Masyarakat Tionghoa di Jalan S.Parman berpendapat bahwa kesabaran semakin dibutuhkan dari hari ke hari. Mereka yakin sifat ini dapat melunakkan
hati siapa saja. Kesabaran juga membantu hubungan mereka sebagai pemilik usaha berjalan lancar dengan para pekerja mereka. Bagi Paulus, sikap tidak mudah
marah dan tersinggung telah membantunya bertahan dalam karirnya dan tidak ingin lagi mencari pekerjaan lain. Sebagai kepala dari teknisi di sebuah usaha
otomotif, Paulus bisa saja terpancing untuk marah. Namun, dengan belajar untuk bersikap sabar, Beliau menjadi lebih menikmati pekerjaannya. Orang-orang yang
bekerja bersama Paulus juga merasakan kenyamanan. Sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar.
5.1.16 Menerima Kekurangan Orang Lain
“Jika masyarakat tak takut akan penguasa, Maka penguasa akan berkembang.
Jangan meremehkan posisinya; Jangan menolak kehidupannya.
Karena, sebenarnya, mereka tidak ditolak, Mereka tidak menolak
Karena itu Orang Bijak mengenal dirinya Tapi tidak menunjukkan dirinya.
Mereka mencintai dirinya Tapi tidak menghargai dirinya.
Karena itu mereka membuang diri dan menerima orang lain, Wing 1994 :
149.” ` Bab ini dimulai dengan ungkapan Jika masyarakat tak takut akan
penguasa, maka penguasa akan berkembang. Posisi seorang pemimpin memang tidak dapat diubah. Namun, keberhasilan seorang pemimpin sering kali bergantung
terhadap sikap para bawahan terhadap pemimpin mereka. Tentu saja, para
Universitas Sumatera Utara
bawahan akan tetap memiliki rasa takut terhadap pemimpin mereka. Namun dalam ungkapan ini, Lao Tzu sebenarnya sedang mengundang para pemimpin untuk
mencoba menganggap bahwa para bawahan tidak takut terhadap para pemimpin. Bila seorang pemimpin dapat melakukan hal itu sewaktu bertugas, akan timbul
perasaan kemandarian yang tinggi dalam diri seorang pemimpin. Mereka akan sadar bahwa tugas seorang pemimpin adalah untuk melayani para bawahan,
bukannya untuk dilayani layaknya orang yang sangat mulia. Pemimpin yang demikian akan lebih tulus dalam menjalankan tugas dan akan sangat mudah untuk
berkembang ke arah yang lebih baik. Pemimpin yang baik bukanlah pribadi yang kejam sehingga orang-orang yang berada di bawah kekuasaannya harus takut dan
bungkam. Lao Tzu percaya bahwa semakin sedikit orang yang takut atau berfokus
pada wujud penguasa, semakin efektif penguasa. Saat pemimpin tidak menunjukkan dan menaikkan posisi mereka, mereka akan menemukan pengenalan
diri, Wing 1994 : 194. Hal itu akan memotivasi pemimpin untuk menyadari bahwa mereka juga manusia biasa sama seperti orang-orang yang berada di bawah
kekuasaanya. Pemimpin yang bijaksana harus mampu untuk Membuang diri dan
menerima orang lain. Membuang diri yang dimaksud adalah membuang rasa kepentingan diri yang dimiliki oleh para pemimpin. Hal itu akan membantu para
pemimpin untuk menemukan cinta dan ketenangan batin. Dengan membuang rasa kepentingan diri, pemimpin akan lebih mudah untuk Menerima orang lain. Ini
berarti pada saat orang lain memberikan saran atau kritik serta berbagai aspirasi,
Universitas Sumatera Utara
para pemimpin akan menerimanya dengan tangan terbuka. Pemimpin yang bijaksana akan menerima koreksi dari orang lain dan menjadikannya sebagai
peluang untuk lebih mengenal diri mereka dengan lebih baik, dan memimpin orang lain dengan lebih baik.
Menurut Santi, kemampuannya sebagai seorang manager diuji melalui sikap yang diperlihatkan para bawahannya. Beliau mengatakan bahwa terkadang
ada saatnya para bawahan melakukan sesuatu yang dapat menyinggung perasaan Santi. Namun, bila Santi hanya berfokus terhadap perasaan pribadinya dan tidak
mampu untuk menerima kelemahan orang lain, beliau yakin tidak akan dapat bertahan sebagai seorang manager. Santi telah merasakan betapa pentingnya untuk
mengabaikan perasaan pribadinya dan menganggap bahwa mereka memiliki posisi yang sama. Dengan berupaya untuk memperlihatkan sikap demikian, Santi telah
bertahan selama 5 tahun sebagai manager di sebuah toko roti. Itulah sebabnya, dalam ungkapan selanjutnya dikatakan, Orang bijak
mengenal dirinya, tapi tidak menunjukkan dirinya. Mereka mencintai dirinya, tapi tidak menghargai dirinya. Para pemimpin tetap menganggap penting tugas dan
posisi mereka sebagai seorang pemimpin. Namun, dengan menganggap diri tidak penting, seorang pemimpin akan dapat bekerja dengan setulus hati dan tepat
sasaran, karena tidak ada keinginan pribadi tertentu di dalam hatinya. Sikap ini akan memudahkan para pemimpin untuk bersikap seimbang dan mampu untuk
menerima orang lain tidak soal seperti apa orang lain itu.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Sikap Masyarakat Tionghoa di Medan terhadap Nilai-Nilai Kepemimpinan dalam Taoisme