BAB
Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru
35
Pertambahan Penduduk Alamiah
Kota Surakarta Pertambahan
Penduduk Migrasi Kota Surakarta
Perubahan Sosial Budaya Penduduk
Kota Surakarta Perubahan Sosial
Ekonomi Penduduk Kota
Surakarta Pertambahan Penduduk
Kota Surakarta Perkembangan Masyarakat Sosekbud Kota
Surakarta Perubahan Sosial, Ekonomi, Fisik
Kota Surakarta Trend Perkembangan
Kota Surakarta Dampak Terhadap Berbagai Aspek Kota
Peningkatan Kebutuhan Kota Kebutuhan Ruang
Kota Intensifikasi
Ekstensifikasi Perkembangan
Kawasan Solobaru
Pertambahan Penduduk Alamiah
Kawasan Solobaru Pertambahan
Penduduk Migrasi Kawasan Solobaru
Perubahan Sosial Budaya Penduduk
Kawasan Solobaru
Perubahan Sosial Ekonomi
Penduduk Kawasan Solobaru
Pertambahan Penduduk Kawasan Solobaru
Perkembangan Masyarakat Sosekbud Kawasan Solobaru
Perubahan Sosial, Ekonomi, Fisik Kawasan Solobaru
Trend Perkembangan Kawasan Solobaru
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian
1.6 Sistematika Penulisan
TAHAP 1 PENDAHULUAN
Berisi  latar  belakang  masalah,  rumusan  masalah,  tujuan  dan sasaran penelitian, batasan penelitian, kerangka pikir penelitian dan
sistematika penulisan.
Pe n
g a
ru h
Pe rk
emb a
n g
a n
Ko ta
S u
ra k
a rt
a t
er h
a d
a p
Pe rmuk
im a
n d
i K
a w
a sa
n S
o lo
b a
ru Perkembangan Kota Surakarta
BAB
Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru
36 TAHAP 2
LANDASAN PUSTAKA Berisi
tentang pengertian
perumahan dan
permukiman, pertambahan  penduduk  urbanisasi,  teori  perkembangan  kota,
teori  pemekaran  kota,  teori  kebutuhan  manusia  terhadap  hunian, teori  perumahan  dan  permukiman,  teori  bermukim,  teori  interaksi
desa-kota. TAHAP 3
METODOLOGI PENELITIAN Berisi mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Baik
itu  metode  dalam  pengumpulan  data  maupun  metode  dalam analisis.
TAHAP 4 TINJAUAN  OBYEK  KOTA  SURAKARTA  DAN  KAWASAN
SOLOBARU Berisi  sejarah  perkembangan  Kota  Surakarta  dan  Kawasan
Solobaru  tahun  1975-2005,  data  luas  permukiman  di  Kota Surakarta  dan  Kawasan  Solobaru,  data  jumlah  sarana  perkotaan
pendidikan,  kesehatan,  perdagangan  di  Kota  Surakarta  dan Kawasan  Solobaru,  data  kependudukan,  ekonomi,  dan  sosial
masyarakat Kota Surakarta dan Kawasan Solobaru. TAHAP 5
KAJIAN PENGARUH
PERKEMBANGAN KOTA
SURAKARTA  TERHADAP  PERMUKIMAN  DI  KAWASAN SOLOBARU
Berisi  diskripsi  kecenderungan  perkembangan fisik,  ekonomi, dan sosial  Kota  Surakarta  dan  Kawasan  Solobaru  tahun  1975-2005,
pengaruh  perkembangan  Kota  Surakarta  terhadap  fisik,  ekonomi, dan  sosial  permukiman  di  Kawasan  Solobaru,  serta  analisis  jalur
path analisys untuk mengetahui besaran pengaruh perkembangan Kota Surakarta terhadap permukiman di Kawasan Solobaru.
TAHAP 6 PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran. BAB 2
LANDASAN PUSTAKA
BAB
Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru
37
2.1 Pengertian Pengaruh
a. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia 2002, 849, pengaruh adalah daya yang
ada  atau  timbul  dari  sesuatu  orang,  benda  yang  ikut  membentuk  watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.
b. Menurut Badudu dan Zain 2004, 1031, pengaruh adalah :
  Daya yang menyebabkan sesuatu yang terjadi.   Sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain.
  Tunduk atau mengikuti karena kuasa atau kekuatan orang lain.
2.2 Perkembangan Kota
2.3.1 Pengertian Perkembangan Kota
Menurut  Hendarto,  1997  dalam  Ilyas  Ali,  2006,  perkembangan  kota  dapat diartikan  sebagai  suatu  perubahan  menyeluruh,  yaitu  yang  menyangkut  segala
perubahan  di  dalam  masyarakat  kota  secara  menyeluruh,  baik  perubahan  sosial ekonomi, sosial budaya, maupun perubahan fisik.
Pada umumnya terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kota, yaitu :
  Faktor  penduduk,  yaitu  adanya  pertambahan  penduduk,  baik  disebabkan  karena pertambahan alami maupum karena migrasi.
  Faktor  sosial  ekonomi,  yaitu  perkembangan  kegiatan  usaha  masyarakat  dan peningkatan PDRB kota.
  Faktor  sosial  budaya,  yaitu  adanya  perubahan  pola  kehidupan  dan  tata  cara masyarakat akibat pengaruh luar, komunikasi, dan sistem informasi.
Pendapat  berbeda  mengenai  faktor  yang  mempengaruhi  perkembangan  kota dikemukakan oleh Melville C. Branch 1996:37. Menurutnya, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi  perkembangan  kota,  yaitu  keadaan  geografis,  tapak  site,  dan  fungsi kota.
BAB
Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru
38
2.3.2 Struktur Perkembangan Kota
Struktur  perkembangan  kota  dalam  Yunus,  2000  dikemukakan  oleh  beberapa pakar  yang  menghasilkan  beberapa  teori  struktur  perkembangan  kota,  antara  lain
sebagai berikut : a.
Teori Konsentrik Teori  konsentrik  yang  diciptakan  oleh  E.W.  Burgess  ini  didasarkan  pada
pengamatanya  di  Chicago  pada  tahun  1925,  E.W.  Burgess  menyatakan  bahwa perkembangan  suatu kota akan mengikuti  pola  lingkaran  konsentrik,  dimana  suatu
kota  akan  terdiri  dari  zona-zona  yang  konsentris  dan  masing-masing  zona  ini sekaligus mencerminkan tipe penggunaan lahan yang berbeda.
Gambar 2.1 Teori Konsentris E.W. Burgess
Keterangan :
Daerah pusat bisnis atau The Central Bussiness District CBD Zona ini terdiri dari 2 bagian, yaitu: 1 Bagian paling inti disebut RBD Retail
Business District. Merupakan daerah paling dekat dengan pusat kota. Di daerah ini  terdapat  toko,  hotel,  restoran,  gedung,  bioskop  dan  sebagainya.  Bagian  di
luarnya disebut sebagai WBD Wholesale Business District yang ditempati oleh bangunan yang diperuntukkan kegiatan ekonomi dalam jumlah yang lebih besar
antara  lain  seperti  pasar,  pergudangan  dan  gedung  penyimpan  barang  supaya tahan lebih lama.
Daerah Transisi atau The Zone of Transition Adalah  daerah  yang  mengitari  pusat  bisnis  dan  merupakan  daerah  yang
mengalami  penurunan  kualitas  lingkungan  pemukiman  yang  terus  menerus. Daerah ini banyak dihuni oleh lapisan bawah atau mereka yang berpenghasilan
rendah.
BAB
Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru
39
Daerah pemukiman para pekerja atau The Zo e of Workki g e ’s ho es
Zona  ini  banyak  ditempati oleh  perumahan  pekerja-pekerja  pabrik,  industri. Kondisi  pemukimanya  sedikit  lebih  baik  dibandingkan  dengan  daerah  transisi.
Para  pekerja  disini  berpenghasilan  lumayan  sehingga  memungkinkan  untuk hidup sedikit lebih baik.
Daerah tempat tinggal golongan kelas menengah atau The Zone of Middle Class Develiers
Daerah  ini  dihuni  oleh  kelas  menengah  yang  terdiri  dari  orang-orang  yang profesional,  pemilik  usahabisnis  kecil-kecilan,  manajer,  para  pegawai  dan  lain
sebagainya.  Fasilitas  pemukiman  terencana  dengan  baik  sehingga  kenyamanan tempat tinggal dapat dirasakan pada zona ini.
Daerah para penglaju atau The Commuters Zone Merupakan  daerah  terluar  dari  suatu  kota,  di  daerah  ini  bermunculan
permukiman  baru  yang  berkualitas  tinggi.  Daerah  ini  pada  siang  hari  bisa dikatakan kosong, karena orang-orangnya kebanyakan bekerja.
Ciri  khas  utama  teori  ini  adalah  adanya  kecenderungan,  dalam  perkembangan tiap  daerah  dalam  cenderung  memperluas  dan  masuk  daerah  berikutnya  sebelah
luarnya. Prosesnya mengikuti sebuah urutan-urutan yang dikenal sebagai rangkaian invasi  invasion  succesion.  Cepatnya  proses  ini  tergantung  pada  laju  pertumbuhan
ekonomi  kota  dan  perkembangan  penduduk.  Sedangkan  di  pihak  lain,  jika  jumlah penduduk  sebuah  kota  besar  cenderung  menurun,  maka  daerah  disebelah  luar
cenderung  tetap  sama  sedangkan  daerah  transisi  menyusut  kedalam  daerah  pusat bisnis.  Penyusutan  daerah  pusat  bisnis  ini  akan  menciptakan  daerah  kumuh
komersial  dan  perkampungan.  Sedangkan  interprestasi  ekonomi  dari  teori konsentrik  menekankan  bahwa  semakin  dekat  dengan  pusat  kota  semakin  mahal
harga tanah. b.
Teori Sektor
BAB
Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru
40
Teori  ini  dikemukakan  oleh  Humer  Hyot  1939,  menyatakan  bahwa perkembangan  kota  terjadi  mengarah  melalui  jalur-jalur  sektor  tertentu.  Sebagian
besar  daerah  kota  terletak  beberapa  jalur-jalur  sektor  dengan  taraf  sewa  tinggi, sebagian lainnya jalur-jalur dengan tarif sewa rendah yang terletak dari dekat pusat
kearah pinggiran kota. Dalam perkembangannya daerah-daerah dengan taraf sewa tinggi  bergerak  keluar  sepanjang  sektor  atau  dua  sektor  tertentu.  Menurut  Humer
Hyot kecenderungan penduduk untuk bertempat tinggal adalah pada daerah-daerah yang dianggap nyaman dalam arti luas. Nyaman dapat diartikan dengan kemudahan-
kemudahan  terhadap  fasilitas,  kondisi  lingkungan  baik  alami  maupun  non  alami yang  bersih  dari  polusi  baik  fiskal  maupun  nonfiskal,  prestise  yang  tinggi  dan  lain
sebagainya.
Gambar 2.2 Teori Sektor Humer Hyot
Keterangan :
Daerah Pusat Bisnis Zona ini terdiri dari 2 bagian, yaitu: 1 Bagian paling inti disebut RBD Retail
Business District. Merupakan daerah paling dekat dengan pusat kota. Di daerah ini  terdapat  toko,  hotel,  restoran,  gedung,  bioskop  dan  sebagainya.  Bagian  di
luarnya disebut sebagai WBD Wholesale Business District yang ditempati oleh bangunan yang diperuntukkan kegiatan ekonomi dalam jumlah yang lebih besar
antara  lain  seperti  pasar,  pergudangan  dan  gedung  penyimpan  barang  supaya tahan lebih lama.
Daerah Industri ringan dan perdagangan Terdiri dari kegiatan pabrik ringan, terletak diujung  kota dan jauh dari kota
menjari  ke  arah  luar.  Persebaran  zona  ini  dipengaruhi  oleh  peranan  jalur
BAB
Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru
41
transportasi  dan  komunikasi  yang  berfungsi  menghubungkan  zona  ini  dengan pusat bisnis.
Daerah pemukiman kelas rendah Dihuni  oleh  penduduk  yang  mempunyai  kemampuan  ekonomi  lemah.
Sebagian  zona  ini  membentuk  persebaran  yang  memanjang  di  mana  biasanya sangat  dipengaruhi  oleh  adanya  rute  transportasi  dan  komunikasi.  Walaupun
begitu  faktor  penentu  langsung  terhadap  persebaran  pada  zona  ini  bukanlah jalur  transportasi  dan  komunikasi  melainkan  keberadaan  pabrik-pabrik  dan
industri-industri yang memberikan harapan banyaknya lapangan pekerjaan.
Daerah pemukiman kelas menengah Kemapanan ekonomi penghuni yang berasal dari zona 3 memungkinkannya
tidak  perlu  lagi  bertempat  tinggal  dekat  dengan  tempat  kerja.  Golongan  ini dalam taraf kondisi kemampuan ekonomi yang menanjak dan semakin baik.
Daerah pemukiman kelas tinggi Daerah  ini  dihuni  penduduk  dengan  penghasilan  yang  tinggi.  Kelompok  ini
dise ut  se agai  status  seekers ,  yaitu  orang-orang  yang  sangat  kuat  status ekonominya  dan  berusaha  mencari  pengakuan  orang  lain  dalam  hal ketinggian
status sosialnya. c.
Teori Pusat Kegiatan Banyak Dikemukakan  oleh  Harris  dan  Ulman,  menurut  pendapatnya  kota-kota  besar
tumbuh  sebagai  suatu  produk  perkembangan  dan  integrasi  terus-menerus  dari pusat-pusat  kegiatan  yang  terpisah  satu  sama  lain  dalam  suatu  sistem  perkotaan
dan proses pertumbuhannya ditandai oleh gejala spesialisasi dan diferensiasi ruang Yunus, 2000:45.
BAB
Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru
42
Gambar 2.3 Teori pusat kegiatan banyak Harris-Ulman
Keterangan:
Daerah Pusat Bisnis Zona ini terdiri dari 2 bagian, yaitu: 1 Bagian paling inti disebut RBD Retail
Business District. Merupakan daerah paling dekat dengan pusat kota. Di daerah ini  terdapat  toko,  hotel,  restoran,  gedung,  bioskop  dan  sebagainya.  Bagian  di
luarnya disebut sebagai WBD Wholesale Business District yang ditempati oleh bangunan yang diperuntukkan kegiatan ekonomi dalam jumlah yang lebih besar
antara  lain  seperti  pasar,  pergudangan  dan  gedung  penyimpan  barang  supaya tahan lebih lama.
Daerah Industri ringan dan perdagangan Persebaran  pada  zona  ini  banyak  mengelompok  sepanjang  jalur  kereta  api
dan dekat dengan daerah pusat bisnis.
Daerah pemukiman kelas rendah Zona  ini  mencerminkan  daerah  yang  kurang  baik  untuk  pemukiman
sehingga penghuninya umumnya dari golongan rendah.
Daerah pemukiman kelas menengah Zona ini tergolong lebih baik dari zona 3, dikarenakan penduduk yang tinggal
di sini mempunyai penghasilan yang lebih baik dari penduduk pada zona 3.
Daerah pemukiman kelas tinggi Zona  ini  mempunyai  kondisi  paling  baik  untuk  permukiman  dalam  artian
fisik maupun penyediaan fasilitas. Lokasinya relatif jauh dari pusat bisnis, namun untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya di dekatnya dibangun daerah bisnis
baru yang fungsinya sama seperti daerah pusat bisnis.
Daerah industri berat Merupakan  daerah  pabrik-pabrik  besar  yang    banyak  mengalami  berbagai
permasalahan  lingkungan  seperti  pencemaran,  kebisingan,  kesemrawutan    lalu lintas  dan  sebagainya.  Namun  zona  ini  juga  banyak  menjanjikan  berbagai
BAB
Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru
43
lapangan pekerjaan. Penduduk berpenghasilan rendah bertempat tinggal dekat zona ini.
Daerah bisnis Zona  ini  muncul  seiring  munculnya  daerah  pemukiman  kelas  tinggi  yang
lokasinya  jauh  dari  daerah  pusat  bisnis,  sehingga  untuk  memenuhi  kebutuhan penduduk pada daerah ini maka diciptakan zona ini.
Daerah tempat tinggal pinggiran Penduduk  disini  sebagian  besar  bekerja  di  pusat-pusat  kota  dan  daerah  ini
hanya khusus digunakan untuk tempat tinggal.
Daerah industri di daerah pinggiran Unsur  transportasi  menjadi  prasyarat  hidupnya  zona  ini.  Pada
perkembangan selanjutnya
dapat menciptakan
pola-pola persebaran
keruangannya sendiri dengan proses serupa.
2.3 Urbanisasi
Pengertian  urbanisasi  dijelaskan  dengan  mengutip  pendapat  Nas  yakni  adanya sejumlah  pengertian  yang  bisa  ditarik  dari  pengertian  urbanisasi,  yaitu  perubahan
daerah pedesaan ke arah sifat kehidupan kota, pertumbuhan suatu pemukiman menjadi kota,  perpindahan  penduduk  ke  kota  yang  terlihat  pada  berbagai  bentuk  mobilitas
penduduk,  serta  kenaikan  proporsi  penduduk  yang  tinggal  di  kota.  Menurut  Charles Whynne-Hammond  dalam  Daldjoeni,  1987,  salah  satu  faktor  terjadinya  urbanisasi
adalah adanya industrialisasi. Gejala  dan  proses  ekologi  yang  berkaitan  dengan  gejala  dan  proses  urbanisasi
antara  lain  konsentrasi,  agregasi,  sentralisasi,  desentralisasi,  segregasi,  invasi,  dan suksesi.  Urbanisasi  sebagai  suatu  proses  sosial,  bisa  terjadi  karena  banyak  faktor,  yang
antara lain : 1 adanya masalah pengangguran di pedesaan, dan adanya persepsi bahwa perkotaan  banyak  menyediakan  kesempatan  kerja;  2  adanya  peningkatan,
keberhasilan,  dan  pemerataan  program  pendidikan  di  seluruh  daerah  dan  lapisan masyarakat,  yang  kemudian  menuntut  lapangan  kerja  yang  sesuai  dengan  jenjang
BAB
Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru
44
pendidikan  yang  telah  dicapai  oleh  setiap  warga  masyarakat  yang  bersangkutan;  3 adanya persepsi yang sampai saat ini berlaku, bahwa kota adalah pusat modernisasi dan
merupakan segala-galanya untuk kemajuan orang perorangan atau kelompok orang; 4 terjadinya  proses  cepat  dalam  pergeseran  nilai-nilai  sosio-budaya  di  kalangan
masyarakat pedesaan sebagai akibat arus informasi yang semakin menjagat; 5 semakin baik dan lancarnya sistem transportasi yang menjalin wilayah-wilayah perkotaan dengan
wilayah-wilayah  hinterlandnya;  6  urbanisasi  adalah  salah  satu  indikasi  kemajuan ekonomi dari suatu kawasan tertentu.
2.4 Urban Fringe