5.1.9 Kejujuran dan Ketulusan dalam Memimpin
“Bila administrasi disingkirkan, Manusia menjadi tulus.
Bila administrasi tepat, Manusia menjadi tidak sempurna.
Kemalangan nasib baik mendukungnya. Nasib baik kemalangan bersembunyi di dalamnya.
Siapa yang tahu di mana akhirnya? Tidakkah ada keteraturan?
Keteraturan bisa kembali pada yang tidak biasa; Kebaikan bisa kembali pada yang tidak normal;
Dan sesungguhnya manusia akan dibingungkan Untuk waktu yang sangat, sangat lama.
Maka Orang Bijak adalah Tegas tanpa menggolong-golongkan;
Jujur tanpa menyinggung; Lurus tanpa memaksakan;
Terang tanpa menyilaukan, Wing1994 : 121.”
Kontrol dan peraturan yang keras adalah sifat dari administrasi yang rinci dan ketat. Administrasi seperti itu tersusun dar subjek ideal dan kemudian
mencoba untuk mengatur orang kepada idealisme ini. Karena sifat manusia menahan tekanan secara berbeda-beda, penolakan dan ketidaksenangan mulai
muncul di dalam organisasi. Karena administrasi mendesak, pertahanan orang menjadi lebih kuat. Pemimpin yang bijaksana mengerti tindakan polaritas dalam
alam, oleh karena itu mereka menghindari keekstriman tersebut, Wing 1994 : 121.
Pemimpin yang bijaksana tahu bahwa kemalangan dan nasib baik tidak memberi tanggapan pasti akan mengakibatkan reaksi balasan. Malahan mereka
menggunakan kecerdasan mereka untuk membentuk dunia tanpa konfrontasi
Universitas Sumatera Utara
langsung atau strategi dan kontrol berlebihan. Stabil, lembut dan tulus akan menjadi sifat yang nyata dari pemimpin yang ingin memelihara diri mereka dan
menjadi teladan bagi bawahan mereka. Kepiawaian seorang pemimpin akan terlihat, bila pemimpin tersebut
mampu untuk menjadi Tegas tanpa menggolong-golongkan, jujur tanpa menyinggung, lurus tanpa memaksakan, terang tanpa menyilaukan, yang berarti
bahwa pemimpin akan mampu untuk bersikap tanpa kemunafikan dan menjadi pribadi yang terbuka dan luwes dalam menjalankan organisasi yang dibangunnya.
Kebenaran itu terkadang pahit, tetapi ini tidak melemahkan para pemimpin. Pemimpin yang baik adalah mereka yang jujur dan terbuka kepada orang lain.
Meski tidak kaku, pemimpin yang baik akan bersikap terus terang dalam member penilaian atas sesuatu atau situasi. Pemimpin yang baik adalah orang yang jujur
tentang aspek negatif dan positif. Mereka memahami orang lain dan situasi dengan cepat dan akurat dan mau berbagi persepsi tersebut. Orang yang jujur akan
menghindari sikap yang bertele-tele. Sebaliknya, mereka akan mampu untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka secara jujur sehingga orang lain
dapat menanggapinya dengan sangat serius, DuBrin 2009 : 50. Dengan demikian, pemimpin seperti itu akan mampu untuk Memelihara pusat, yaitu
mempertahankan fondasi baik yang menghasilkan keuntungan dan kefaedahan. Dewasa ini, nilai kejujuran masih menjadi karakteristik kepemimpinan
yang sangat diperlukan dalam berorganisasi. Dalam sekian banyak survei, kejujuran telah berada di tempat teratas dalam daftar. Semua orang pada umumnya
Universitas Sumatera Utara
tidak ingin dibohongi atau ditipu. Dari semua kualitas yang dicari dan dikagumi orang dari seorang pemimpin, kejujuran adalah yang paling bersifat pribadi.
Kejujuran adalah kualitas yang paing dapat meningkatkan maupun paling dapat menghancurkan reputasi pribadi setiap orang. Kejujuran berkaitan erat dengan
nilai-nilai dan etika. Pemimpin yang bertahan pada prinsip-prinsip utama akan sangat direspek
oleh bawahannya. Pemimpin yang kurang percaya diri terhadap kepercayaannya sendiri akan ditolak oleh orang lain. Kebingungan pada apa yang ada dalam diri
pemimpin akan menimbulkan stres; ketidaktahuan terhadap apa yang diyakini oleh pemimpin akan memicu konflik, ketidakpastian dan persaingan politik. Pemimpin
yang sejati akan dengan terbuka untuk memberitahu nilai-nilai, etika dan standar mereka kepada orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya, Kouzes dan
Posner 2004 : 30.
5.1.10 Ketekunan dalam Mempelajari Segala Sesuatu