Analisis Struktur Selulosa SNTA Analisis Sifat Termal SNTA

SMTA dan dengan H 2 SO 4 menghasilkan SNTA tidak mengubah gugus fungsi dari selulosa. tetapi hanya terjadi pemutusan rantai selulosa.

4.3.1.4 Analisis Struktur Selulosa SNTA

Pengujian sampel yang dilakukan dengan menggunakan difraksi sinar-X XRD adalah untuk menentukan kristalinitas dan struktur selulosa pada SNTA. Hasil karakterisasi XRD dari Avicel PH 102, SMTA, dan SNTA dapat dilihat pada Gambar 4.15. 10 15 20 25 30 35 40 In te n s it a s - Sudut difraksi 2  Avicel PH 102 SMTA SNTA Gambar 4.15. Difraktogram XRD dari Avicel PH 102, SMTA, dan SNTA Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa SNTA memiliki kristalinitas yang lebih tinggi 97,57 dari Avicel PH 102 82,77 dan SMTA 36,38. Hal ini ditunjukkan dengan tajamnya puncak-puncak difraktogram dari sampel SNTA, dan ini tidak tampak pada difraktogram Avicel dan SMTA. Pada tahapan proses isolasi α-selulosa dari tandan aren, NaOH 17,5 digunakan untuk pemurnian α-selulosa. Perlakuan dengan NaOH pada selulosa Universitas Sumatera Utara akan mengubah struktur kristal selulosa dari kristal I menjadi kristal II Mandal, 2011. Puncak-puncak pada sudut difraksi 2θ untuk Avicel PH 102 menunjukkan bahwa Avicel PH 102 merupakan selulosa dengan struktur kristal I yaitu pada 2θ = 14,56 o , 20,14 o , dan 22,2 o , sedangkan SMTA dan SNTA merupakan selulosa dengan struktur kristal II yaitu berturut-turut pada 2θ = 11,82 o , 20,42 o , 22,2 o dan 2θ = 11,84 o , 19,76 o , 21,82 o Li, dkk, 2003; Zugenmaier, 2008; Gea, 2010. Terjadinya perubahan pada difraktogram ini disebabkan perubahan orientasi dari selulosa Gea, 2010.

4.3.1.5 Analisis Sifat Termal SNTA

Analisis termal secara gravimetri TGA dilakukan untuk mengkarakterisasi sampel dengan menunjukkan perubahan berat akibat pemanasan dan untuk mengetahui perubahan fase akibat proses dekomposisi. Pada Gambar 4.16 dapat dilihat termogram perubahan massa sampel selama pemanasan dari suhu 0 o C hingga 800 o C. Penurunan massa mula-mula terjadi pada suhu dibawah 100 o C untuk sampel Avicel, SMTA, dan SNTA. Penurunan ini disebabkan oleh terjadinya penguapan air dari sampel yang bersifat hidrofilik. Kemudian dilanjutkan dengan proses dekomposisi rantai selulosa dan karbonisasi Chang, dkk., 2010. Universitas Sumatera Utara 100 200 300 400 500 600 700 800 20 40 60 80 100 B e ra t Temperatur o C Avicel PH 102 SMTA SNTA Gambar 4.16. Termogram TGA dari Avicel PH 102,SMTA, dan SNTA Termogram TGA Avicel menunjukkan bahwa Avicel terdegradasi pada suhu 317 o C, SMTA pada suhu 304 o C, dan SNTA pada suhu 173 o C. Penurunan massa maksimum untuk Avicel dan SMTA terjadi pada sekitar 390 o C dan memperlihatkan residu massa padat sebanyak 5,14 untuk Avicel, 8,58 untuk SMTA, dan 11,25 untuk SNTA pada 800 o C. Termogram TGA menunjukkan bahwa SNTA mulai terdegradasi lebih cepat daripada SMTA dan Avicel dengan laju yang lebih konstan. Hal ini sehubungan dengan ukuran partikel yang lebih halus dan derajat kristalinitas yang lebih tinggi pada SNTA. Ukuran partikel selulosa nanokristal yang lebih kecil menyebabkan lebih banyak ujung rantai yang bebas. Ujung rantai selulosa nanokristal ini mulai terurai pada suhu yang lebih rendah. Jadi,kehilangan berat dari sampel yang berukuran kecil lebih cepat daripada yang besar. Begitu juga dengan bahan yang memiliki derajat kristalinitas lebih tinggi. Bahan ini lebih Universitas Sumatera Utara mudah terbakar pada suhu yang lebih rendah. Selain itu, adanya gugus sulfat pada selulosa menyebabkan selulosa terdegradasi pada suhu yang rendah Chang, dkk., 2010; Man, dkk., 2011; Krishnamachari, dkk., 2011.

4.3.1.6 Sifat Alir Serbuk SNTA