Penyelesaian Melalui litigasi Upaya Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit Macet

Apabila pada kenyataannya, setelah dilakukan upaya negosiasi antara debitur dan kreditur dalam penyelesaian utang debitur, ternyata debitur tetap tidak mampu lagi untuk memenuhi kewajibannya, maka dapat cara-cara litigasi menjadi alternatif terakhir yang harus ditempuh oleh para pihak untuk dapat menyelesaikan kredit bermasalah atau kredit macet dalam perjanjian kredit yang berjalan. Upaya litigasi dalam penyelesaian kredit macet ini dapat ditempuh melalui pengadilan, yakni penyelesaian melalui pengadilan dan penyelesaian melalui Panitia Urusan Piutang dan Lelang Negara khusus bagi kredit yang menyangkut kekayaan negara. upaya penyelesaian melalui pengadilan dapat dilakukan melalui pengajuan gugatan ke pengadilan negeri atau dengan memanfaatkan pengadilan niaga sebagai lembaga kepailitan sebagai salah satu alternatif penyelesaian kredit bermasalah. Tindakan litigasi, khususnya lembaga kepailitan ini diambil apabila telah dapat diidentifikasi bahwa debitr sudah tidak mampu lagi memenuhi kewajibannya meskipun telah ditempuh upaya-upaya perdamaian antara kreditur dan debitur untuk menyelesaikan kewajiban debitur.

2. Penyelesaian Melalui litigasi

Apabila tindakan-tindakan penyelamatan melalui negosiasi gagal, maka tindakan terakhir yang dilakukan oleh kreditur adalah penagihan, penghapusbukuan, dan penyitaan jaminan untuk dijual lelang sebagai pelunasan kredit. Penyitaan jaminan dilakukan sebagai alternatif terakhir yang dilakukan oleh kreditur apabila 78 Sutah Remy Syahdeni, Hukum Kepailitan Memahami Failissementsverordering juncto Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2002, hal. 368. Universitas Sumatera Utara nasabah tidak punya itikad baik ataupun sudah benar-benar tidak mampu lagi untuk membayar semua utang-utangnya, walaupun telah diberikan kesempatan negosiasi untuk memudahkan nasabah dalam menyelesaikan kewajibannya, sehingga tidak ada pilihan lain bagi bank kreditur, selain menempuh jalur litigasi bagi penyelesaian kredit macet tersebut. Penyelesaian dengan cara ini dilakukan terhadap debitur yang usahanya masih berjalan dan juga terhadap debitur yang usahanya tidak berjalan lagi. Debitur yang usahanya masih berjalan adalah debitur yang memiliki kewajibannya melunasi kreditnya, baik angsuran pokok maupun bunga bad character. Sedangkan debitur yang usahanya tidak berjalan lagi adalah debitur yang tidak dapat bekerjasama dan tidak mau memenuhi kewajiban melunasi kreditnya bad charakter. Penyelesaian melalui litigasi akan lebih etis bagi kreditur apabila diperuntukkan bagi kredit macet yang berasal dari debitur yang tidak punya itikad baik untuk memenuhi pelunasan hutanngya. Penyelesaian kredit macet seperti ini dilakukan dengan dua cara yaitu: pertama mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri, sesuai dengan ketentuan hukum Acara Perdata, atau permohonan Eksekusi Grosse Akta atau kedua penyelesaian melalui Panitia Utang Piutang dan Lelang Negara khusus bagi kredit yang menyangkut kekayaan negara. Gugatan melalui Pengadilan Negeri dilakukan krediturbank setelah langkah restrukturisasi tidak berhasil dilaksanakan debitur, maka bank akan memberikan surat peringatan somasi secara tertulis kepada debitur sesuai dengan ketentuan Pasal 1238 KUHPerdata. Apabila langkah somasi juga tidak berhasil, maka bank akan melakukan Universitas Sumatera Utara tindakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain: mengajukan permohonan fiat eksekusi kepada Ketua Pengadilan Negeri terhadap barang agunan yang diikat dengan hipotik, fiducia atau melakukan penjualan agunan yang diikat secara gadai berdasarkan hak parate eksekusi. Penjualan dilakukan dimuka umum atau secara lelang. Dalam hal ini, apabila kredit diikat dengan jaminan hak tanggungan, fiducia atau gadai dapat dilakukan sendiri permintaan eksekusi berdasarkan Pasal 224 HIR tanpa bantuan BUPN. 79 Pelaksanaan eksekusi jaminan dilakukan sesuai dengan bentukcara pengikatan kreditnya antara lain yaitu: a. Eksekusi jaminan berdasarkan putusan Pengadilan Negeri yang sudah berkekuatan pasti. Apabila debitur lalai melunasi utangnya dan keberatan pula untuk dieksekusi jaminannya maka krediturbank tidak ada jalan lain kecuali mengusahakan eksekusi janinan melalui suatu gugatan terhadap debitur untuk memperoleh putusan pengadilan negeri sebagai dasar untuk mengeksekusi jaminan tersebut. Apabila sudah ditetapkan keputusan pengadilan yang kemudian mempunyai kekuatan hukum untuk dilaksanakan tetapi debitur tetap tidak melunasinya maka pelaksanaan keputusan tersebut dilaksanakan atas dasar perintah dan dengan pimpinan ketua pengadilan negeri yang memeriksa gugatannya pada tingkat pertama menurut ketentuan Pasal 195 HIR dan selanjutnya atas perintah ketua pengadilan tersebut dilakukan penyitaan harta kekayaan debitur 79 Wangsawidjaya, Hapusbuku Dan Hapustagih Piutang Negara Bank-Bank BUMN, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 23, 2004, hal 79 Universitas Sumatera Utara untuk kemudian dilelang, dari hasil lelang tersebut kreditur memperoleh pelunasan utangnya. b. Eksekusi Jaminan Atas Akta Hak Tanggungan dikenal grosse akta dan hipotik. Menurut Pasal 20 UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah UUHT, eksekusi hak tanggungan dilakukan dengan dua cara yaitu: Pertama; yang diatur dalam Pasal 6 UUHT yang dikenal dengan eksekusi sederhana. Apabila debitur wanprestasi, kreditur pemegang hak tanggungan mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut. Kalau ada lebih dari seorang kreditur pemegang hak tanggungan, maka kewenangan tersebut berada pada pemegang hak tanggungan pertama. Penjualan objek tanggungan wajib dilakukan melalui pelelangan umum yang dilaksanakan kantor lelang. Dalam melaksanakan penjualan objek hak tanggungan dan mengambil pelunasan piutangnya berlaku kedudukan istimewa yang dimilki oleh pemegang hak tanggungan, yaitu droit de preference dan droit de siute. Untuk dapat menggunakan wewenang menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri tanpa persetujuan dari debitur diperlukan janji debitur sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat 2 UUHT. Janji itu wajib dicantumkan dalam akta pemberian hak tanggungan. Kedua; dengan menggunakan acara parate eksekusi sebagaimana diatur dalam Pasal 224 HIR atau 258 RBg. Penjualan objek hak tanggungan melalui pelelangan umum dapat disampingkan berdasarkan Pasal 20 ayat 2 UUHT yang menyatakan apabila Universitas Sumatera Utara ada kesepakatan antara pemberi dan pemegang hak tanggungan maka penjualan dapat dilaksanakan dibawah tangan. Jika dengan cara demikian itu akan dapat diperoleh harga tinggi yang menguntungkan semua pihak. 80 Penjualan kekayaan debitur yang telah disita dilakukan melalui kantor lelang negara. Pembagian hasil penjualan dilaksanakan berdasarkan ketentuan hak memperoleh pemenuhan pembayaran lebih dulu yang berlaku atas piutang negara sesuai perundangan-undangan yang berlaku. Adanya keharusan untuk memperoleh izin dari ketua pengadilan negeri untuk melaksanakan eksekusi barang jaminan kredit yang telah macet bertujuan untuk melindungi debitur dari tindakan kreditur yang melampaui kewenangannya sehingga debitur tidak semakin dirugikan oleh kreditur akibat eksekusi tersebut. Penyelesaian kredit yang menyangkut kekayaan negara penagihannya dilakukan lewat Panitia Urusan Piutang Negara PUPN yang dibentuk dengan UU Nomor 49Prp1960 dan Badan Usaha Piutang dan Lelang Negara BUPLN dengan Keputusan Presiden No. 21 Tahun 1991. Pasal 2 dari Keppres Nomor 21 tahun 1991 menentukan bahwa BUPLN mempunyai tugas menyelenggarakan pengurusan piutang negara dan lelang baik yang berasal dari penyelenggaraan pelaksanaan tugas PUPN maupun lainnya ditetapkan oleh Menteri Keuangan. PUPN bertugas menyelesaikan piutang negara yang telah diserahkan kepadanya oleh instansi pemerintah atau badan- badan negara. 81 Dengan demikian bagi bank milik negara menyelesaikan kredit macetnya harus dilakukan melalui PUPN, dengan adanya penyerahan piutang macet 80 http:komisihukum.go.idindex.php?option=com_rubberdocview=docid=24format=ra wItemid=84lang=in. Diakses pada tanggal 19 Januari 2010. 81 Ibid Universitas Sumatera Utara kepada badan tersebut secara hukum wewenang penguasaan atas hak tagih dialihkan kepada PUPN. Selain gugatan perdata ke Pengadilan Negeri salah satu peluang hukum yang tersedia dan dapat digunakan bagi penyelesaian kredit macet adalah dengan memanfaatkan lembaga kepailitan Pengadilan Niaga yang dapat memenuhi kebutuhan dunia usaha bisnis yang semakin berkembang secara cepat dan luas, dan semakin diperlukan untuk mewujudkan penyelesaian kredit macet secara cepat, transparan dan efektif. Penyelesaian melalui Pengadilan Niaga merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh para krediturbank terhadap debitur sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang ditentukan oleh Undang-Undang Kepailitan. Ketentuan Pasal 1 butir 1 UU Kepailitan dan PKPU menyatakankan bahwa Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitur yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Kekhususan Pengadilan Niaga dalam perkara kepailitan adalah: pertama; pengadilan ini tidak mengenal banding sehingga jika ada pihak yang merasa tidak puas dapat mengajukankan upaya hukum dengan cara kasasi ke Mahkamah agung. Kedua, jangka waktu; proses pendaftaran, pemeriksaan dan penjatuhan putusan pada tingkat Pengadilan Niaga diatur secara tegas yaitu 60 hari. Ketiga; jangka waktu kasasi di Mahkamah Agung adalah 60 hari. Dalam hukum acara perkara kepailitan terdapat terobosan waktu berpekara yang sangat cepat. Dengan rincian; maksimal 60 enam puluh hari hari untuk Universitas Sumatera Utara memutuskan permohonan kepailitan ditingkat Pengadilan Niaga, maksimal waktu 60 enam puluh hari hari untuk memutuskan permohonan kasasi ditingkat Kasasi, dan maksimal 30 tiga puluh hari untuk memutuskan permohonan Peninjauan Kembali di Mahkamah Agung. 82 Dengan demikian upaya hukum yang dilakukan oleh para pihak yang berperkara akan dengan segera mendapat kepastian hukum. 82 Pasal 298 UUK dan PKPU Universitas Sumatera Utara

BAB III MEKANISME PENYELESAIAN KREDIT MACET

MELALUI HUKUM KEPAILITAN

A. Pengaturan Hukum Mengenai Kepailitan

1. Pengertian Pailit

Kepailitan berarti segala hal yang berhubungan dengan pailit. Istilah kepailitan berasal dari kata pailit. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, istilah pailit berarti jatuh; bangkrut dan jatuh miskin. 83 Dalam bahasa Belanda disebut dengan failliet, yang artinya pemogokan atau kemacetan pembayaran. 84 Bahasa Perancis menggunakan istilah le faili artinya orang yang mogok atau berhenti membayar. 85 Dalam bahasa Inggris, to fail artinya gagal. Adapun di negara-negara yang berbahasa Inggris, lebih dikenal istilah bankrupt dan bankruptcy. 86 Menurut Black’s Law Dictionary, istilah bankrupt berarti intebted beyond the means of payment berutang melebihi pembayaran. 87 Dalam pengertian operasional, disebutkan sebagai a person who cannot meet current financial obligations; an insolvent person. 88 Sedangkan kebangkrutan bankruptcy adalah a statutory procedure by which a usu. Insolvent debtor obtains financial relief and undergoes a 83 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1996, hal. 715 84 Lihat A. Broers, Engels Woordenboek Batavia: Bij J.B., hal. 230 85 Rahmadi Usman, Dimensi Hukum Kepailitan di Indonesia Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal. 11 86 Ibid. 87 Bryan A. Garner ed., Black’s Law Dictionary, eight edition St. Paul: West Publishing and Co., 2004, hal. 156 88 Ibid. Universitas Sumatera Utara