jenis ruahan, distribusi ukuran partikel, zat larut dalam air dan eter, serta logam berat. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan sudut diam, berat jenis nyata, ruahan,
dan mampat, morfologi dengan menggunakan SEM, gugus fungsi dengan FTIR, struktur kristal dan derajat kristalinitas dengan X-Ray diffraction XRD. Untuk
mengetahui ketoksikan dari SMTA yang dibuat dilakukan uji toksisitas akut.
3.7.1 Identifikasi Kualitatif
Selulosa mikrokristal sebanyak 10 mg diletakkan di atas gelas arloji dan didispersikan dalam 2 ml larutan seng klorida teriodinasi. Warna biru violet
menunjukkan hasil positif untuk selulosa.
3.7.2 Penentuan Derajat Polimerisasi
Selulosa mikrokristal ditimbang sebanyak 0,025 g, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml dan dilarutkan sedikit demi sedikit dengan cupri etilen
diamin CED hingga garis tanda sambil dihomogenkan. 10 ml larutan dimasukkan ke dalam viskometer Ostwald. Waktu alir larutan mengalir dari tanda
atas ke tanda bawah dicatat. Perlakuan dilakukan tiga kali. Kemudian viskositas larutan dibandingkan dengan CED. Lalu dicari nilai viskositas intrinsik dari
selulosa dengan menggunakan metode Least square. Setelah diperoleh viskositas intrinsik dihitung berat molekul selulosa mikrokristal dengan menggunakan
persamaan Mark-Houwink Agnemo, 2009: [η] = KM
α
…………………. 3.1 Dengan K, α = Konstanta Mark-Houwink K = 9,8 x 10
-3
dan α = 0,9 [η] = viskositas intrinsik
M = berat molekul selulosa
Universitas Sumatera Utara
Setelah diperoleh berat molekul selulosa mikrokristal, ditentukan derajat polimerisasi DP yaitu dengan membandingkan berat molekul yang diperoleh
dengan berat molekul unit strukturnya. DP =
Berat molekul selulosa Berat molekul satu unit glukosa ……….…….3.2
Prosedur yang sama dilakukan untuk konsentrasi larutan 0,05 g25 ml, 0,075 g25 ml, 0,1 g25 ml, dan 0,25 g25 ml.
3.7.3 Uji Angka Lempeng Total Sebanyak 1 g sampel ditimbang dengan caraaseptik dan dimasukkan ke
dalam kantong stomaker steril yang sesuai. Lalu ditambahkan pepton dilution fluid PDF secukupnya sampai volume 10 ml dan diaduk homogen selama 30
detik. Diperoleh suspensi dengan konsentrasi 10
-1
gml. Selanjutnya dibuat suspensi dengan konsentrasi 10
-2
hingga 10
-6
gml. Kemudian dipipet 1 ml dari setiap pengenceran ke dalam cawan petri dan perlakuan dibuat dua kali. Ke dalam
setiap cawan petri dituangkan 15-20 ml media plate count agar PCA dengan suhu 45±1
o
C. Cawan petri segera digoyang hingga suspensi tersebar merata. Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer dibuat uji blanko. Setelah media
memadat, cawan yang berisi media dan sampel yang telah diencerkan diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 24-48 jam. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung dengan coloni counter Pelczar, 1986.
3.7.4 Uji Angka Kapang dan Khamir Sebanyak 1 g sampel ditimbang dengan caraaseptik dan dimasukkan ke
dalam kantong stomaker steril yang sesuai. Lalu ditambahkan PDF secukupnya sampai volume 10 ml dan diaduk homogen selama 30 detik. Diperoleh suspensi
Universitas Sumatera Utara
dengan konsentrasi 10
-1
gml. Selanjutnya dibuat suspensi dengan konsentrasi 10
-2
hingga 10
-5
gml. Masing-masing pengenceran dipipet 0,5 ml, dituangkan pada permukaan potato dextrose agar PDA, segera digoyang sambil diputar hingga
suspensi tersebar merata dan perlakuan dibuat dua kali. Uji blanko dilakukan untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer. Seluruh cawan petri blanko dan
yang berisi media dan sampel diinkubasi pada 20-25
o
C. Pengamatan dilakukan pada hari ke-3 sampai hari ke-5. Koloni khamir ragi memiliki bentuk bulat kecil,
putih, hampir menyerupai bakteri. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung dengan coloni counter Pelczar, 1986.
3.7.5 Uji Angka Escherichia coli Sebanyak 1 g sampel ditimbang dengan caraaseptik dan dimasukkan ke