4.2.2.2 Friabilitas
Uji friabilitas kerengasan memberi gambaran pengaruh benturan fisik terhadap tablet pada saaat pengemasan dan distribusi. Menurut Lachman, dkk.
1994 bahwa friabilitas atau kehilangan berat yang dialami setiap jenis tablet tidak melebihi 0,8. Jika syarat uji friabilitas terpenuhi, maka keutuhan tablet
sampai ke tangan konsumen dapat terjamin. Data hasil uji friabilitas tablet SMTA dan Avicel PH 102 dapat dilihat pada Tabel 4.8. Friabilitas dari kedua formula
tablet memenuhi syarat karena lebih kecil dari 0,8. Komposisi tablet hanya terdiri dari granul yang ukuran partikelnya lebih besar daripada serbuk. Kedua
bahan ini memiliki indeks kompresibilitas yang baik, sehingga kedua tablet ini tahan terhadap benturan.
Tabel 4.8. Hasil uji friabilitas, kekerasan, dan waktu hancur tablet SMTA dan Avicel PH 102
Formula Friabilitas
Kekerasan kg
Waktu hancur menit Dengan cakram Tanpa cakram
SMTA 0,34
7,05 + 0,51 0,23 ± 0,09
0,37 ± 0,05 Avicel PH
102 0,39
7,12 + 0,38 0,18 ± 0,05
0,36 ± 0,06
4.2.2.3 Kekerasan Tablet
Hasil uji kekerasan tablet SMTA dan Avicel PH 102 dapat dilihat pada Tabel 4.8 di atas. Menurut Parrot 1971 syarat kekerasan tablet antara 4-8 kg. Hal
ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet bisa lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. kekerasan tablet yang kurang dari 4 kg masih dapat diterima asalkan
kerapuhannya tidak melebihi batas yang ditetapkan. Namun biasanya tablet yang
Universitas Sumatera Utara
tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tingi dan lebih sulit penanganannya pada saat pengemasan dan transportasi. Kekerasan tablet yang lebih besar dari 10
kg masih dapat diterima asalkan masih memenuhi persyaratan waktu hancur dan disolusi yang dipersyaratkan Rhoihana, 2008.
4.2.2.4 Waktu Hancur
Waktu hancur tablet SMTA dan Avicel PH 102 dapat dilihat pada Tabel 4.8. Waktu hancur dari tablet SMTA dan Avicel PH 102 adalah kurang dari 1
menit. Hal ini disebabkan kedua formula tablet ini hanya terdiri dari masing- masing granul SMTA dan Avicel PH 102, yang keduanya bersifat hidrofilik dan
memiliki celah di antara partikelnya Omidian dan Park, 2008, sehingga air dapat dengan mudah memasuki celah-celah tersebut dan menyebabkan tablet dapat
hancur dengan cepat. Kedua formula memenuhi syarat Farmakope Indonesia edisi III, yaitu waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit.
Selulosa mikrokristal telah diisolasi dari tandan aren dan menunjukkan sifat-sifat fisikokimia yang memenuhi persyaratan USP 32-NF 27. Hasil uji FTIR
menunjukkan spektrum yang sama dengan selulosa mikrokristal Avicel PH 102. Ukuran partikel SMTA lebih besar dibandingkan dengan Avicel PH 102. SMTA
merupakan selulosa dengan struktur kristal II sedangkan Avicel PH 102 adalah kristal I. Sifat alir, kapasitas pengembangan, hidrasi, dan serap lembab dari SMTA
tidak jauh berbeda dengan Avicel PH 102. Hasil uji toksisitas akut yang dilakukan dengan pemberian SMTA sebanyak 2000 dan 5000 mgkg bb pada mencit tidak
menunjukkan adanya kelainan atau ketoksikan pada hewan tersebut. Hasil uji histologi juga menunjukkan bahwa struktur dan morfologi sel pada jaringan ginjal
Universitas Sumatera Utara
dan hati mencit masih dalam batas normal. Artinya, penggunaan SMTA dengan dosis hingga 5000 mgkg bb masih aman untuk digunakan.
Selulosa mikrokristal yang banyak dan sering digunakan sebagai eksipien dalam pembuatan tablet cetak langsung telah dihasilkan dari tandan aren yang
merupakan limbah pabrik kolang-kaling. Berdasarkan hasil uji sifat alir dan kompresibilitas dari granul SMTA, maka SMTA dapat digunakan sebagai bahan
pengisi dan pengikat. Uji waktu hancur tablet SMTA menunjukkan bahwa SMTA dapat digunakan penghancur pada tablet cetak langsung.
SMTA dihasilkan dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan Avicel PH 102 yang masih diimpor dari negara lain. Biaya yang lebih rendah dari
SMTA ini tentunya dapat mengurangi biaya produksi tablet cetak langsung, sehingga harga produk jadi pun akan menjadi lebih murah.
4.3 Hasil Preparasi SNTA