menunjukkan sulitnya pihak bank memenuhi persyaratan tersebut. Setelah upaya menggunakan hukum kepailitan dilakukan, ternyata persyaratan formal menjadi
kendala yang signifikan. Hemat penulis, kendala internal ini sekalipun bersifat sederhana, namun
demikian memberikan implikasi yuridis yang signifikan. Pihak bank acapkali menunda keinginannya menggunakan hukum kepailitan dalam penyelesaian kredit
macet dikarenakan ketidaksiapan unsur-unsur pendukung dalam pengajuan permohonan kepailitan.
B. Kendala Eksternal
1. Kendala di Pengadilan
Dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya, setiap kreditur dapat mengajukan gugatan untuk memperoleh keputusan pengadilan. Peradilan yang dapat
menyelesaikan dan menangani kredit macet, yaitu Peradilan Umum melalui gugatan perdata, dan Peradilan Niaga melalui gugatan kepailitan.
Penyelesaian melalui gugatan perdata biasa telah sering dilakukan sejak dahulu, namun untuk penyelesaian melalui gugatan kepailitan baru dikembangkan
kembali setelah dibentuknya peradilan khusus yang disebut Peradilan Niaga berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998
Perubahan Atas Undang-Undang tentang Kepailitan jo. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang tentang Kepailitan Menjadi Undang-Undang.
Universitas Sumatera Utara
Apabila sudah ditetapkan keputusan pengadilan yang kemudian mempunyai kekuatan hukum untuk dilaksanakan tetapi debitur tetap tidak melunasi utangnya,
maka pelaksanaan keputusan tersebut dilaksanakan atas dasar perintah dan dengan pimpinan Ketua Pengadilan Negeri yang memeriksa gugatannya pada tingkat pertama,
menurut ketentuan-ketentuan HIR Pasal 195. Atas perintah Ketua Pengadilan tersebut dilakukanlah penyitaan harta kekayaan debitur, untuk kemudian dilelang dengan
perantaraan Kantor Lelang. Dari hasil pelelangan itu kreditur memperoleh pembayaran piutangnya.
Prosedur ini memakan waktu yang relatif lama, oleh karena debitur yang dikalahkan biasanya mengulur waktu dengan mempergunakan upaya banding dan
kasasi. Selain itu, bila tetap pengadilan memenangkan gugatan kreditur, kadang- kadang eksekusinya belum tentu membawa hasil yang memuaskan.
Upaya yang ditempuh dalam hal ini adalah dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri atas dasar wanprestasi. Hanya saja proses penyelesaian perkara
perdata di Pengadilan Negeri sampai adanya putusan pengadilan yang tetap dan pasti in kracht van gewisjde biasanya malalui 3 tiga tingkatan peradilan yaitu:
a. Pengadilan Negeri selaku peradilan tingkat pertama,
b. Pengadilan Tinggi selaku peradilan tingkat banding dan
c. Mahkamah Agung.
Dalam hal gugatan perdata bagi Bank Milik Negara selain bisa dilakukan dengan personal dari biro hukum bank yang bersangkutan, dimungkinkan melalui
penggunaan jasa Kejaksaan. Penggunaan jasa ini pada dasarnya terbatas hanya dapat
Universitas Sumatera Utara
digunakan oleh bank-bank pemerintah, tetapi bank swasta lain yang sebagian sahamnya dimiliki pemerintah dapat juga menggunakan jasa Kejaksaan tersebut.
Hal ini tidaklah bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan, terutama Pasal 27. Ketentuan Pasal 27 ayat 2, mengatur bahwa
Kejaksaan dapat bertindak di bidang perdata dan tata usaha negara hanya saja dengan kuasa khusus untuk dan atas nama negara atau pemerintah.
Membela kepentingan negara inilah yang merupakan kekuatan dapatnya kejaksaan untuk membela kepentingan perusahan negara. Peran Kejaksaan dalam
menangani kredit macet dari bank pemerintah ini, adalah sebagai Konsultan Hukum
atau Pengacara Pemerintah dalam hubungan kasus keperdataan.
Hukum acara yang berlaku pada Pengadilan Niaga sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 284 UUK ayat 1 UUK menyatakan bahwa ”kecuali
ditentukan lain dengan Undang-undang hukum acara perdata yang berlaku diterapkan pula terhadap pengadilan niaga” Dalam hal ini berarti yang berlaku adalah Het
Herziene Inlandsch Reglemen HIRReglemen Indonesia yang diperbaharui RIB untuk jawa dan madura, dan Rechtsreglement Buitengewesten RIB untuk daerah luar
jawa dan madura dan RU Reglement of de Rechtsvordering seberapa jauh dianggap perlu dan relevan.
137
Misalnya tatacara berpekara, pemeriksaan saksi-saksi dan sebagainya sepanjang tidak diatur secara khusus. Di dalam UUK PKPU diatur dalam
Pasal 299 yang menyatakan ”kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini maka hukum acara yang berlaku adalah Hukum Acara Perdata.
137
Ahmad Yani, Gunawan Widjaja, Op. Cit, hal. 19
Universitas Sumatera Utara
Upaya hukum terhadap putusan pernyataan pailit adalah Kasasi dan permohonan Peninjauan Kembali dengan alasan adanya bukti baru yang bersifat
menentukan dan atau adanya kesalahan berat dalam penerapan hukum. Baik pada Pengadilan Niaga maupun pada Mahkamah Agung perkara ditangani oleh Majelis
Hakim. Apabila tidak terdapat akor atau akor ditolak dalam rapat verifikasi, dan hakim
menyatakan pailit, harta pailit berada dalam keadaan insolvensi atau keadaan dimana harta pailit harus dijual lelang dimuk umum dan hasilnya dibagi-bagikan kepada para
kreditur konkuren sesuai dengan maksud Pasal 1132 KUH Perdata. Pengurusan maupun pemberesan harta pailit dilakukan oleh BHP dibawah pengawasan Hakim
Pengawas.
Lelang harta pailit dilakukan oleh Balai Harta Peninggalan atau Kurator. Lelang dapat dilakukan tanpa persetujuan atau bantuan dari debitur. Namun demikian
kiranya perlu diperhatikan ketentuan Pasal 56, Pasal 57 dan 58 UUK PKPU bahwa piutang yang dijamin dengan hak tangunganhipotik, hak gadai dan hak tanggungan
atas kebendaan lainnya dapat dieksekusi seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Hak eksekusi kriditur tersebut dapat ditangguhkan paling lama 90 hati terhitung sejak
tanggal putusan pailit ditetapkan. Dengan memberi kewenangan kepada kurator untuk membebaskan barang
yang menjadi agunan dengan membayar kepada kreditur yang bersangkutan jumlah terkecil antara harga pasar barang agunan dan jumlah utang yang dijamin dengan
barang agunan. Hal ini merugikan bank apabila jumlah yang dibayarkan lebih kecil
Universitas Sumatera Utara
dari nilai hak tanggungan atau hak gadai atau tidak cukup untuk pengembalian pengembalian pinjaman tersebut.
Pada umumnya bank dalam memberikan kredit mempersyaratkan adanya
jaminan yang kemudian akan dibebani dengan hak tanggungan, hak gadai atau hak
agunan kebendaan lainnya. Dengan demikian apabila debitur cidera janji bank dapat langsung melaksanakan eksekusi. Dalam hal debitur dinyatakan pailit maka bank
tidak dapat segera melaksanakan eksekusi karena adanya penangguhan pelaksanaan hak-hak eksekusi. Hal ini akan merugikan bank karena bank tidak segera mendapat
pengembalian pinjaman.
2. Kendala di Pelelangan