Ketika aku menangis’ Ça
part un peu n’importe quand Comme un ouragan
‘Itu dapat terjadi kapan saja Seperti badai topan yang menerjang’
Data 40 adalah kutipan lirik lagu berjudul Moi Quand Je Pleure yang terdapat pada bait keempat dan kelima. Gaya bahasa simile dapat ditemukan pada
baris kedua dari bait kelima kutipan lirik lagu di atas. Data tersebut dianalisis menggunakan metode agih dengan teknik baca markah sehingga diketahui bahwa
gaya bahasa simile ditandai oleh pemarkah comme ‘seperti’ untuk menyamakan
dua hal. Hal yang disamakan adalah ça part un peu n’importe quand dengan un
ouragan. Maksud ça pada kalimat tersebut menunjukkan keadaan pada saat dia menangis yang dapat terjadi kapan saja seperti un ouragan
‘badai topan’. Kedua peristiwa tersebut disamakan karena keduanya sama-sama terjadi pada waktu
yang tidak terduga dan dapat terjadi kapan saja.
9. Metafora
Metafora adalah gaya bahasa yang berwujud perbandingan langsung secara singkat dan tidak diperlukan suatu kata pembanding yang menunjukkan
perbandingan tersebut. Gaya bahasa metafora dapat ditemukan pada lirik-lirik lagu berikut ini.
41 Une petite fille abandonnée Un oiseau blessé
Un été sans fleurs Une petite fille aux grands malheurs
C’est moi quand je pleure ‘Seorang anak kecil yang ditelantarkan
Seekor burung yang terluka Musim panas tanpa bunga-bunga
Seorang anak kecil dengan kemalangan besar Itulah aku ketika menangis’.
Data 41 adalah kutipan lirik lagu berjudul Moi Quand Je Pleure yang terdapat pada bait pertama. Lirik tersebut mengandung gaya bahasa metafora
karena membandingkan secara langsung moi quand je pleure ‘aku ketika aku
menangis ’ dengan une petite fille abandonnée, un oiseau blessé, un été sans
fleurs, une petite fille aux grands malheurs. Data tersebut dianalisis dengan teknik analisis komponensial sebagai berikut.
Sèmes
Lexèmes S1
La peine ‘rasa sedih,
merana, murung’
S2 Malade
‘sakit, penderita’
S3 Souffrir
‘merasa sakit,
kepayahan’ S4
Mauvais ‘jelek, buruk,
tidak indah’
Moi quand
je pleure
‘aku ketika aku menangis
+ +
+ +
une petite fille abandonnée
‘anak kecil yang ditelantarkan’
+ +
+ +
un oiseau blessé ‘seekor burung
yang terluka’ -
+ +
+ un été sans fleurs
‘musim panas tanpa bunga-
bunga’ _
_ _
+ une petite fille aux
grands malheurs ‘Seorang anak kecil
dengan kemalangan besar’
+ +
+ +
Dari analisis komponensial di atas diketahui bahwa lexème moi ‘aku’
adalah ‘hal yang dibandingkan’ sedangkan une petite fille abandonnée, un oiseau blessé, un été sans fleurs, une petite fille aux grands malheurs adalah
‘pembanding’. Dari ‘pembanding’ itu kemudian ditentukan les sèmes yang memilliki
kemiripan dengan ‘hal yang dibandingkan’. Setelah itu dapat diketahui bahwa kelima lexème tersebut memiliki beberapa kemiripan jika dilihat dari les
sèmes yang membentuknya sehingga terbukti bahwa kutipan lirik lagu 41 menggunakan gaya bahasa metafora.
10. Personifikasi
Personifikasi adalah gaya bahasa yang berwujud pemberian sifat-sifat kemanusian pada benda-benda abstrak dan mati sehingga benda-benda mati
tersebut seolah-olah hidup dan berperilaku layaknya manusia. Gaya bahasa personifikasi dapat ditemukan pada lirik-lirik lagu berikut ini.
42 Je n’ai pas besoin d’amant
Le vent souffle énormément La nuit se couche en chantant
Et moi je berce ma famille ‘Aku tidak membutuhkan kekasih
Angin bertiup dengan kencang Malam tertidur sambil bernyanyi
Dan aku menimang- nimang keluargaku’
Data 42 di atasa adalah kutipan lirik lagu berjudul Je N’ai Pas Besoin
D’amour yang terdapat pada bait keempat. Pada baris ketiga dapat dilihat bahwa terdapat gaya bahasa personifikasi karena subjek kalimat la nuit merupakan n. f
‘nomina femina’. Pada kalimat tersebut la nuit diibaratkan dapat tertidur dan bernyanyi, keduanya merupakan verba yang biasa dilakukan oleh
l’homme