Masyarakat Tionghoa di Jalan S.Parman Medan

yang memeluk agama Buddha merayakan hari besar atau hari suci mereka setiap tahun, yang disebut dengan Hari Waisak dan dijadikan sebagai hari libur nasional.

4.1.2 Sistem Mata Pencaharian

Masyarakat Tionghoa di Medan umumnya bekerja sebagai pedagang, buruh, karyawan di pabrik atau industri. Masyarakat Tionghoa di Medan dikenal sebagai orang-orang yang ulet bekerja, dan tahu caranya menjalankan usaha dengan baik. Mereka dikenal sebagai pribadi-pribadi yang optimis dan tidak kenal lelah. Barang dagangan yang biasa dijual adalah barang-barang elektronik, pakaian, sepatu dan bahan kebutuhan pokok sehari-hari. Selain itu, mereka juga dikenal baik sebagai pembuat makanan lezat. Sejumlah besar masyarakat Tionghoa di Medan membuka usaha restoran atau rumah makan.

4.2 Masyarakat Tionghoa di Jalan S.Parman Medan

Seperti masyarakat Tionghoa di Medan pada umumnya, Masyarakat Tionghoa di wilayah sekitar Jalan S.Parman Medan hidup dengan cara berdagang. Pada umumnya, mereka memiliki usaha otomotif, rumah makan dan restoran. Mereka bekerja sejak pagi sampai sore hari, sama seperti para pedagang pada umumnya. Meski yang bermukim di wilayah Jalan S.Parman umumnya adalah masyarakat Tionghoa, namun mereka dikenal ramah dengan masyarakat pribumi yang juga bermukim disana. Selain itu, masyarakat Tionghoa di sana juga Universitas Sumatera Utara mempekerjakan banyak masyarakat pribumi untuk membantu mereka dalam menjalankan usaha. Sebagaimana hakikat dari bangsa Indonesia, masyarakat Tionghoa mengamalkan sifat-sifat luhur terhadap masyarakat pribumi, meskipun dibedakan oleh kepercayaan, warna kulit dan taraf ekonomi. Masyarakat Tionghoa di wilayah sekitar Jalan S.Parman menganut agama yang umum dianut oleh Masyarakat Tionghoa di Medan yaitu Buddhisme. Namun nilai ajaran dari Konfusianisme dan Taoisme masih dipegang sebagai falsafah yang berguna dan bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Universitas Sumatera Utara

BAB V NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN DALAM TAOISME : STUDI KASUS

MASYARAKAT TIONGHOA DI MEDAN

5.1 Nilai-Nilai kepemimpinan dalam Taoisme

Nilai-nilai kepemimpinan dalam Taoisme oleh Lao Tzu didasarkan atas buku yang berjudul Tao Te Ching. Buku ini merupakan sebuah kitab peninggalan Lao Tzu yang berusia ribuan tahun. Lao Tzu begitu prihatin atas segala keadaan buruk pada masa hidupnya. Peperangan yang berkecamuk, ketidakadilan dan segala bentuk penyimpangan lainnya terjadi di depan mata Lao Tzu. Hal itu sangat mempengaruhi perasaan Lao Tzu. Segala keadaan buruk itu menyadarkan Lao Tzu untuk mengambil sebuah langkah yang tidak terduga. Lao Tzu memilih untuk pergi meninggalkan kehidupan lamanya dan pergi menuju alam yang bebas untuk menyendiri disana. Perjalanan Lao Tzu dalam pencarian kebahagiaan, sepenuhnya diperoleh melalui pendekatan dirinya terhadap alam bebas. Buku Tao Te Ching merupakan rangkuman segala ide-ide pemikiran Lao Tzu, pengetahuan yang diperolehnya dengan belajar dari alam. Salah satu bagian penting dari ide-ide itu adalah nilai-nilai kepemimpinan. Berikut ini ada 16 bab nilai-nilai kepemimpinan yang didasarkan atas buku Tao Te Ching di bawah subjudul Kekuatan dalam kepemimpinan. Universitas Sumatera Utara