dari nilai hak tanggungan atau hak gadai atau tidak cukup untuk pengembalian pengembalian pinjaman tersebut.
Pada umumnya bank dalam memberikan kredit mempersyaratkan adanya
jaminan yang kemudian akan dibebani dengan hak tanggungan, hak gadai atau hak
agunan kebendaan lainnya. Dengan demikian apabila debitur cidera janji bank dapat langsung melaksanakan eksekusi. Dalam hal debitur dinyatakan pailit maka bank
tidak dapat segera melaksanakan eksekusi karena adanya penangguhan pelaksanaan hak-hak eksekusi. Hal ini akan merugikan bank karena bank tidak segera mendapat
pengembalian pinjaman.
2. Kendala di Pelelangan
Penjualan kekayaan milik debitur yang telah disita dilakukan melalui pelelangan, pembagian hasil penjualan dilaksanakan berdasarkan ketentuan hak
memperoleh pemenuhan pembayara lebih dulu yang berlaku atas piutang negara, sesuai perundang-undangan yang berlaku. 1
Ketentuan lelang diatur dalam bentuk Panitia Urusan Piutang Negara PUPN yang dibentuk dengan UU Nomor 49 Prp 1960 jo Keppres Nomor 21 Tahun 1991.
Dengan Keppres itu, kedudukan PUPN diperkuat yaitu disamping mengurus piutang negara juga diberi wewenang melelang benda jaminan. Karena itu lembaga ini disebut
dengan PUPNBadan Urusan Piutang dan Lelang Negara BPUPLN. Pertimbangan
Universitas Sumatera Utara
untuk memberi wewenang itu kepada PUPNBPUPLN, berdasarkan sejarahnya adalah antara lain sebagai berikut:
138
a. Bahwa untuk kepentingan keuangan Negara, utang kepada Negara atau badan-
badan, baik yang langsung maupun tidak langsung dikuasai oleh Negara, perlu segera diurus;
b. Bahwa peraturan-peraturan biasa tidak memungkinkan untuk memperoleh
yang cepat dalam mengurus piutang Negara; c.
Bahwa oleh karena “keadaan memaksa”, soal tersebut diatur dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Bahwa keadaan memaksa itu dilatarbelakangi adanya piutang negara yang
macet yang berasal dari keuangan Negara dalam masa pembangunan nasional. Tugas PUPNBPUPLN ialah untuk mengurus piutang Negara atau utang
kepada Negara yang besarnya pasti menurut hukum. Utang kepada Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Negara atau badan-badan yang baik secara
langsung maupun yang tidak langsung dikuasai oleh Negara berdasarkan suatu peraturan atau perjanjian.
Lelang sebagai satu sarana penjualan untuk mendukung penyelesaian kepailitan, kiranya merupakan alternatif yang tepat karena konsep lelang sebagai
sarana penjualan barang yang tepat, efisien, aman terbuka dan dapat mewujudkan harga yang wajar pada dasarnya sesuai dengan prinsip dasar peraturan kepailitan.
Dalam Pasal 171 ayat 1 UUK ditentukan bahwa harta pailit dijual secara lelang atau
138
Lihat S. Mantayborbir, et.el., Pengurusan Piutang Negara Macet pada PUPNBUPLN Jakarta: Pustaka Bangsa, 2001, hal. 74
Universitas Sumatera Utara
dibawah tangan dengan izin hakim komisaris. Dari ketentuan tersebut dapat dilihat bahwa meskipun dibolehkan adanya penjualan harta pailit dibawah tangan dengan
seizin hakim pengawas tetapi dalam era reformasi ini dimana trasparansi, efesiensi dan efektifitas merupakan semangat masyarakat disegala bidang kehidupan, kiranya
penjualan melalui lelang merupakan alternatif yang tepat dan cepat digunakan dalam penyelesaian kepailitan.
Lelang harta pailit pada dasarnya adalah lelang eksekusi dalam rangka melaksanakan putusan pengadilan niaga. Setelah barang-barang jaminan kredit milik
debitur dieksekusi, namum debitur tidak juga memenuhi kewajibannya melunasinya maka kreditur dapat meminta agar barang-barang yang telah disita tersebut dilelang
dimuka umum. Eksekusi barang jaminan yang diikat dengan hak tanggungan oleh pemegang
hak tanggungan melalui sarana Pasal 1178 ayat 2 KUH Perdata adalah berbeda dengan eksekusi melalui grosse akta, hipotik dan hak pengakuan utang maupun
eksekusi berdasarkan keputusan kepailitan. Untuk melakukan eksekusi barang jaminan melalui grosse akta harus dengan
penetapan ketua pengadilan sedangkan penjualan atas dasar kekuasaan sendiri berdasarkan Pasal 1178 ayat 2 KUH Perdata dilakukan tanpa melalui campur
tangan pengadilan sehingga disebut dengan eksekusi langsung. Eksekusi barang jaminan berdasarkan grosse akta adalah penjualan barang
jaminan berdasarkan titel eksekutorial yang memang harus dilakukan dengan seizin ketua pengadilan negeri. Tetapi penjualan berdasarkan hak kreditur pemegang hak
tanggungan yang diperjanjikan dengan pemberian hak tanggungan debitur pada
Universitas Sumatera Utara
waktu barang jaminan dengan hak tanggungan diberikan maka penjualan dapat dilakukan tanpa seizin pengadilan. Adanya keharusan untuk memperoleh ijin dari
ketua pengadilan negeri untuk melaksanakan eksekusi barang jaminan kredit yang telah macet, bertujuan melindungi debitur dari tindakan kreditur yang melampaui
kewenangannya sehingga debitur tidak semakin dirugikan oleh kreditur akibat eksekusi tersebut.
Pelaksanaan eksekusi sering terhambat dikarenakan adanya perlawanan dari debitur sehingga pelaksanaan sita eksekusi untuk sementara ditangguhkan sampai
adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap. Hambatan-hambatan pelaksanaan beksekusi barang jaminan kredit yang telah macet tersebut dapat merugikan kreditur
dan juga debitur sendiri. Proses eksekusi yang lama dan berbeli-belit akan menimbulkan kerugian secara material maupun immaterial.
Eksekusi barang jaminan kredit macet dalam praktiknya dilapangan sering terhambat atau tidak dapat berjalan oleh karena adanya perlawana dari pihak debitur
dengan mengajukan gugatan perlawanan kepengadilan agar eksekusi terhadap barang jaminan dibatalkan, dicabut atau ditangguhkan oleh pengadilan. Disamping itu debitur
menghalangi pelaksanaan eksekusin dilapangan dengan mengerahkan kekutan masa untuk mencegah eksekusi.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN