Toksisitas Akut dari SMTA

dapat dilihat pada Gambar 4.5. Kapasitas serap lembab SMTA terlihat lebih tinggi daripada Avicel PH 102. Hal ini disebabkan oleh SMTA memiliki bagian amorf lebih banyak dibandingkan dengan Avicel, sehingga SMTA akan lebih banyak menyerap uap air dari lingkungannya. Hasil ini penting terhadap stabilitas tablet yang dibuat dengan menggunakan SMTA atau Avicel PH 102 ketika penyimpanan dilakukan dalam kondisi lembab. Karena sifat SMTA dan Avicel PH 102 peka terhadap kelembaban atmosfer, maka penyimpanan harus dilakukan di dalam wadah tertutup rapat.

4.1.1.7 Toksisitas Akut dari SMTA

Proses isolasi selulosa mikrokristal memerlukan banyak bahan kimia. Untuk mengetahui bahaya dari sisa-sisa bahan kimia yang mungkin masih ada pada selulosa mikrokristal, maka perlu diketahui potensi ketoksikan selulosa mikrokristal yang di antaranya dapat mengganggu fungsi hati melalui uji toksisitas akut dan histopatologi dengan menggunakan mencit Munthe dan Vera, 2009. Hasil pengamatan uji toksisitas akut yang telah dilakukan dengan pemberian dosis tunggal SMTA 2000 mgkg bb dan 5000 mgkg bb secara peroral pada mencit menunjukkan bahwa SMTA tidak menimbulkan kematian pada hewan coba setelah pemberian sediaan uji. Hasil pengamatan terhadap tingkah laku mencit menunjukkan bahwa tidak ada kelainan tingkah laku pada mencit, seperti mencit berjalan dengan perutnya atau berjalan mundur berturut-turut akibat menahan rasa sakit atau terjadi gangguan pada syaraf pusat. Menurut kriteria penggolongan sediaan uji BPOM 2011, hasil tersebut mempunyai makna Universitas Sumatera Utara toksikologi bahwa potensi ketoksikan akut SMTA termasuk dalam kategori praktis tidak toksik. Berat badan mencit sebelum dan sesudah pemberian sediaan uji dapat dilihat pada Tabel 4.5. Berat badan mencit yang diberi sediaan suspensi SMTA dengan dosis 2000 mgkg bb dan 5000 mgkg bb tidak berbeda signifikan dengan kelompok kontrol p 0,05. Pengaruh pemberian sediaan uji terhadap indeks massa organ hati, ginjal, dan jantung mencit dapat dilihat pada Gambar 4.6. Indeks massa organ kelompok hewan yang diberi sediaan uji dengan dosis 2000 mgkg bb dan 5000 mgkg bb tidak berbeda signifikan dengan kelompok kontrol p 0,05. Tabel 4.5. Pengaruh pemberian SMTA terhadap berat badan rata-rata mencit pada hari ke-14 Parameter Kontrol Dosis 2000 mgkg bb Dosis 5000 mgkg bb Berat badan awal 25,0 ± 1,04 25,86 ± 1,03 26,02 ± 0,94 Berat badan akhir 24,7 ± 1,59 26,9 ± 1,04 27,6 ± 2,29 Universitas Sumatera Utara Hai Gi nja l ki ri Gi nja l ka na n Ja ntung 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 Kontrol 2000 mgkg 5000 mgkg Gambar 4.6. Pengaruh pemberian SMTA terhadap indeks massa organ mencit Histologi jaringan organ ginjal dan hati dilakukan terhadap mencit untuk melihat efek toksik dari penggunaan SMTA yang mana dalam proses isolasi selulosanya menggunakan natrium hipoklorit yang dapat menghasilkan zat klorin yang berbahaya bila masuk ke dalam tubuh. Uji efek toksisitas akut pada mencit dalam penelitian dilakukan dengan pemberian dosis 2000 dan 5000 mgkg bb. Histologi jaringan ginjal pada mencit dapat dilihat pada Gambar 4.7. Pada Gambar 4.7a dapat dilihat bahwa pada organ ginjal mencit kontrol terdapat glomerulus, tubulus kontortus proksimal dan distal yang normal. Pada mencit yang diberi SMTA dengan dosis 2000 mgkg bb Gambar 4.7b dan 5000 mgkg bb Gambar 4.7c tidak terdapat kelainan pada glomerulus, tubulus kontortus proksimal dan distal. Universitas Sumatera Utara 3 2 3 1 1 2 1 1 1 3 2 1 1 a b c Gambar 4.7. Pengaruh pemberian SMTA terhadap jaringan ginjal mencit a kontrol, b dengan dosis 2000 mgkg bb, dan c dengan dosis 5000 mgkg bb, dengan pewarnaan HE dan perbesaran 10 x 40. Keterangan: 1 = glomerulus 2 = tubulus kontortus proksimal 3 = tubulus kontortus distal Gambar 4.8 merupakan jaringan hati mencit dengan pewarnaan HE dan perbesaran 10 x 40. Pada Gambar 4.8a dapat dilihat bahwa pada organ hati mencit kontrol terdapat vena sentralis, sel hepatosit, dan sinusoid yang normal, dimana sel hepatosit tersusun radier yang berpusat ke arah vena sentralis dan sinusoid yang masih tampak jelas. Pada mencit yang diberi SMTA dengan dosis 2000 mgkg bb Gambar 4.8b dan 5000 mgkg bb Gambar 4.8c tidak terdapat kelainan pada vena sentralis, hepatosit, dan sinusoid. Dengan demikian struktur dan morfologi sel pada jaringan hati mencit masih dalam batas normal. Universitas Sumatera Utara 1 3 2 3 2 1 2 3 a b c Gambar 4.8. Pengaruh pemberian SMTA terhadap jaringan hati mencit a kontrol, b dengan dosis 2000 mgkg bb, dan c dengan dosis 5000 mgkg bb, dengan pewarnaan HE dan perbesaran 10 x 40. Keterangan: 1 = vena sentralis 2 = hepatosit 3 = sinusoid Berdasarkan pengamatan histopatologi dapat disimpulkan bahwa pemberian SMTA dengan dosis 2000 dan 5000 mgkg bb kepada mencit tidak menimbulkan efek toksik pada organ ginjal dan hati. Hal ini berdasarkan hasil yang diperoleh, yaitu tidak dijumpai adanya kelainan sel-sel pada jaringan ginjal dan hati mencit. 4.2 Tablet SMTA dan Avicel PH 102 4.2.1 Preformulasi Tablet SMTA dan Avicel PH 102