dari kasih sayang begitu besar dalam suatu organisasi untuk memperoleh kemuliaan besar dan tak terkalahkan. Itulah sebabnya, para pemimpin akan
bertindak dengan semangat kasih sayang dalam menjalankan urusan mereka dan dalam menghadapi orang-orang yang berada di bawah kekuasaannya.
Masyarakat Tionghoa di Jalan S.Parman adalah orang-orang yang mengasihi dan menyayangi para bawahan mereka. Mereka peduli terhadap
kesejahteraan para pekerja mereka. Mereka berupaya untuk memberikan yang terbaik bagi para pekerja mereka dengan tulus dan ikhlas. Mereka berupaya
menjadi pemimpin yang menyenangkan bagi para pekerja mereka, meskipun terkadang bisa saja gagal. Namun, kemajuan masyarakat Tionghoa di Jalan
S.Parman dalam menjalankan usaha menunjukkan bahwa mereka berhasil dalam mempraktekkan sifat saling mengasihi dan menyayangi.
5.1.15 Kesabaran dalam Menghadapi Orang Lain
“Pemimpin yang cakap tidak menggunakan kekerasan. Pejuang yang cakap tidak merasa marah.
Guru yang cakap tidak mengundang musuh Majikan yang cakap tetap rendah hati.
Ini disebut kekuatan yang tidak menentang. Ini disebut kekuatan untuk mempekerjakan orang lain.
Ini disebut persaingan tertinggi di Alam, Wing 1994 : 141.”
Lao Tzu percaya bahwa pemimpin yang sejati adalah mereka yang mempraktekkan sifat kesabaran, kelembutan dan ketenangan. Pemimpin yang
bijaksana tidak agresif dan tidak merasa perlu membuktikan dirinya lagi. Kekuatan dalam ketenangan dan kekuatan dalam kasih sayang akan membuat pemimpin
Universitas Sumatera Utara
cakap mengorganisir orang lain dan mencapai tujuan bersama tanpa pemborosan penggunaan alat. Karena itu peristiwa berlangsung secara alami, tanpa reaksi balik
yang menghancurkan. Pemimpin adalah kunci utama berhasil tidaknya sebuah organisasi yang dibangun. Pemimpin adalah fondasi utama yang tidak bisa digeser.
Maka, ketika seorang pemimpin bertingkah laku dengan tidak berakal budi, maka tidak ada hal yang dapat dihasilkan dari organisasi yang telah dibangunnya.
Sebaliknya, sikap kerendahan hati dan penuh kasih akan membawa organisasi tersebut ketempatnya yang tertinggi dan meraih sukses yang gemilang.
Pemimpin yang memimpin organisasinya dengan Tangan besi tidak menciptakan suasana baik di lingkungan pekerjaan. Pemimpin yang rendah hati
adalah pribadi-pribadi yang memiliki rasa kemanusiaan dalam berinteraksi dengan orang-orang yang berada dibawah kekuasannya. Pemimpin yang baik tidak akan
menganggap bawahannya sekedar sebagai Alat. Sebaliknya, pemimpin yang baik akan menunjukkan perhatian setulusnya terhadap bawahannya, apabila
mereka sedang mengalami kesulitan, Winardi 2000 : 21. Sewaktu seorang pemimpin mampu untuk bersikap lebih rendah hati dan menyayangi orang-orang
yang berada dibawah kekuasannya, maka hal itu akan menghasilkan Kekuatan untuk mempekerjakan orang lain, yang berarti bahwa sikap rendah hati yang
dimiliki seorang pemimpin, akan menghasilkan kekuatan besar yang tak ternilai, karena pemimpin demikian akan mampu untuk menarik hati dan jiwa orang-orang
yang berada dibawah kekuasannya, sehingga mereka dapat melakukan segala potensi terbaik mereka untuk mendukung pemimpin mereka dalam mencapai
segala tujuan-tujuan yang telah dipersiapkan.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat Tionghoa di Jalan S.Parman berpendapat bahwa kesabaran semakin dibutuhkan dari hari ke hari. Mereka yakin sifat ini dapat melunakkan
hati siapa saja. Kesabaran juga membantu hubungan mereka sebagai pemilik usaha berjalan lancar dengan para pekerja mereka. Bagi Paulus, sikap tidak mudah
marah dan tersinggung telah membantunya bertahan dalam karirnya dan tidak ingin lagi mencari pekerjaan lain. Sebagai kepala dari teknisi di sebuah usaha
otomotif, Paulus bisa saja terpancing untuk marah. Namun, dengan belajar untuk bersikap sabar, Beliau menjadi lebih menikmati pekerjaannya. Orang-orang yang
bekerja bersama Paulus juga merasakan kenyamanan. Sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar.
5.1.16 Menerima Kekurangan Orang Lain