Analisis Distribusi Ukuran Partikel SNTA Analisis Gugus Fungsi SNTA

a b c Gambar 4.12. Selulosa nanokristal dari a tandan aren perbesaran 20x, b sisal perbesaran 200x Habibi, 2010, dan c bambu perbesaran 200x Yu, dkk., 2012. Bentuk SNTA yang diperoleh adalah berbentuk sferis. Hal ini berbeda dengan selulosa nanokristal yang diperoleh dari sisal dan bambu yang berbentuk jarum atau batang Gambar 4.12b dan 4.12c Habibi, 2010 dan Yu, dkk., 2012. Hal ini disebabkan oleh perbedaan metode pengeringan SNTA dengan oven vakum dan penghalusannya.

4.3.1.2 Analisis Distribusi Ukuran Partikel SNTA

SNTA yang telah diperoleh dihaluskan dengan high energy milling HEM E3D selama 50 jam kemudian dievaluasi ukurannya dengan particle size analyzer PSA Beckman Coulter Delsa TM Nano. Metode yang digunakan adalah metode basah, yaitu dengan mendispersikan sampel dalam medium pendispersi air. Distribusi ukuran partikel dari SNTA ditunjukkan pada Gambar 4.13 dan Lampiran 22. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.13. Distribusi ukuran partikel SNTA setelah penggilingan dengan HEM E3D selama 50 jam. Penentuan ukuran dan distribusi partikel dengan menggunakan PSA di sini dilakukan dengan penghamburan sinar untuk mengukur partikel yang berukuran mikron sampai dengan nanometer. Hasil pengukuran yang menggunakan PSA menunjukkan ukuran dan distribusi partikel dari sampel yang representatif. Distribusi ukuran partikel diketahui melalui gambar yang dihasilkan. Ukuran partikel yang diperoleh dari sampel adalah berkisar 257,2-395,8 nm. Ini merupakan ukuran partikel yang dinyatakan dalam diameter partikel yang berbentuk bola Etzler, 2004. Ukuran diameter partikel yang diperoleh adalah lebih besar dari 100 nm, hal ini mungkin disebabkan telah terbentuknya agregat dari partikel-partikel SNTA.

4.3.1.3 Analisis Gugus Fungsi SNTA

Analisis gugus fungsi dilakukan dengan FTIR terhadap SNTA dan dibandingkan dengan selulosa mikrokristal dari tandan aren SMTA dan Avicel. Universitas Sumatera Utara FTIR membantu karakterisasi struktur kimia dengan cara mengidentifikasi gugus- gugus fungsi yang muncul pada setiap sampel. Spektrum dan bilangan gelombang infra merah sampel dapat dilihat pada Gambar 4.14 dan Tabel 4.9. 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 T Bilangan gelombang cm -1 Avicel PH 102 SMTA SNTA Gambar 4.14. Spektrum inframerah dari Avicel PH 102, SMTA, dan SNTA Tabel 4.9. Bilangan gelombang dari FTIR SMTA, Avicel PH 102, dan SNTA Bilangan Gelombang cm -1 Gugus 3441 OH selulosa II 2893 C-H alkana 1624 OH dari absorpsi air 1022 C-O ikatan glikosidik Spektrum dari sampel SMTA, Avicel, dan SNTA berada dalam kisaran bilangan gelombang 4000-500 cm -1 . SMTA, Avicel PH 102, dan SNTA memiliki spektrum yang hampir sama, yaitu puncak berada pada 3441, 2893, 1624, dan 1022 cm -1 yang mengindikasikan adanya gugus OH pada selulosa, C-H alkana, OH dari absorpsi air, dan C-O ikatan glikosidik antara unit-unit glukosa dalam selulosa Gea, dkk., 2011. Perlakuan hidrolisis dengan HCl yang menghasilkan Universitas Sumatera Utara SMTA dan dengan H 2 SO 4 menghasilkan SNTA tidak mengubah gugus fungsi dari selulosa. tetapi hanya terjadi pemutusan rantai selulosa.

4.3.1.4 Analisis Struktur Selulosa SNTA