan permukiman di Kawasan Solobaru. 11. Mengetahui besaran pengaruh setiap variabel perkembangan Kota Surakarta terhadap perkembangan permukiman di Kawasan Solobaru. Kerangka Penelitian Tema : Spatial Planning Judul : Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta Terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru Kebutuhan Data Data Sekunder studi literature Data Primer observasi  Literatur tentang perkembangan Kota Surakarta dan Solobaru tahun 1975-2005.  Kebijakan penggunaan lahan di Kota Surakarta dan Solobaru RTRW Solo, RTRW Kabupaten Sukoharjo, dan RUTR Kawasan Solobaru.  Data dan peta penggunaan lahan di Kota Surakarta dan Solobaru tahun 1975-2005.  Data jumlah rumah di Kota Surakarta dan Solobaru.  Data kependudukan, ekonomi, sosial  Kuesioner Menyebarkan kuesioner ke penduduk Kota Solobaru  Wawancara Wawancara dengan pihak terkait mengenai perilaku dan aktivitas sosial, budaya, ekonomi masyarakat Solobaru Output : Pengaruh Perkembangan Kota Solo Terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru Kompilasi data dan analisis Rumusan Masalah : Bagaimana pengaruh perkembangan Kota Surakarta terhadap permukiman yang ada di Kawasan Solobaru. . Latar Belakang : 1. Pada tahun 1970an terjadi urbanisasi dan industrialisasi di Kota Surakarta. Hal ini mengakibatkan terjadinya pemekaran kota pada tahun 1980. 2. Berdasarkan studi tim P2KT Proyek Pengembangan Kota Terpadu pada tahun 2000 Kota Surakarta mengalami pemekaran kota seluas ±12000 ha yang terjadi pada hinterlandnya yakni seluas ±7000 ha pada Kabupaten Sukoharjo Baki, Grogol, dan Kartasura dan seluas ±5000 ha pada Kabupaten Karanganyar Ngringo dan Colomadu. Hal ini menunjukkan bahwa pemekaran Kota Surakarta lebih banyak berkembang mengarah ke bagian selatan yakni Kabupaten Sukoharjo. 3. Solobaru merupakan hinterland Kota Surakarta yang mempunyai topografi sama dengan Kota Surakarta. Oleh karena itu, Solobaru menjadi limpahan pertambahan kebutuhan lahan permukiman Kota Surakarta. 4. Pada tahun 1987 mulai tumbuh perumahan di daerah Solobaru Teori : 1. Teori perkembangan kota 2. Teori pertambahan penduduk 3. Teori pemekrana kota 4. Teori kebutuhan manusia terhadap hunian 5. Teori perumahan dan permukiman 6. Teori bermukim 7. Teori interaksi desa-kota Gambar 3.3 Kerangka Penelitian BAB Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru 49

BAB 4 TINJAUAN OBYEK

KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN SOLOBARU

3.8 Sejarah

3.1.3 Sejarah Kota Surakarta

A. Masa awal dan pra-Republik

Latar belakang pendirian Kota Surakarta adalah karena terjadinya pemberontakan Sunan Kuning Gègèr Pacinan pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwono PB II tahun 1742. Pemberontakan dapat ditumpas dengan bantuan VOC dan Kartasura direbut kembali, namun dengan pengorbanan hilangnya wilayah-wilayah Mataram sebagai imbalan bantuan VOC. Bangunan keraton sudah hancur dan dianggap tercemar. Sunan Pakubuwana II lalu memerintahkan Tumenggung Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta komandan pasukan Belanda J.A.B. van Hohendorff untuk mencari lokasi ibu kota Mataram yang baru. Untuk itu dibangunlah keraton baru 20 km ke arah tenggara dari Kartasura, pada 1745, tepatnya di Desa Sala di tepi Bengawan Solo. Kelak namanya berubah menjadi Surakarta. Catatan-catatan lama menyebut bentuk antara Salakarta. Pembangunan keraton baru ini menurut catatan menggunakan bahan kayu jati dari kawasan Alas Kethu, hutan di dekat Wonogiri Kota dan kayunya dihanyutkan melalui Bengawan Solo. Secara resmi, keraton mulai ditempati tanggal 17 Februari 1745 atau Rabu Pahing 14 Sura 1670 Penanggalan Jawa , Wuku Landep, Windu Sancaya. Gambar 4.1 Surat Perjanjian Giyanti tahun 1755