tidak menghargai upaya orang lain. Namun, setelah belajar untuk lebih merespek orang lain, beliau berpendapat bahwa ternyata hal itu tidak sulit dilakukan. Setiap
pemimpin hanya memerlukan kemauan untuk dapat menerapkan sifat ini dan pasti akan berhasil.
5.1.12 Kebijaksanaan dalam Menunjukkan Kemampuan Intelektual
“Mereka yang terampil dalam Tao Kuno Tidak jelas bagi orang.
Mereka tampak bodoh. Rakyat sulit dipimpin
Karena mereka terlalu pintar. Maka, memimpin organisasi dalam kepintaran
Akan membahayakan organisasi. Memimpin organisasi tanpa kepintaran
Akan menguntungkan organisasi. Mereka yang mengetahui dua hal ini
Telah meneliti pola kemutlakan. Mengetahui dan meneliti pola
Disebut kekuatan yang lembut. Kekuatan yang Lembut mendalam dan jauh menjangkau.
Bersama dengan Hukum Alam dari poralitas, Ia membimbing pada Harmoni Agung, Wing 1994 : 135.”
Lao Tzu mengungkapkan dalam bab ini bahwa Memimpin organisasi tanpa kepintaran, akan menguntungkan organisasi. Hal ini tidak berarti bahwa
pemimpin akan menjalankan organisasinya tanpa akal dan pikiran yang cerdas. Pemimpin yang menerapkan banyak strategi kepada para bawahan akan
menyebabkan reaksi sosial yang merusak struktur organisasi. Namun, bila pemimpin menjalankan organisasi dengan kesederhanaan dan kelurusan, rakyat
akan lebih percaya. Kepemimpinan yang sederhana sangat efektif bila diarahkan
Universitas Sumatera Utara
secara cermat bagi kemajuan organisasi. Untuk alasan itu, penting bagi pemimpin untuk memeriksa pola yang berlaku dalam kehidupan organisasi yang dibangun.
Pemimpin yang memiliki kemampuan intektualitas yang tinggi tidak akan berupaya untuk memperkaya diri sendiri. Mereka tidak akan bertindak dengan
licik dan melakukan segala sesuatu demi kepentingan diri sendiri. Tetapi mereka akan membimbing organisasinya dengan jalan yang benar sehingga menghasilkan
keuntungan besar.
5.1.13 Kerendahan Hati dan Rela Berkorban
“Sungai dan laut membawa ratusan anak sungai Karena mereka terampil dalam sikap tetap merendah.
Maka mereka mampu memimpin ratusan anak sungai. Karena itu, untuk naik di atas rakyat,
Dalam pembicaraan, kita harus, diam di bawah mereka. Untuk tetap di depan rakyat,
Kita harus menempatkan diri di belakang mereka. Karena itu Orang Bijak tetap di atas,
Akan tetapi rakyat tidak dibebani. Mereka tetap di depan,
Dan rakyat tidak ditinggalkan Karena itu dunia memilih mereka dengan rela,
Tetapi ia tidak menolak mereka. Karena mereka tidak bersaing,
Dunia tidak dapat bersaing dengan mereka, Wing 1994 : 137.”
Lao Tzu menyatakan idealisme demokratis yang jauh lebih diterima saat ini daripada di Cina sekitar 2500 tahun yang lalu. Pemimpin yang bijaksana
mendapat kepercayaan dan dukungan bawahannya melalui identifikasi lengkap dengan bawahannya. Untuk dapat mencapai isi hati dari bawahannya, para
pemimpin yang bijaksana harus mampu untuk menunjukkan sikap merendah.
Universitas Sumatera Utara
Pemimpin demikian akan mampu untuk menyelami hati dari bawahannya dan berupaya untuk Menempatkan diri di belakang mereka. Ini berarti para
pemimpin akan dengan sebaik mungkin untuk mencari tahu segala kebutuhan bawahannya dan berupaya untuk mengabulkannya.
Penerapan prinsip ini akan terlihat seperti dalam ungkapan, Karena itu orang bijak tetap di atas, akan tetapi rakyat tidak dibebani. Kepemimpinan yang
berlandaskan sikap tetap merendah, akan membuat hati bawahannya berbahagia, dan orang-orang demikian akan menilai sendiri pemimpinnya dan tidak akan
pernah bosan terhadap pemimpin tersebut. Pemimpin yang bijaksana akan memiliki sifat rela berkorban. Meski hal itu
tidak mudah dan sering kali mengorbankan perasaan pribadi mereka, namun sifat ini akan membantu kemangatan berpikir seorang pemimpin. Pemimpin yang
menunjukkan sifat rela berkorban akan memiliki kekuatan mental dalam dirinya. Hal itu akan mendorongnya untuk menjadi semakin kuat, tangguh dan tak
terkalahkan. Sifat rela berkorban khususnya menarik bagi masyarakat Tionghoa di Jalan
S.Parman. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pemilik usaha yang memiliki sifat rela berkorban lebih mudah untuk memaafkan kesalahan para
pekerjanya dan jauh lebih berbahagia. Orang yang memiliki sifat rela berkorban akan membantu dengan tulus tanpa imbalan dan memberikan nasihat dengan tulus
hati yang menyegarkan bagi orang lain.
Universitas Sumatera Utara
5.1.14 Mengasihi dan Menyayangi para Bawahan