Z
a
= w 1
−wo wo
x 100 ....................
3.4
3.7.15 Morfologi Partikel
Analisis morfologi partikel selulosa mikrokristal dilakukan dengan menggunakan peralatan Scanning Electron Microscope SEM JSM-35 C
Sumandiu. Proses pengamatan mikroskopik diawali dengan melapisi sampel dengan emas di dalam sample chamber. Kemudian sampel dipasang pada
specimen holder. Sampel selanjutnya dimasukkan ke dalam sample chamberdan kemudian disinari dengan pancaran elektron bertenaga 10 kVolt sehingga sampel
mengeluarkan elektron sekunder dan elektron terpental dideteksi dengan detector scientor yang kemudian diperkuat dengan suatu rangkaian listrik yang
menyebabkan timbulnya gambar CRT Chatode Ray Tube. Pemotretan dilakukan setelah memilih bagian tertentu dari objek sampel dan perbesaran yang
diinginkan sehingga diperoleh foto yang baik dan jelas Zoppe, dkk., 2009.
3.7.16 Analisis Gugus Fungsi
Analisis gugus fungsi dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer Fourier Transform Infra Red Shimadzu dengan teknik pelet
KBr. Sampel yang akan dikarakterisasi ditambahkan dengan KBr, dihaluskan, dihomogenkan, diletakkan dalam sample holder, dan disinari dengan sinar infra
merah. Spektrum diperoleh dalam kisaran bilangan gelombang 4000-500 cm
-1
pada resolusi 16 cm
-1
dan rata-rata 45 scan.
3.7.17 Penentuan Kristalinitas
Universitas Sumatera Utara
Penentuan kristalinitas sampel dilakukan dengan menggunakaninstrumen difraksi sinar-X XRD Shimadzu XRD-7000 X-ray diffractometer MAXima
dengan Cu K, radiasi pada 40 kV dan 30 mA. Radiasi dideteksi dalam sudut difraksi 2θ = 10-40 pada kecepatan 2
o
menit. Karakterisasi ini dilakukan dengan cara sebagaiberikut: sampel yang dikarakterisasi dihaluskan kemudian diletakkan
dalam sample holder, kemudian disinari dengan sinar X. Metode pengukuran sudut 2θ dari difraktogram sinar X berdasarkan pada pengukuransudut yang telah
direkam pada setiap difraktogram, dan dihitung secara proposionalsetelah sudut 2θ diketahui.
Derajat kristalinitas dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut Park, dkk., 2010:
Kristalinitas = Fraksi kristalin
Fraksitotal .....................… 3.5
3.7.18 Uji Toksisitas Akut
Uji toksisitas akut dilakukan setelah mendapatakan rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan dari Komite Etik Penelitian Hewan FMIPA
USU Lampiran 5. Uji ini dilakukan dengan menggunakan 15 ekor mencit betina berat badan 15-25 g untuk 2 kelompok pemberian dosis, yaitu 2000
mgkg, 5000 mgkg, dan 1 kelompok kontrol. Sampel diberikan dalam bentuk suspensi dengan natrium carboxy methyl cellulose Na CMC 1 secara peroral.
Sediaan uji diberikan setelah mencit dipuasakan 3-4 jam. Setelah dipuasakan, hewan ditimbang dan diberikan sediaan uji. Setelah pemberian bahan uji,
pengamatan dilakukan pada 30 menit pertama setelah pemberian sediaan uji, dan
Universitas Sumatera Utara
secara periodik setiap 4 jam selama 24 jam, dan setiap hari selama 14 hari Badan POM, 2011. Hal-hal yang diamati dalam periode observasi adalah tingkah laku
hewan, seperti jalan mundur, jalan menggunakan perut dan berat badan sebelum diberikan bahan uji hingga hari ke-14 setelah pemberian sediaan uji. Pada hari ke-
14, hewan dikorbankan secara fisik dengan dislokasi leher, selanjutnya dibedah dandiambil organnya. Organ-organ tersebut dicuci dengan aquadest, kemudian
ditimbang dandimasukkan ke dalam pot berisi formalin 10 untuk kemudian diamati histopatologinya.
3.8 Pembuatan Selulosa Nanokristal dari Tandan Aren SNTA