BAB
Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru
i
Dari  peta  tersebut  dapat  dilihat  pola  perembetan  fisik  Kota  Surakarta  ke Kawasan  Solobaru  cenderung  konsentris  berada  di  pinggiran  batas  Kota
Surakarta.  Menurut  Northam,  1979 dalam  Yunus,  2000,  kondisi  perembetan
fisik  Kota  Surakarta  yang  melebihi  batas  administrasi  seperti  yang  terlihat  pada peta di atas disebut sebagai
Under Bounded City.
5.3.2 Pengaruh  Perkembangan  Kota  Surakarta  terhadap  Aspek  Ekonomi
Permukiman di Kawasan Solobaru
Menurut  Friedmann  dalam  Yunus,  2006,  perkembangan  permukiman kekotaan  disebabkan  oleh  dua  proses  yang  terkait  satu  sama  lain,  yakni  proses
sosial  ekonomi  dan  proses  spasial.  Proses  sosial  ekonomi  mendahului  proses spasial namun adakalanya proses spasial mendahului proses sosial ekonomi. Dari
data  sejarah  Kota  Surakarta  dimana  pada  tahun  1970  terjadi  industrialisasi industri  pembuat  pewarna  tekstil  namun  tahun  1980an  industri  tersebut  mulai
dilakukan  AMDAL  oleh  pemerintah  sehingga  menggeser  lokasi  industri-industri tersebut  ke  luar  Kota  Surakarta  hingga  mengakibatkan  urbanisasi  besar-besaran
tingkat  pertumbuhan  penduduk  Kota  Surakarta  tahun  1975-1980  adalah  3,32 serta  dilihat  dari  kecenderungan  tingkat  pertumbuhan  ekonomi  Kota  Surakarta
merujuk  pada  tabel  5.5  tingkat  pertumbuhan  ekonomi  Kota  Surakarta  yang cenderung  meningkat  dari  tahun  ke  tahunnya  maka  dapat  disimpulkan  bahwa
perkembangan  permukiman  Kota  Surakarta  cenderung  disebabkan  oleh  proses sosial  ekonomi  yang  mendahului  proses  spasial.  Peningkatan  PDRB  Kota
Surakarta dari tahun 1975-2005 berarti terjadi peningkatan penghasilan penduduk yang diikuti oleh peningkatan sarana ekonomi dan sosial merujuk pada tabel 5.2
perkembangan  jumlah  sarana  perdagangan  dan  tabel  5.1  kepadatan  permukiman di  Kota  Surakarta.  Konsekuensi  spasial  yang  ditimbulkan  selanjutnya  adalah
semakin  bertambahnya  ruang  Kota  Surakarta  hingga  merembet  ke  Kawasan Solobaru.  Perembetan  spasial  Kota  Surakarta  ke  dalam  Kawasan  Solobaru  yang
merupakan  konsekuensi  dari  proses  sosial  ekonomi  Kota  Surakarta  dapat  dilihat pada peta 5.7 dan 5.8 perembetan spasial permukiman Kota Surakarta yang telah
disajikan pada sub bab sebelumnya. Berdasarkan  peta  5.7  dan  5.8  perembetan  spasial  permukiman  Kota
Surakarta  ke  dalam  Kawasan  Solobaru  terlihat  bahwa  spasialnya  sudah  seperti menjadi  satu  atau  tidak  ada  fungsi  guna  lahan  lain  yang  menjadi  penyekat  antar
BAB
Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru
i
dua kota tersebut. Jarak yang sedemikian dekat antara Kawasan Solobaru dengan Kota  Surakarta  yakni  hanya  ±  6  km  menjadikan  perekonomian  Kota  Surakarta
berpengaruh  ke  Kawasan  Solobaru.  Teori  Carrothers  dalam  Daldjoeni,  1987 menyebutkan  bahwa  kekuatan  hubungan  ekonomis  antara  kota  dengan
hinterlandnya  adalah  berbanding  lurus  dengan  besarnya  jumlah  penduduk  dan berbanding  terbalik  dengan  jarak  antar  keduanya.  Jumlah  penduduk  Kota
Surakarta  yang  cenderung  meningkat  berbanding  lurus  dengan  jumlah  Kawasan Solobaru yang juga cenderung meningkat merujuk tabel 5.6 tingkat pertumbuhan
penduduk Kota Surakarta dan tabel 5.13 tingkat pertumbuhan penduduk Kawasan Solobaru. Dengan jarak Kawasan Solobaru ke Kota Surakarta yang relative dekat
yakni  ±6  km,  maka  hubungan  ekonomi  antara  Kota  Surakarta  dengan  Kawasan Solobaru cenderung kuat. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan perkembangan
ekonomi  Kota  Surakarta  dan  Kawasan  Solobaru  dalam  kurun  waktu  30  tahun 1975-2005  yang  dari  tahun  ke  tahunnya  sama-sama  semakin  meningkat
merujuk  pada  tabel  5.5  tingkat  pertumbuhan  ekonomi  Kota  Surakarta  dan  tabel 5.12 tingkat pertumbuhan ekonomi Kawasan Solobaru.
5.3.3 Pengaruh  Perkembangan  Kota  Surakarta  terhadap  Aspek  Sosial