Viskositas medium yang semakin tinggi akan menurunkan laju disolusi dari bahan obat.
c. pH medium disolusi. Larutan asam cenderung memecah tablet sedikit lebih cepat dibandingkan
dengan air, oleh karena itu mempercepat laju disolusi Gennaro, 2000. Obat- obat asam lemah memiliki laju disolusi yang kecil dalam medium asam,
karena bersifat nonionik, tetapi laju disolusinya besar pada medium basa karena terionisasi dan pembentukan garam yang larut Martin, 1993.
Menurut USP 32, ada dua metode disolusi yang sering digunakan untuk melakukan uji disolusi, yaitu:
a. Metode Keranjang Basket
Metode keranjang terdiri atas keranjang silindrik yang ditahan oleh tangkai motor. Keranjang menahan sediaan obat dan berputar dalam suatu labu bulat
yang berisi medium pelarutan. Keseluruhan labu tercelup dalam suatu bak yang bersuhu konstan 37
o
C. Kecepatan berputar dan posisi keranjang harus memenuhi rangkaian syarat khusus dalam USP.
b. Metode Dayung Paddle Metode dayung terdiri atas suatu dayung yang dilapisi khusus, yang berfungsi
memperkecil turbulensi yang disebabkan oleh pengadukan. Dayung diikat secara vertikal ke suatu motor yang berputar dengan suatu kecepatan yang
terkendali. Tablet atau kapsul diletakkan dalam labu pelarutan yang beralas bulat yang juga berfungsi untuk memperkecil turbulensi dari media pelarutan.
Alat ditempatkan dalam suatu bak air yang bersuhu konstan, seperti pada
Universitas Sumatera Utara
metode keranjang, suhu dipertahankan pada 37
o
C. Posisi dayung ditetapkan dalam USP.
2.11 Kinetika Pelepasan Obat
Pelepasan obat dari suatu sediaan dapat diramalkan dengan mengetahui kinetika pelepasan obat. Ada 3 model sistem pelepasan obat yang umum, yaitu
order nol, order satu, dan Higuchi Martin, dkk., 1993; Dash, dkk., 2010. Pada model order nol pelarutan obat dari bentuk sediaan yang melepaskan
obat secara perlahan dapat mengikuti persamaan 2.1 berikut ini: Q
t
= Q + K
t .............................. 2.1 Dimana Q
t
= jumlah obat larut pada waktu t Q
= jumlah obat mula-mula dalam larutan biasanya Q = 0
K = konstanta pelepasan order nol yang dinyatakan dalam unit
konsentrasiwaktu Untuk mempelajari kinetika pelepasan, data yang diperoleh dari uji pelepasan in
vitro diplot sebagai jumlah obat yang dilepaskan versus waktu Dash, dkk., 2010. Mekanisme pelepasan obat di sini konstan dari waktu ke waktu dengan tidak
bergantung pada konsentrasi obat dalam sediaan. Sistem ini merupakan sistem pelepasan obat yang ideal untuk sediaan sustained release Martin, dkk., 1993.
Model order kesatu digunakan untuk menjelaskan absorpsi dan atau eliminasi obat, walaupun sulit untuk menggambarkan mekanisme ini. pelepasan
obat yang diikuti kinetika order pertama dinyatakan dalam persamaan 2.2 berikut: Log C = log C
- K
t
2,303 ................................ 2.2 Dimana C
= konsentrasi obat mula-mula K = konstanta laju order pertama
Universitas Sumatera Utara
t = waktu Data disolusi yang diperoleh diplot sebagai log persentase kumulatif sisa obat vs
waktu yang menghasilkan garis lurus dengan slope –K2,303 Dash, dkk., 2010. Kinetika orde satu memiliki kecepatan pelepasan obat yang bergantung pada
konsentrasi obat dalam sediaan. Kecepatan pelepasan obat pada waktu tertentu sebanding dengan konsentrasi obat yang tersisa dalam sediaan pada saat itu
Martin, dkk., 1993. Model Higuchi merupakan model matematika yang bertujuan untuk
menjelaskan pelepasan obat dari sistem matriks yang diusulkan oleh Higuchi pada 1961. Model ini berdasarkan pada hipotesis bahwa i konsentrasi obat mula-mula
dalam matriks lebih tinggi dari kelarutan obat; ii difusi obat terjadi hanya dalam satu dimensi efek tepi harus diabaikan; iii partikel obat jauh lebih kecil dari
ketebalan sistem; iv pengembangan matriks dan disolusi diabaikan; v difusifitas obat kontan; dan vi kondisi sink selalu tercapai dalam lingkungan
pelepasan obat. Model ini dinyatakan dalam persamaan 2.3 di bawah ini: f
t
= Q = K
H
x t
½
............................ 2.3 Dimana Q = jumlah obat yang dilepaskan dalam waktu t
K
H
= konstanta disolusi Higuchi Data dari uji disolusi diplot sebagai persentase kumulatif obat versus akar waktu
Dash, dkk., 2010.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Penelitian eksperimental dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Pada pembuatan dan karakterisasi SMTA dan SNTA, yang termasuk variabel bebas adalah proses hidrolisis yang digunakan
sedangkan variabel terikat adalah karakterisasi SMTA dan SNTA. Untuk penggunaan SMTA dan SNTA dalam tablet natrium diklofenak, yang menjadi
variabel bebas adalah formulasi tablet dan variabel terikatnya adalah sifat tablet
Universitas Sumatera Utara