pada Gambar 4.4.
10 15
20 25
30 35
40 14,56
11,82 20,42
22,2
In ten
s it
as -
Sudut difraksi 2
Avicel PH 102 SMTA
Gambar 4.4. Difraktogram XRD dari SMTA dan Avicel PH 102 Difraktogram XRD dari SMTA dan Avicel PH 102 menunjukkan bahwa
Avicel memiliki derajat kristalinitas yang lebih tinggi 82,77 dari SMTA 36,38. Puncak-puncak dengan jarak kisi kristal masing-masing pada sudut
difraksi 2θ untuk Avicel PH 102 yang merupakan selulosa dengan stuktur kristal I yaitu pada 2θ = 14,56
o
, 20,14
o
, dan 22,2
o
, sedangkan SMTA adalah selulosa dengan struktur kristal II yaitu pada 2θ = 11,82
o
, 20,42
o
, dan 22,2
o
. Perbedaan struktur kristal I dan II disebabkan oleh perbedaan metode pemurnian dan
pengeringan selulosa yang digunakan. Selulosa dengan struktur kristal II merupakan hasil perlakuan selulosa I dengan NaOH Zugenmaier, 2008.
4.1.1.5 Sifat Alir SMTA
Sifat alir dari serbuk diperlukan dalam penentuan kesesuaian serbuk sebagai eksipien untuk cetak langsung. Sudut diam, indeks Hausner, dan indeks
Universitas Sumatera Utara
kompresibilitas merupakan pengukuran secara tidak langsung dari kemampuan mengalir serbuk Ohwoavworhua dan Adelakun, 2005b. Sifat alir SMTA dan
Avicel PH 102 dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Karakteristik serbuk SMTA dan Avicel PH 102
Hasil pengukuran sudut diam SMTA adalah 20,47
o
dan Avicel PH 102 30,12
o
. Nilai ini menunjukkan bahwa serbuk SMTA memiliki kemampuan mengalir yang sama baiknya dengan Avicel PH 102. Indeks Hausner SMTA 1,19
dan Avicel PH 102 1,14 Lampiran 17. Nilai indeks Hausner merupakan rasio antara berat jenis mampat dan berat jenis ruahan sampel. Kedua bahan ini
memiliki nilai indeks Hausner lebih kecil dari 1,25. Ini berarti kedua bahan memiliki sifat alir yang baik Lachman, dkk., 1994. Nilai indeks kompresibilitas
SMTA sebesar 15,79 dan Avicel PH 102 12,50 Lampiran 18. Nilai ini menunjukkan bahwa SMTA dan Avicel PH 102 mempunyai sifat alir yang baik
Bhimte dan Tayade, 2007.
4.1.1.6 Sifat Pengembangan SMTA Parameter
SMTA Avicel PH 102
Berat jenis benar gml 1,47 ± 0,02
1,46 ± 0,01 Berat jenis ruahan gml
0,43 ± 0,06 0,42 ± 0,01
Berat jenis mampat gml 0,51 ± 0,01
0,48 ± 0,01 Porositas
71,06 ± 0,39 71,19 ± 0,68
Sifat aliran: Sudut diam
o
Indeks Hausner Indeks kompresibilitas
20,47 ± 0,33 1,18 ± 0,03
15,79 ± 1,83 30,12 ± 0,92
1,14 ± 0,00 12,50 ± 0,27
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan secara umum merupakan suatu indikasi dari kemampuan tablet untuk pecah. Pengembangan ini dapat diketahui dengan pengujian
penentuan kapasitas hidrasi, kapasitas pengembangan, dan kapasitas serap lembab. Kapasitas hidrasi dari SMTA adalah 2,62 dan Avicel PH 102 2,11
Lampiran 20. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menyerap air dari SMTA dan Avicel PH 102 hampir sama yaitu sekitar dua kali dari beratnya semula.
Besarnya kapasitas pengembangan SMTA yaitu 22,53 dan Avicel PH 102 15,56 Lampiran 21. Kapasitas pengembangan dari kedua sampel ini tidak
begitu besar. Hal ini disebabkan oleh asam klorida telah menghilangkan sebagian bentuk amorf dari struktur selulosa yang berperan penting dalam penyerapan air
untuk selanjutnya mengembang Stamm, 1964.
1 2
3 4
5 6
7 2
4 6
8 10
12 14
16 18
S e
ra p
le m
b a
b
Waktu hari Avicel PH 102
SMTA
Gambar 4.5. Profil kapasitas serap lembab dari SMTA dan Avicel PH 102 Kapasitas serap lembab merupakan satu pengukuran dari kepekaan bahan
terhadap lembab. Profil kapasitas serap lembab dari SMTA dan Avicel PH 102
Universitas Sumatera Utara
dapat dilihat pada Gambar 4.5. Kapasitas serap lembab SMTA terlihat lebih tinggi daripada Avicel PH 102. Hal ini disebabkan oleh SMTA memiliki bagian amorf
lebih banyak dibandingkan dengan Avicel, sehingga SMTA akan lebih banyak menyerap uap air dari lingkungannya. Hasil ini penting terhadap stabilitas tablet
yang dibuat dengan menggunakan SMTA atau Avicel PH 102 ketika penyimpanan dilakukan dalam kondisi lembab. Karena sifat SMTA dan Avicel PH 102 peka
terhadap kelembaban atmosfer, maka penyimpanan harus dilakukan di dalam wadah tertutup rapat.
4.1.1.7 Toksisitas Akut dari SMTA