sederhana, suatu hal yang sulit untuk dilakukan bila menyangkut pemeriksaan lain di luar Pasal 1 ayat 1 UU Kepailitan 1998.
Berdasarkan sifat sumir atau sederhana dari suatu perkara di Pengadilan Niaga, maka yang harus dibuktikan cukup pada suatu keadaan berhenti membayar. Kondisi
tersebut membawa konsekuensi berbeda-beda. Sebagian pihak mengatakan cukup dipenuhinya syarat kepailitan dalam Pasal 1 ayat 1 maka salah satu pihak termohon
pailit dapat langsung dinyatakan pailit. Sementara, di lain pihak mengatakan diperlukan suatu analisis lebih lanjut di bidang hukum ekonomi dan bisnis untuk
menyatakan bahwa termohon pailit dapat dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga.
3. Prosedur Permohonan Pailit terhadap Debitur
Proses permohonan dan putusan pernyataan pailit diatur dalam pasal 6 sd pasal 11 Undang-undang Kepailitan. Prosesnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahap pendaftaran permohonan pernyataan pailit
Pemohon mengajukan permohonan pernyataan pailit kepada ketua pengadilan niaga. Pengadilan niaga wajib mendaftarkan permohonan tersebut pada tanggal
permohonan yang bersangkutan diajukan dan kepada pemohon diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dengan tanggal yang sama
dengan tanggal pendaftaran. Pasal 6 ayat 3 Undang-undang Kepailitan mewajibkan panitera untuk
menolak pendaftaran permohonan pernyataan pailit bagi institusi sebagaimana
Universitas Sumatera Utara
dimaksud dalam pasal 2 ayat 3, ayat 4, dan ayat 5 jika dilakukan tidak sesuai dengan ketentua dalam ayat-ayat tersebut. Pasal 6 ayat 3 UU Kepailitan ini pernah
diajukan Judicial Review di Mahkamah Konstitusi dan putusan Mahkamah Konstitusi Perkara Nomor: 071PUU-II2004 dan Perkara Nomor 001-002PUU.III2005 telah
menyatakan bahwa pasal 6 ayat 3 beserta penjelasannya tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Pertimbangan-pertimbangan hukum yang diberikan oleh Mahkamah
Konstitusi antara lain: a.
Bahwa panitera walaupun merupakan jabatan di pengadilan, tetapi kepada jabatan tersebut seharusnya hanya diberikan tugas teknis administrasi yustisial
dalam rangka memberikan dukungan terhadap fungsi yustisial yang merupakan kewenangan hakim. Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 2
Tahun 1986 tentang Peradilan Umum sebagaimana telah diubah dengan Undnag-undang Nomor 8 Tahun 2004, ditentukan bahwa tugas pokok panitera
adalah menangani administrasi perkara dan hal-hal administrasi lain yang bersifat teknis peradilan dan tidak berkaitan dengan fungsi peradilan
rechtsprekende functie, yang merupakan kewenangan hakim. Menolak pendaftaran suatu permohonan pada hakikat termasuk ranah domein
yustisial. Panitera diberikan tugas, wewenang, dan tangung jawab melaksanakan fungsi yustisial, hal tersebut bertentangan dengan hakikat dan
kekuasaan kehakiman yang merdeka, serta penegakan hukum serta keadilan sebagaimana terkandung dalam pasal 24 ayat 1 UUD 1945.
b. Menimbang pula bahwa sejak lama telah diakui asas hukum yang berbunyi
bahwa pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan
Universitas Sumatera Utara
memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalil hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya. Asas ini
telah termuat dalam pasal 22 AB yang berbunyi, de regter, die wegert regt te spreken, onder voorwendsel van stilzwigjen, duitsterheid of onvolledigheid der
wet, kan uit hoofde van regtsweigering vervolgd worden. Rv. 859 v.; Civ. 4. Terakhir asas ini dicantumkan dalam pasal 16 ayat 1 Undang-undang Nomor
4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman. Dengan menggunakan penafsiran argumentum a contratio, pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa
dan mengadili suatu perkara yang hukumnya jelas mengatur perkara yang diajukan kepada pengadilan.
c. Apabila paniter diberikan wewenang untuk menolak mendaftarkan
permohonan pernyataan pailit suatu perusahaan asuransi, hal tersebut dapat diartikan panitera telah mengambil alih kewenangan hakim untuk memberi
keputusan atas suatu permohonan. Kewenangan demikian menghilangkan hak pemohon untuk mendapatkan penyelesaian sengketa hukum dalam suatu
proses yang adil dan terbuka untuk umum. Hal ini bertentangan dengan prinsip due process of law dan access to courts yang merupakan pilar utama bagi
tegaknya rule of law sebagaimana dimaksud oleh pasal 1 ayat 3 UUD 1945. d.
Meskipun hasil akhir atas permohonan yang bersangkutan boleh jadi sama, yaitu tidak dapat diterimanya niet ontvankelijkheid permohonan yang
bersangkutan, karena tidak terpenuhinya syarat kedudukan hukum legal standing sebagaimana ditentukan dalam pasal 2 ayat 5 undang-undang a
quo, yang menurut tidak bertentangan dengan UUD 1945, keputusan demikian
Universitas Sumatera Utara
harus dituangkan dalam putusan yang berkepala ”Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
e. Menimbang karena penjelasan pasal 6 ayat 3 merupakan kesatuan yang tidak
terpisahkan dari pasal yang dijelaskan, dengan sendirinya penjelasan pasal tersebut diperlakukan sama dengan pasal yang dijelaskannya.
Dengan putusan Mahkamah Konstitusi tersebut, panitera pengadilan niaga menjadi tidak berwenang untuk menolak setiap perkara yang masuk. Setelah
mendaftarkan permohonan pailit, panitera menyampaikan permohonan tersebut kepada ketua penagdilan niaga paling lambat 2 dua hari setelah permohonan
didaftarkan. Selanjutnya dari rumusan Pasal 3 UUK PKPU dapat diketahui bahwa setiap
permohonan pernyataan pailit harus diajukan ke Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum debitur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Putusan pernyataan pailit dilakukan oleh pengadilan yang daerah hukumnya
melipiti daerah tempat kedudukan hukum debitur. b.
Apabila debitur telah meninggalkan wilayah negara Republik Indonesia Pengadilan yang berwenang menjatuhkan putusan atas permohonan
pernyataan pailit adalah pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum terakhir debitur.
c. Dalam hal debitur adalah persero suatu firma, Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum firma tersebut juga berwenang memutuskan.
Universitas Sumatera Utara
d. Dalam hal debitur tidak berkedudukan di wilayah negara republik Indonesia
tetapi menjalankan profesi atau usahanya di wilayah negara republik Indonesia Pengadilan yang berwenang memutuskan adalah pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan atau kantor pusat debitur menjalankan profesi atau usahanya di wilayah negara Republik Indonesia.
e. Dalam hal debitur merupakan badan hukum, tempat kedudukan hukumnya
adalah sebagaimana dimaksud dalam anggaran dasarnya. Setiap permohonan pailit baik yang diajukan oleh debitur maupun oleh pihak
ketiga diluar debitur harus diajukan kepada Ketua Pengadilan. Berikut prosudur permohonan pailit yang harus dilalui debitur dalam pengajuan
permohonan pailit berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam UUK dan PKPU: a.
Permohonan diajukan kepada Ketua Pengadilan berdasarkan Pasal 6 ayat 1 sedangkan menurut ketentuan Pasal 4 ayat 1 UUK diajukan kepada
pengadilan melalui panitera. b.
Panitera mendaftar permohonan pernyataan pailit pada tanggal permohonan yang bersangkutan diajukan, dan kepada pemohon diberikan tanda terima.
c. Panitera wajib menolak pendaftaran pemohonan, apabila tidak sesuai dengan
ketentuan permohonan pailit untuk debitur bank, perusahaan yang bergerak dalam Pasar Modal, Perusahaan Asuransi dan Reasuransi, dana pensiun yang
diatur dalam Pasal 2 ayat 3, 4, dan 5. Ketentuan tersebut tidak terdapat dalam UUK.
d. Panitera menyampaikan permohonan pernyataan pailit kepada Ketua
Pengadilan paling lambat 2 hari setelah tanggal permohonan didaftarkan.
Universitas Sumatera Utara
e. Waktu untuk mempelajari dan menetapkan hari sidang, paling lambat dalam
jangka waktu 3 hari sejak permohonan didaftarkan. f.
Sidang pemeriksaan atas permohonan pernyataan pailit diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 20 hari setelah tanggal permohonan didaftarkan.
g. Penundaan penyelenggaraan sidang dapat dilakukan oleh pengadilan paling
lambat 25 hari sejal tanggal permohonan didaftarkan atas permohonan debitur dan alasan yang cukup.
h. Permohonan pernyatan pailit dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kepailitan
menurut Pasal 7 ayat 1 UUK PKPU harus diajukan oleh seorang advokat. Dari ketentuan-ketentuan di atas, setiap permohonan pernyataan pailit, baik
yang diajukan oleh debitur sendiri maupun oleh pihak ketiga diluar debitur harus diajukan melalui seorang pengacara yang memiliki izin beracara di pengadilan.
b. Tahap Pemanggilan Para Pihak